Biodiversitas Dan Sifat Kimia Tanah Pada Ekosistem Lada Dan Ubi Kayu Di Lampung Timur
View/ Open
Date
2015Author
Irawati, Arfi
Widyastuti, Rahayu
Sutandi, Atang
Idris, Komaruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Biodiversitas tanah merupakan keragaman sifat biologi tanah yang terjadi di permukaan tanah hingga ke daerah rizosfer atau pada kedalaman tanah tertentu. Keragaman sifat kimia, fisika dan biologi tanah pada suatu ekosistem pertanian akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah sehingga dalam pengelolaan tanah perlu disesuaikan dengan karakteristik komoditas yang akan dikembangkan. Tanaman budidaya dapat menjadi penciri spesifik bagi suatu daerah, dalam hal ini tanaman lada merupakan komoditas asli Daerah Lampung yang produk pasca panennya dikenal sebagai Lada Hitam Lampung dan ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki nilai investasi agribisnis dan fungsi ketahanan pangan. Permasalahan yang terjadi pada tanaman lada adalah produksi yang rendah (8.25%) berada di bawah potensi hasil yaitu 4 ton.h-1 per tahun, sedangkan tanaman ubi kayu telah dapat mencapai target (87.63%) dari potensi produksi nasional 25–30 ton.h-1 per tahun. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi lada dan mempertahankan produksi ubi kayu dikarenakan kedua komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari biodiversitas fauna tanah, mikrob tanah fungsional dan sifat kimia tanah pada ekosistem lada dan ubi kayu serta kontribusi sifat-sifat biologi dan kimia tanah sebagai penciri dari kedua ekosistem tersebut. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Bulan Juli 2013 sampai Februari 2014. Lokasi pengambilan contoh tanah pada wilayah kecamatan Sukadana dan Margatiga di Kabupaten Lampung Timur. Ektraksi fauna tanah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Indentifikasi fauna tanah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah dan analisis kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Bahan kimia untuk mengektraksi fauna tanah adalah etilen glikol dan alkohol 70% untuk mengidentifikasi dan menyimpan fauna tanah, sedangkan alat yang digunakan adalah berlese funnel extractor. Analisis mikrob tanah fungsional menggunakan bahan dan alat untuk membuat media spesifik bagi pertumbuhan azotobacter, mikrob pelarut fosfat, mikrob sellulotik, total fungi dan total mikrob. Analisis sifat kimia tanah menggunakan bahan dan alat laboratorium yang disesuaikan dengan metode yang dilakukan untuk mengetahui kadar air, pH, N total, P tersedia, P potensial, K potensial, C organik, Al dapat ditukar (Aldd), H dapat ditukar (Hdd), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), Ca dapat ditukar (Cadd), Mg dapat ditukar (Mgdd), K dapat ditukar (Kdd), Na dapat ditukar (Nadd) dan tekstur di laboratorium. Perhitungan dilakukan terhadap jumlah fauna tanah, indeks keragaman Shannon, indeks kemerataan Pielou, indeks dominansi Simpson, bobot biomassa fauna tanah, populasi mikrob tanah fungsional dan sifat kimia tanah. Variabilitas data pada setiap lokasi pengambilan contoh tanah diuji menggunakan standar deviasi dan uji t (p<0,05) dilakukan untuk membandingkan dua nilai tengah variabel pengamatan. Analisis diskiriminan dilakukan untuk mengetahui peranan dari variabel pengamatan yang dapat menjadi penciri yang membedakan ekosistem lada dan ubi kayu. Keseluruhan data dianalisis menggunakan program Statistical Product and Service Solution versi 16 (SPSS 16). Berdasarkan hasil indentifikasi fauna tanah, ditemukan sebanyak 11 taksa yang dikelompokkan sebagai mesofauna (Acari dan Collembola), sedangkan yang termasuk makrofauna (Aranea, Coleoptera, Diplura, Diplopoda, Chilopoda, Hymenoptera, Isopoda, Isoptera dan Pseudoscorpion). Total jumlah fauna tanah yang ditemukan pada kedua ekosistem adalah 17529 individu, dalam hal ini jumlah makrofauna lebih dominan dibandingkan dengan jumlah mesofauna. Kemungkinan terdapat keadaan yang sesuai bagi perkembangan makrofauna tanah, yaitu berkurangnya kompetisi dalam memperoleh sumber makanan dan terjaminnya ketersediaan ruang gerak untuk mendukung aktivitas fauna tanah dan mempertahankan populasi. Pada ekosistem lada, berdasarkan lama penggunaan terjadi pengurangan jumlah taksa pada lama penggunaan lahan 11-20 yaitu menjadi 10 taksa karena tidak ditemukan Diplopoda. Pada ekosistem ubi kayu, pengaruh lama penggunaan lahan ≤5 tahun secara signifikan tidak berbeda nyata dengan lama penggunaan lahan 6-13 tahun. Rata-rata populasi azotobacter, mikrob sellulotik dan total mikrob, pada ekosistem lada lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dengan ekosistem ubi kayu. Sedangkan rata-rata populasi mikrob pelarut fosfat dan total fungi tidak berbeda nyata pada ekosistem lada dibandingkan ekosistem ubi kayu. Berdasarkan lama penggunaan lahan dapat diketahui bahwa suatu ekosistem yang telah digunakan untuk menanam tanaman budidaya selama kurun waktu tertentu, ternyata menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap populasi mikrob tanah fungsional pada ekosistem lada dan ubi kayu. Sifat kimia tanah pada ekosistem lada tidak berbeda nyata secara signifikan dengan ekosistem ubi kayu, tetapi terjadi heterogenitas terhadap nilai rata-rata yang dapat disebabkan perubahan iklim, tindakan budidaya tanaman yang dilakukan dan campur tangan manusia. Untuk mengetahui informasi mengenai variabel pengamatan yang paling berperan (berkontribusi) sebagai faktor pembeda pada ekosistem lada dan ubi kayu, dimana variabel pengamatan yang memiliki nilai koefisien yang lebih besar akan menyumbangkan kekuatan diskriminasi yang lebih besar pada kedua ekosistem. Variabel-variabel tersebut adalah KTK, Aldd, kandungan liat, C organic, kandungan pasir dan total mikrob.
Collections
- MT - Agriculture [3787]