Willingness To Accept Nelayan Untuk Keberlanjutan Perikanan Tuna Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu
View/ Open
Date
2015Author
Gustriany, Rany
Wiryawan, Budy
Zulbainarni, Nimmi
Metadata
Show full item recordAbstract
Teluk Palabuhanratu letaknya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, hal ini menyebabkan tingginya produksi tuna di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Tuna merupakan salah satu dari potensi perikanan Indonesia yang bernilai ekonomis penting. Alat penangkapan utama yang digunakan untuk menangkap tuna di teluk Palabuhanratu adalah pancing tonda dan longline. Eksploitasi perikanan tuna yang semakin meningkat dapat mengganggu keberlanjutan perikanan tuna yang mengakibatkan tidak hanya tuna layak tangkap yang ditangkap melainkan juga baby tuna. Baby tuna merupakan tuna yang secara ukuran belum layak tangkap karena tuna belum matang gonad. Berdasarkan data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tahun 2011 terdapat sebanyak 1,17% produksi baby tuna dari total produksi tuna yang ditangkap. Apabila kegiatan penangkapan baby tuna dibiarkan terus menerus maka akan berdampak pada keberlanjutan perikanan tuna tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengukur kesediaan nelayan untuk menerima kompensasi sebagai pengganti terhadap larangan melakukan kegiatan menangkap baby tuna. Setelah melalui proses analisis statistik dengan menggunakan regresi linier berganda dari keempat variabel yang diuji diperoleh dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai WTA yang diinginkan nelayan. Variabel yang berpengaruh signifikan tersebut adalah variabel Penerimaan dan jumlah tanggungan keluarga. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesediaan nelayan untuk menerima ganti rugi adalah sebesar Rp 18.143,55/kg baby tuna. Fakta ini diharapkan dapat dipertimbangkan oleh pemerintah guna membangun perikanan berkelanjutan.