Pengaruh Bentuk Hutan Kota Terhadap Kenyamanan Termal Di Sekitar Hutan Kota.
View/ Open
Date
2015Author
Alfian, Rizki
Budiarti, Tati
Nasrullah, Nizar
Metadata
Show full item recordAbstract
Penerapan konsep hutan kota dalam perencanaan tata kota merupakan cara yang efektif dan efisien untuk mengatasi masalah penurunan kualitas lingkungan hidup di perkotaan. Hutan kota diharapkan dapat berfungsi sebagai pengatur iklim mikro perkotaan. RTH di kota Malang telah banyak beralih fungsi sehingga banyak penelitian terdahulu melaporkan adanya menurunnya kualitas kenyamanan termal di Kota Malang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi bentuk hutan kota, sebaran suhu, kelembaban, dan kecepatan angin di sekitar hutan kota; (2) menganalisis hubungan bentuk hutan kota dengan kenyamanan lingkungan perkotaan; dan (3) mengevaluasi persepsi dan preferensi masyarakat terkait kenyamanan terhadap hutan kota. Penelitian ini dilakukan di hutan kota di Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan identifikasi diversitas vegetasi dengan pembuatan plot pengamatan di setiap hutan kota (Malabar, Velodrome, dan Jalan Jakarta), pengamatan suhu dan kelembaban, serta identifikasi persepsi dan preferensi masyarakat terhadap hutan kota. Data suhu dan kelembaban dianalisis dengan ANOVA tiga faktor (arah, waktu, dan jarak). Jika berpengaruh signifikan maka dilakukan uji beda rata-rata Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Data suhu udara rata-rata dikorelasikan dengan dominansi, Indeks Nilai Penting (INP), dan keragaman vegetasi. Data sosial berupa persepsi dan preferensi masyarakat dianalisis menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata suhu dan kelembaban yang terdapat di sekitar tiga hutan kota, suhu tertinggi adalah di Hutan Kota Jalan Jakarta sebesar 28.9°C dan rata-rata kelembaban tertinggi adalah Hutan Kota Malabar dengan nilai kelembaban 61.1%. Berdasarkan model persamaan regresi didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan komposisi vegetasi di dalam hutan kota terhadap suhu di sekitar hutan kota. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi hutan tidak mampu menjelaskan keragaman suhu di hutan kota. Nilai R2 (koefisien keragaman) dominansi hanya mampu menjelaskan keragaman suhu sebesar 90.27%, 9.62% untuk INP , dan 53.89% untuk indeks keragaman. Kelembaban dipengaruhi oleh indeks keragaman dengan nilai R2 sebesar 96.55%. Hasil analisis suhu dan kelembaban di sekitar hutan kota menunjukkan bahwa arah, waktu, dan interaksi antara arah dan waktu berpengaruh signifikan dengan taraf kesalahan <0.05, sedangkan jarak tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu dan kelembaban. Ketiga hutan kota menunjukkan suhu terendah dan RH tertinggi pada waktu pagi hari. Suhu terendah di Jalan Jakarta pada pagi hari tidak berbeda signifikan dengan waktu sore hari. Selanjutnya RH tertinggi pada pagi dan sore hari juga tidak berbeda signifikan. Pada arah Timur dan Barat di Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota Jalan Jakarta menunjukkan suhu terendah, sedangkan pada Hutan Kota Velodrome suhu terendah pada arah utara. Di Hutan Kota Malabar pada arah Timur, Barat dan Utara suhu rendahnya tidak berbeda signifikan. Berdasarkan analisa chi square, pengunjung menilai hutan kota di Kota Malang sudah nyaman, namun luas hutan kota dianggap masih kurang luas. Pengunjung akan merasa nyaman dengan kondisi suhu yang bekisar antara 26- 30°C. Pengunjung menginginkan hutan kota didesain secara teratur dengan jenis tanaman yang beragam dengan nilai chi-square 0.85.
Collections
- MT - Agriculture [3787]