Pembangunan Perikanan Dalam Kerangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Provinsi Jawa Timur.
View/ Open
Date
2015Author
Huda, Hakim Miftakhul
Purnamadewi, Yeti Lis
Firdaus, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Provinsi Jawa Timur dihadapkan pada permasalahan ketimpangan ekonomi. Pada sisi yang lain perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik perikanan laut, darat maupun pengolahan ikan. Namun pengembangan perikanan sejauh ini belum memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian di Jawa Timur. Pengembangan perikanan secara terintegrasi diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi wilayah di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan 1) mengkaji dan memetakan keragaan perikanan sektoral dan regional di Provinsi Jawa Timur, 2) menganalisis peran subsektor perikanan dalam perekonomian daerah di Provinsi Jawa Timur, 3) menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan subsektor perikanan dalam kerangka pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur, dan 4) merumuskan strategi pembangunan perikanan dalam kerangka pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, shift share analysis, analisis input output dan regresi berganda data panel. Berdasarkan keragaan secara sektoral, dari sisi jumlah pelaku usaha, produksi dan nilai produksi menunjukkan bahwa perikanan di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh perikanan laut. Berdasarkan keragaan regional, secara total 10 kabupaten/kota terbesar dalam hal jumlah pelaku usaha, sedikit berbeda dengan 10 kabupaten terbesar dari sisi produksi dan nilai produksi. Kabupaten/kota yang termasuk 10 terbesar baik dari sisi pelaku usaha, produksi maupun nilai produksi adalah Kabupaten Lamongan, Gresik dan Sumenep. Hasil analisis daya saing dengan menggunakan analisis shift-share menunjukkan bahwa lima daerah di Jawa Timur mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi perikanan yang terdiri dari Kabupaten Lamongan, Pamekasan, Banyuwangi, Trenggalek, dan Pacitan. Di Jawa Timur terdapat 15 kabupaten yang dominan perikanan laut dan 23 kabupaten yang dominan perikanan darat. Hasil analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor pengolahan ikan mempunyai nilai keterkaitan ke belakang yang terbesar dari seluruh sektor dan nilai keterkaitan ke depan yang relatif kecil sehingga sektor tersebut mempunyai total nilai pengganda terbesar. Nilai keterkaitan ke belakang subsektor pengolahan yang terbesar adalah dengan subsektor perikanan darat. Analisis ekonometrik menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja dan anggaran belanja bidang kelautan dan perikanan berpengaruh signifikan secara positif dan inelastis terhadap produksi perikanan. Menurut tipologi usahanya, jumlah tenaga kerja pada perikanan tangkap laut, budidaya kolam, dan budidaya laut memberikan pengaruh secara signifikan dan positif terhadap produksi perikanan. Trip penangkapan memberikan pengaruh secara signifikan dan positif pada perikanan tangkap laut dengan elastisitas yang lebih rendah daripada jumlah tenaga kerja. Sementara itu, luas lahan budidaya juga memberikan pengaruh secara signifikan dan positif pada produksi perikanan budidaya kolam dan laut dengan elastisitas yang lebih rendah dari jumlah tenaga kerja. Jumlah bibit yang ditebar juga memberikan pengaruh secara signifikan dan positif pada produksi perikanan budidaya tambak dan kolam dengan elastisitas yang lebih rendah dari jumlah tenaga kerja. Kebijakan minapolitan memberikan pengaruh secara signifikan dan positif pada produksi perikanan budidaya laut. Strategi pembangunan perikanan dapat diprioritaskan pada usaha pengolahan ikan yang diharapkan memacu produksi perikanan khususnya perikanan darat yang mempunyai keterkaitan terbesar dengan pengolahan ikan. Pembangunan usaha pengolahan ikan dilaksanakan di daerah yang dominan perikanan darat serta diutamakan pada daerah yang tertinggal secara perekonomian (PDRB perkapita rendah dan angka kemiskinan tinggi). Beberapa daerah yang mempunyai dominasi perikanan darat dan termasuk daerah tertinggal diantaranya adalah Pacitan, Lamongan, Malang, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Kediri, Jombang, dan Nganjuk. Pembangunan perikanan dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah dapat difokuskan pada empat daerah tertinggal yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi perikanan (Pamekasan, Pacitan, Lamongan, dan Trenggalek) diikuti dengan daerah tertinggal yang hanya mempunyai keunggulan kompetitif atau terspesialisasi perikanan (Bangkalan, Sumenep, Sampang, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Kota Probolinggo, Madiun, Ngawi, Bojonegoro dan Kediri). Jumlah tenaga kerja masih menjadi variabel yang paling elastis dalam meningkatkan produksi perikanan, sehingga fokus pembangunan perikanan dapat diprioritaskan pada peningkatan jumlah tenaga kerja perikanan khususnya perikanan budidaya yang mempunyai potensi lahan yang masih luas untuk dikembangkan. Dalam rangka mendukung strategi pengembangan perekonomian di Jawa Timur, khusus pada sektor perikanan dapat mengutamakan daerah yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi sebagai prioritas pembangunan perikanan, serta didukung oleh daerah yang hanya unggul secara kompetitif atau spesialisasi saja. Subsektor pengolahan ikan dapat dijadikan prioritas dalam pengembangan perikanan karena memberikan pengganda tenaga kerja, output dan nilai tambah yang terbesar diantara subsektor perikanan, tentunya didukung dengan pembangunan perikanan laut dan darat. Nilai elastisitas tenaga kerja dan anggaran belanja bidang perikanan yang masih rendah diperlukan peningkatan keterampilan dan inovasi teknologi kepada tenaga kerja perikanan dan evaluasi alokasi anggaran agar lebih efektif dalam mendukung peningkatan produksi perikanan.
Collections
- MT - Agriculture [3772]