Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Terhadap Kinerja Usaha Pada Sistem Integrasi Tanaman Dan Ternak (Kasus: Di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat).
View/ Open
Date
2015Author
Rahmi, Khairum
Fariyanti, Anna
Baga, Lukman M.
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu daerah pelaksana program sistem integrasi tanaman dan ternak di Provinsi Sumatera Barat. Usaha yang dijalankan petani yaitu pengintegrasian tanaman padi, kakao, jagung dengan ternak sapi. Pada saat ini teknologi yang digunakan petani masih sederhana dan adanya kendala berupa keterbatasan modal, bahan baku pakan (produk sampingan ternak), ketidakpastian pasar, dan risiko usaha yang besar, namun petani memiliki aset berupa tenaga kerja dalam keluarga, daya juang, semangat gotong royong, pengetahuan, dan pengalaman dalam usahatani yang mereka geluti. Meskipun mengalami beberapa kendala petani masih bertahan untuk menjalankan usaha integrasi, karena usaha ini dijalankan oleh petani yang memiliki semangat tinggi yang tercermin dalam eksistensinya menjalankan usaha. Perilaku tersebut menjadi keunikan pada petani dalam menjalankan usaha meskipun perkembangan usahanya tidak signifikan. Keberhasilan sistem integrasi tanaman dan ternak dapat dicapai melalui kewirausahaan dengan cara mengembangkan sikap maupun kompetensi petani. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik petani yang menjalankan usaha integrasi tanaman dan ternak; (2) menganalisis faktor individu dan lingkungan yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan petani; dan (3) menganalisis pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yang dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sampel penelitian ini berjumlah 115 orang petani. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Pengolahan data kuantitatif menggunakan Lisrel 8.72. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik petani yang menjalankan usaha integrasi tanaman dan ternak terdiri dari: (1) secara umum berjenis kelamin laki-laki dan berada pada umur produktif yaitu berkisar antara 40-55 tahun, (2) usaha yang dijalankan petani masih tergolong kecil dan mayoritas berorientasi pada kebutuhan sehari hari, (3) pada umumnya pendapatan petani dibawah Rp 1 000 000, dan (4) status kepemilikan lahan petani sebagian besar adalah milik sendiri dan ternak yang diusahakan adalah milik kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun rata-rata petani berada pada umur yang produktif, tetapi belum mampu meningkatkan kinerja karena perilaku petani dalam berusaha masih bersifat subsisten. Faktor individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaaan, dengan koefisien pengaruh sebesar 0.25. Faktor individu yang paling dominan mempengaruhi perilaku kewirausahaan adalah pengalaman dan keinginan berusaha dengan muatan faktor (λ) sebesar 0,89. Berdasarkan hasil diskusi dengan responden bahwa pemahaman petani mengenai manajemen dalam pelaksanaan usaha integrasi didapatkan dari pengalaman bekerja sehingga petani berkeinginan untuk terus berkomitmen menjalankan usaha integrasi agar menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi dirinya maupun orang lain. Faktor Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan dengan koefisien pengaruh (ɣ=0.52). Faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi perilaku kewirausahaan petani adalah kekompakan antar petani dengan nilai muatan faktor (λ) sebesar 0.90. Kekompakan tersebut terlihat dari pengelolaan usaha tanaman dan ternak yang dilakukan secara bergotongroyong serta petani saling berbagi informasi mengenai teknologi pengolahan produk sampingan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa kinerja usaha petani pada integrasi tanaman dan ternak dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan yang berpengaruh positif dan signifikan. Sementara faktor lingkungan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini disebabkan karena petani selama ini mengandalkan kemampuan yang melekat pada dirinya masing-masing, seperti tanggap terhadap peluang, inovatif, berani mengambil risiko, mandiri dan tekun berusaha yang memiliki pengaruh terbesar yaitu (λ) 0.90. Kebijakan dari pemerintah yang ada saat ini belum mampu membantu petani dalam menjalankan usaha, misalnya lembaga keuangan yang belum tersedia untuk membantu permodalan bagi petani dalam mengembangkan usaha integrasi, petani masih menggunakan alat yang sederhana dalam mengolah produk sampingan dan permasalahan lainnya, sehingga petani cenderung hanya mengandalkan kemampuan pada dirinya. Oleh sebab itu, pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dirinya dalam mengelola usaha agar menjadi petani wirausaha yang sukses. Salah satu pembinaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu mengadakan pelatihan yang dapat merubah orientasi petani yang sebelumnya hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari menjadi berorientasi bisnis dan menyediakan bantuan modal bagi petani melalui koperasi atau kelompok tani.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]