Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Vitamin D Serta Dampaknya Terhadap Gejala Stres Kerja Pada Pekerja Perempuan Usia Subur
Abstract
Vitamin D diduga berhubungan dengan menurunnya kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Dugaannya adalah hipovitaminosis D mampu memperbesar terjadinya stres kerja. Penelitian – penelitian pada manusia memperlihatkan adanya Vitamin D Reseptor (VDR) dan 1α-hidroksilase mengkatalisis sintesa 1,25 – dihidroksivitamin D (kalsitriol, bentuk bioaktif vitamin D) dalam struktur otak seperti korteks prefrontal, amygdala dan hipocampus. Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi status vitamin D dan dampaknya terhadap gejala stres kerja pada pekerja perempuan usia subur. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) Mengidentifikasi karakteristik pekerja perempuan; 2) Menilai status gizi dan pola konsumsi pangan pekerja perempuan; 3) Menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan status vitamin D dan gejala stres pekerja perempuan. Desain yang digunakan pada penelitian adalah penelitian survei. Penelitian ini telah mendapatkan Persetujuan Etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro No. 11/EC/FKM/2015. Total subjek penelitian 65 wanita usia subur yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang dikumpulkan adalah data primer, diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran analisis biokimia darah. Analisis data tahap awal adalah analisis diskriptif terhadap beberapa parameter diantaranya karakteristik sosio ekonomi demografi subjek (umur, pendapatan, pengeluaran jumlah anggota keluarga). analisis diskriptif juga dilakukan pada faktor – faktor yang mempengaruhi status vitamin D (paparan sinar matahari, penggunaan jilbab, penggunaan tabir surya, dan konsumsi pangan sumber vitamin D), variabel serum vitamin D dan gejala stres kerja. Model regresi linear berganda digunakan untuk analisis faktor – faktor yang berhubungan dengan status serum vitamin D dan faktor – faktor yang berhubungan dengan gejala stres kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata pekerja berumur 29.7 tahun. hampir separuh subjek tingkat pendidikannya hanya lulusan sekolah dasar (40.0%), dengan rata – rata lama pendidikan 8.5 tahun. pabila dilihat pada kategori status pernikahan, sebagian besar subjek statusnya menikah (80.0%) dan sebagian kecil (20.0%) subjek status cerai. pada umumnya pekerja WUS memiliki keluarga yang kecil (66.2%). pengeluaran non pangan subjek lebih besar (61.6%) daripada pengeluaran pangan (38.4%) dengan rata – rata pengeluaran sebesar Rp 2 921 600 per bulan dengan standar deviasi Rp 796 150. Berdasarkan status gizi, Rata rata lingkar pinggang subjek 78.8 cm yang menunjukkan bahwa sebagian besar subjek tergolong dalam status gizi normal. Menurut komposisi lemak tubuh (%LT), sebagian besar subjek (81.5%) memiliki komposisi lemak tubuh sedang dan sebagian kecil (18.5%) memiliki komposisi lemak tubuh lebih. Berdasarkan lemak viseral, sebagian besar subjek (89.2%) memilik lemak viseral kurang dari 10 dan hanya sedikit dari subjek (10.2%) yang lebih dari 10. berdasarkan IMT, lebih dari separuh subjek tergolong normal (69.2%) dan overweight (20.0%). Berdasarkan gaya hidup, sebagian besar subjek terpapar sinar matahari kurang dari 30 menit (76.9%), rata-rata subjek terpapar hanya 17.7 menit dengan simpangan baku 15.3 menit. Berdasarkan penggunaan sunblock (tabir surya) sebagian besar subjek selalu menggunakan Sunblock ( 80%) dan hanya 7% subjek yang tidak pernah menggunakan sunblock. Berdasarkan penggunaan jilbab lebih dari separuh (66.2%) pekerja perempuan menggunakan jilbab setiap hari kerja. Pekerja perempuan di pabrik garmen berusia muda dan sebagian besar memiliki masa kerja belum lama. Rata-rata pendapatan per bulan pekerja perempuan cukup tinggi. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), pada umumnya status gizi pekerja perempuan normal. Berdasarkan status serum 25(OH)D, diperoleh lebih dari dua per tiga (90.2%) memiliki serum vitamin D tidak normal terbagi menjadi 46.2% kategori defisiensi dan 44.6% kategori tidak cukup. Hanya 9.2% subjek yang memiliki kadar serum vitamin D normal. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, penggunaan jilbab, lingkar pinggang dan konsumsi susu berpengaruh signifikan (R2=0.623) terhadap status serum vitamin D pada pekerja perempuan. Sedangkan gejala stres kerja dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pengeluaran non pangan. Status serum vitamin D diketahui tidak berpengaruh signifikan terhadap timbulnya gejala stres kerja pada pekerja perempuan usia subur. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang faktor risiko lain yang diketahui mempengaruhi status serum vitamin D seperti aktifitas fisik,warna kulit, pengaruh iklim, jenis kelamin dan genetik. Selain itu perlu dilakukan program perbaikan gizi dan kesehatan terhadap pekerja perempuan dalam menunjang produktivitas mereka, program suplementasi vitamin D atau program senam di pagi hari. Rekomendasi program tersebut bisa dilaksanakan pada semua instansi perkantoran baik di pemerintah maupun swasta, utamanya yang memiliki karyawan lebih banyak bekerja dalam ruangan.
Collections
- MT - Human Ecology [2241]