Potensi Resiko Introduksi Gandum Ke Timor Tengah Utara : Penyakit Hawar Daun Dan Busuk Batang
View/ Open
Date
2015Author
Rusae, Aloysius
Wiyono, Suryo
Tondok, Efi Toding
Metadata
Show full item recordAbstract
Gandum (Triticum spp.) adalah tanaman serealia, memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Kebutuhan gandum di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun sejalan dengan peningkatan populasi penduduk Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tepung gandum yang ada di Indonesia berasal dari negara lain, menyebabkan Indonesia dikenal sebagai pengimpor gandum kedua terbesar di dunia. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri dengan memproduksi gandum sendiri mendorong peneliti dan pemerintah untuk mengembangkan gandum tropik di Indonesia. Timor Tengah Utara adalah daerah yang potensial untuk pengembangan gandum di Indonesia. Kondisi lingkungan yang mendukung berupa kelembapan udara dan suhu yang rendah di daerah yang lebih tinggi, juga tipe tanah Litosol dan Grumosol menjadikan wilayah ini sebagai tempat yang sangat cocok untuk mengembangkan tanaman gandum. Penyakit tumbuhan merupakan salah satu faktor pembatas yang perlu diperhatikan bila akan mengintroduksi gandum ke suatu wilayah baru, termasuk Timor Tengah Utara. Informasi tentang penyakit tanaman gandum belum ada di Timor Tengah Utara karena belum pernah dilakukan penanaman gandum di daerah tersebut. Pengetahuan tentang keberadaan patogen sangat penting untuk menentukan peta sebaran patogen, juga untuk menentukan langkah pengelolaan patogen tersebut lebih lanjut apabila dilakukan penanaman dalam areal yang luas sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi gandum. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui potensi resiko serangan penyakit-penyakit utama yang akan menyerang tanaman gandum apabila diintroduksi ke Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan adalah penanaman gandum di Kelurahan Oenak, Timor Tengah Utara, pengamatan penyakit dan identifikasi penyakit utama. Varietas gandum yang ditanam adalah varietas Dewata, Selayar dan Nias. Penanaman dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2014. Setiap varietas (sebagai perlakuan) ditanam pada petak dengan luas 3 x 4 m, dengan jarak tanam 25 x 10 cm dan diulang 4 kali. Pengamatan terhadap kejadian dan keparahan penyakit dilakukan setiap 4 minggu. Pembuktian patogen utama dilakukan dengan mengikuti Postulat Koch. Identifikasi patogen dilakukan dengan karakterisasi morfologi dengan bantuan kunci identifikasi. Penelitian laboratorium untuk identifikasi penyakit dilakukan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Helminthosporium gramineum merupakan patogen hawar daun tanaman gandum yang ditemukan di Timor Tengah Utara, dibuktikan dengan Postulat Koch. Penyakit hawar daun merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman gandum di Timor Tengah Utara. Kejadian penyakit hawar daun sangat tinggi untuk ketiga varietas yang diuji, berkisar 73.45-87.93%. Respon varietas terhadap patogen hawar daun berbeda, penelitian lapangan menunjukkan bahwa varietas Dewata paling tahan dibandingkan dengan varietas Selayar dan Nias. Pembuktian dengan Postulat Koch menunjukkan bahwa penyakit busuk batang pada penelitian ini disebabkan oleh Rhizoctonia sp., yang memiliki sifat morfologi mirip dengan Rhizoctonia zeae. Penyakit busuk batang ini juga merupakan penyakit penting pada tanaman gandum di Timor Tengah Utara, dengan kejadian penyakit antara 11.30-21.76%. Walaupun kejadian penyakit tersebut tidak tinggi tetapi dapat menyebabkan kematian pada semua fase pertumbuhan gandum. Berdasarkan pengetahuan penulis, penyakit busuk batang pada gandum yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp. untuk pertama kalinya dilaporkan di Indonesia. Penyakit lain yang menginfeksi tanaman gandum adalah busuk pucuk Fusarium, hawar malai Curvularia dan Helminthosporium, dan daun terpilin. Persentase kejadian ketiga penyakit tersebut sangat rendah. Dari ketiga varietas yang diuji, varietas Dewata memperlihatkan tingkat kejadian dan keparahan penyakit paling rendah terhadap hawar daun, busuk batang dan penyakit lainnya. Varietas Dewata memiliki tingkat ketahanan tertinggi terhadap berbagai serangan patogen selama pertumbuhannya. Varietas Dewata juga memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dengan lingkungan dibandingkan dengan varietas yang lain, ditunjukkan oleh pertumbuhan fase vegetatif dan generatif yang lebih baik.
Collections
- MT - Agriculture [3778]