Dampak Infrastruktur Terhadap Penawaran Output dan Permintaan Input pada Tanaman Pangan : Pendekatan Multi Input-Multi Output
View/ Open
Date
2015Author
Suryani, Erma
Hartoyo, Sri
Sinaga, Bonar M.
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan produksi pangan menjadi program prioritas pemerintah seiring meningkatnya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peningkatan produksi tidak hanya ditentukan oleh penggunaan input variabel dan penerapan teknologi, tetapi juga harus didukung infrastruktur yang memadai. Terbatasnya anggaran pembangunan menjadi kendala dalam pembangunan dan atau rehabilitasi infrastruktur, khususnya irigasi dan jalan. Sejauhmana infrastruktur tersebut berkontribusi terhadap perubahan penawaran output dan permintaan input ? Seberapa besar dampak langsung dan tidak langsung infrastruktur mempengaruhi produksi padi dan jagung? Pertanyaan tersebut mendasari dilakukannya penelitian ini. Penelitian bertujuan : (1) menganalisis dampak infrastruktur jalan dan irigasi terhadap penawaran output dan permintaan input pada usahatani padi dan jagung, (2) menganalisis dampak kebijakan harga dan infrastruktur terhadap penawaran output dan permintaan input pada usahatani padi dan jagung, dan (3) menganalisis dampak langsung dan tidak langsung infrastruktur jalan dan irigasi terhadap produksi padi dan jagung. Data penelitian bersumber dari hasil survey tahun 2007 dan 2010 yang dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) bekerjasama dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan International Food and Policy Research Institute (IFPRI) di tujuh provinsi, yaitu Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Jumlah sampel penelitian sebanyak 45 desa contoh. Analisis menggunakan pendekatan multi input-multi output dengan fungsi keuntungan translog. Pendugaan model menggunakan metode Seemingy Unrelated Regression. Hasil analisis menunjukkan elastisitas penawaran padi, jagung, dan tanaman lainnya bertanda positif terhadap harganya, artinya jika terjadi peningkatan harga padi, jagung, dan tanaman lainnya, maka terjadi peningkatan penawaran padi, jagung, dan tanaman lainnya. Elastisitas penawaran padi, jagung dan tanaman lainnya terhadap perubahan harga input variabel bertanda negatif, artinya setiap terjadi peningkatan harga input variabel, maka akan berdampak pada penurunan penawaran padi, jagung, dan tanaman lainnya. Dampak faktor tetap lahan elastis terhadap penawaran padi dan tanaman lainnya. Infrastruktur irigasi yang diproksi dengan Indeks Pertanaman (IP) padi berdampak positif terhadap penawaran padi dan berdampak negatif terhadap penawaran jagung dan tanaman lainnya. Hal ini disebabkan tanaman padi dan jagung atau tanaman lainnya ditanam di lahan yang sama. Jika dilakukan perbaikan kualitas irigasi, maka petani cenderung memprioritaskan menanam padi. Secara umum infrastruktur jalan yang diproksi dari biaya transportasi berdampak positif terhadap peningkatan produksi baik padi maupun jagung. Elastisitas permintaan input terhadap harga sendiri seluruhnya menunjukkan tanda negatif dan secara statistik berpengaruh nyata, artinya setiap terjadi peningkatan/penurunan harga input menyebabkan penurunan/peningkatan permintaan inputnya. Tingginya elastisitas permintaan pupuk urea disebabkan pupuk urea merupakan pupuk utama yang dibutuhkan petani dalam usahatani padi dan palawija. Elastisitas permintaan input yang terendah adalah permintaan pupuk SP-36, diduga pupuk SP-36 bukan unsur utama dalam kegiatan usahatani, sehingga dapat disubstitusi dengan pupuk NPK. Nilai elastisitas silang antar input bertanda positif dan negatif. Hubungan komplementer (tanda negatif) ditunjukkan antara urea dan input lainnya (pestisida dan herbisida), sedangkan pupuk urea dengan SP-36, NPK, dan tenaga kerja memiliki hubungan substitusi (tanda positif). Elastisitas permintaan input terhadap harga padi dan jagung seluruhnya bertanda positif. Hal ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan harga output, maka permintaan input juga akan meningkat. Elastisitas permintaan input terhadap faktor tetap bervariasi, baik tanda (sign) maupun besarannya. Luas lahan berdampak positif dan secara statistik signifikan terhadap permintaan seluruh jenis input variabel. Infrastruktur irigasi berdampak positif terhadap permintaan input variabel kecuali permintaan pupuk urea. Infrastruktur jalan berdampak positif terhadap permintaan input variabel. Hasil simulasi dari beberapa skenario kebijakan menunjukkan kebijakan perbaikan infrastruktur jalan berdampak positif pada produksi padi dan jagung. Kebijakan peningkatan kualitas irigasi berdampak positif terhadap peningkatan produksi padi, tetapi produksi jagung cenderung menurun. Kombinasi kebijakan harga output, harga input, dan infrastruktur (irigasi dan jalan) berdampak positif pada peningkatan produksi padi dan berdampak negatif terhadap produksi jagung. Dampak langsung dan tidak langsung infrastruktur irigasi dan jalan terhadap produksi padi menunjukkan tanda positif, artinya peningkatan kualitas infrastruktur dapat meningkatkan produksi padi. Untuk komoditas jagung, dampak langsung infrastruktur irigasi dan jalan dapat meningkatkan produksi, namun dampak tidak langsung (perubahan produksi akibat perubahan input) menunjukkan tanda negatif, artinya produksi jagung akan turun ketika terjadi perubahan penggunaan input variabel. Peningkatan infrastruktur irigasi berdampak positif pada peningkatan produksi padi, konsekuensinya produksi jagung akan menurun karena umumnya ditanam pada lahan yang sama. Sementara untuk peningkatan infrastruktur jalan secara umum berdampak positif pada peningkatan produksi padi dan jagung. Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini, yaitu: (1) kebijakan penetapan HPP padi masih layak dilanjutkan, (2) pemerintah seyogyanya meningkatkan pengembangan mekanisasi pertanian (labor saving technology) sebagai solusi peningkatan upah tenaga kerja manusia, (3) seiring implementasi program pencetakan/perluasaan sawah atau menekan konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian, hendaknya dikomplemen dengan program jangka pendek seperti pemulihan kondisi lahan sawah melalui pemanfaatan biomassa pertanian, pupuk organik, dan integrasi tanaman-ternak, dan (4) pemerintah seyogyanya meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan/rehabilitasi infrastruktur irigasi dan jalan.