Performa Pertumbuhan Dan Komposisi Nutrien Tubuh Benih Ikan Mas Cyprinus Carpio Transgenik Hormon Pertumbuhan Generasi Ketiga
Abstract
Ikan mas merupakan salah satu spesies penting dalam budidaya air tawar di Indonesia. Di bidang akuakultur, perbaikan pertumbuhan merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan produksi perikanan. Transfer gen penyandi hormon pertumbuhan merupakan metode yang cepat dan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ikan. Peningkatan pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang singkat menjadikan ikan transgenik berpotensi besar untuk dikembangkan dan dijadikan sumber pangan manusia. Informasi status nutrisi dan komposisi tubuh ikan transgenik masih sedikit dilaporkan, padahal data komposisi tubuh ikan transgenik menjadi pertimbangan dalam evaluasi kualitas pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan dan komposisi tubuh ikan mas transgenik hormon pertumbuhan ikan nila (tiGH) generasi ketiga (G3). Ikan mas transgenik (TG) G3 diproduksi dengan menyilangkan antara ikan TG G2 jantan yang memiliki ekspresi tiGH tertinggi dengan ikan betina non-transgenik (NT), sedangkan ikan mas kontrol dibuat dengan menyilangkan ikan betina NT dan jantan NT. Ikan TG diidentifikasi menggunakan metode PCR dengan primer spesifik tiGH. Benih ikan mas yang digunakan dalam uji performa pertumbuhan memiliki bobot awal 1,53±0,03 gam dan panjang total 4,6±0,45 cm. Ikan dipelihara selama 60 hari dalam akuarium berukuran 1005050 cm3 dengan kepadatan 25 ekor/akuarium yang dilengkapi dengan top filter dan aerasi. Ikan TG dan NT masing-masing dibuat 3 akuarium sebagai ulangan. Pergantian air sebanyak 30% dilakukan setiap sore hari untuk mempertahankan kualitas air. Ikan diberi pakan komersial (protein 36%) dengan frekuensi 3 kali sehari secara at satiation. Sampling bobot tubuh dan kelangsungan hidup ikan dilakukan setiap 20 hari sekali. Parameter uji yang diukur pada penelitian ini meliputi pertambahan bobot dan panjang, kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pakan (EP), kandungan proksimat, retensi lemak (RL) dan protein (RP), kadar glukosa darah, indeks hepatosomatik (IHS), tingkat ekskresi amonia (TAN), dan ekspresi gen GH tiGH pada organ hati. Analisis proksimat pakan dan total tubuh ikan uji dilakukan pada awal dan akhir penelitian, mengikuti metode Takeuchi (1988). Kadar glukosa diukur menggunakan metode enzimatik kolorimetri dengan uji glucosa liquicolor meggunakan test kit Human mbH (Jerman). Pengukuran TAN dilakukan menggunakan metode spektrofotometri, diadopsi dari Kobayashi et al. (2007). Analisis ekspresi mRNA tiGH dianalisis menggunakan metode RT-PCR. Data dianalisis menggunakan independent samples t-test dengan bantuan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi gen tiGH berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan komposisi tubuh. Ikan TG memiliki pertumbuhan bobot rerata 1,49 kali lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan ikan NT, sedangkan. pertambahan panjang tubuh tidak berbeda nyata (P>0,05). Ikan TG juga memiliki jumlah konsumsi pakan, EP, LPS, RP, RL, IHS dan KH yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan ikan NT. Selanjutnya, kandungan protein tubuh ikan TG lebih tinggi (P<0,05), sementara itu kandungan lemak tubuh dan glukosa darah lebih rendah (P<0,05) dibandingkan ikan mas NT. Ikan TG juga memiliki ekskresi total amonia 51,78% lebih rendah (P<0,05) dibandingkan ikan NT. Dengan demikian, budidaya ikan mas transgenik sangat berpotensi memiliki produktivitas tinggi, lebih efisien, dan lebih ramah lingkungan.
Collections
- MT - Fisheries [3019]