Habitat, Biologi Reproduksi Dan Dinamika Populasi Rajungan (Portunus Pelagicus Linnaeus 1758) Sebagai Dasar Pengelolaan Di Teluk Lasongko, Sulawesi Tenggara
View/ Open
Date
2015Author
Hamid, Abdul
Wardiatno, Yusli
Batu, Djamar T.F. Lumban
Riani, Etty
Metadata
Show full item recordAbstract
Rajungan bernilai ekonomis penting dan permintaannya yang tinggi sehingga dilakukan penangkapan secara intensif, diantaranya seperti yang terjadi di Teluk Lasongko. Untuk itu, perlu dilakukan pengelolaan sehingga keberlanjutan populasi rajungan di perairan ini terjaga, namun data kondisi habitat, biologi reproduksi dan dinamika populasi rajungan belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) karakteristik habitat dan distribusi populasi rajungan berdasarkan hasil tangkapan, (2) karakteristik morfometrik dan distribusi frekuensi kelas ukuran populasi rajungan, (3) parameter biologi reproduksi rajungan, (4) distribusi, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan komposisi biokimia telur rajungan betina ovigerous, (5) struktur ukuran populasi, parameter dinamika populasi dan tingkat eksploitasi rajungan, dan (6) merumuskan konsep pengelolaan rajungan di Teluk Lasongko. Pengambilan contoh rajungan dilakukan dengan menggunakan gill net dengan ukuran mata jaring 1.5, 2.5 dan 3.5 inci pada tujuh stasiun dan dilakukan setiap bulan, yaitu dari bulan April 2013 sampai bulan Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik habitat rajungan di Teluk Lasongko bervariasi baik spasial maupun temporal, namun masih dalam batas kisaran yang optimal bagi kehidupan dan pertumbuhan rajungan. Keberadaan rajungan di perairan ini juga bervariasi secara spasial dan temporal, dan ditemukan tersebar pada tipe substrat pasir (dominan), pasir berlempung dan liat lempung berpasir dengan kedalaman berkisar antara 0.35 m hingga 31 m. Keempat jenis warna rajungan betina ovigerous juga ditemukan pada berbagai tipe habitat. Rajungan di perairan ini banyak tertangkap pada bulan Desember sampai Juli, sedangkan pada bulan Agustus sampai Oktober sedikit tertangkap. Kondisi substrat, kedalaman air dan padang lamun mempengaruhi distribusi populasi rajungan di Teluk Lasongko, dan sebagian besar variabel kualitas air berkorelasi dengan distribusi rajungan. Karakter morfometrik rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko ditemukan bervariasi secara spasial dan temporal, yang tertangkap pada stasiun 1 dan 2 berukuran kecil dan yang tertangkap pada stasiun 7 berukuran besar dibandingkan dengan stasiun lainnya. Rajungan jantan yang tertangkap pada bulan Oktober sampai Desember berukuran besar, sedangkan yang tertangkap pada bulan April, Mei, Juli, September, Februari dan Maret berukuran kecil. Rajungan betina yang tertangkap pada bulan Oktober, November, Maret, September dan Desember tergolong berukuran besar sedangkan yang tertangkap pada bulan April tergolong berukuran kecil. Karakter morfometrik rajungan jantan dan betina yang tertangkap pada musim barat lebih besar dari pada musim timur. Ukuran rajungan jantan yang tertangkap pada penelitian ini lebih kecil dari pada rajungan betina, masing-masing terdistribusi pada 10 kelas ukuran lebar karapas untuk rajungan jantan dan rajungan betina tersebar pada 12 kelas ukuran. Hubungan lebar/panjang karapas-berat tubuh dan hubungan antar karakter morfometrik rajungan jantan menunjukkan hubungan yang sangat nyata, kuat dan positif. Tipe pertumbuhan relatif antar karakter morfometrik rajungan jantan dan betina umumnya bersifat allometrik negatif, sedangkan lebar/panjang-berat tubuh rajungan jantan dan betina bersifat isometrik. Tipe pertumbuhan relatif panjang karapas-berat rajungan jantan dan betina bersifat allometrik negatif. Tipe pertumbuhan relatif lebar/panjang-berat tubuh rajungan jantan dan betina tahap juvenil dan tahap dewasa tidak mengalami perubahan, yaitu keduanya bersifat isometrik. Rasio kelamin, TKG dan IKG rajungan jantan dan betina yang ditemukan di Teluk Lasongko bervariasi secara spasial dan temporal. Rasio kelamin rajungan jantan dan betina secara spasial dan temporal umumnya seimbang, kecuali rasio kelamin total tidak seimbang. Rajungan jantan yang tertangkap pada setiap stasiun didominasi oleh rajungan yang belum matang gonad sedangkan rajungan betina sebagian besar didominasi oleh yang matang gonad, kecuali pada stasiun 1 dan 2. Rajungan jantan yang tertangkap pada setiap periode penangkapan, serta pada musim timur dan barat sebagian besar didominasi oleh rajungan yang belum matang gonad. Ukuran lebar karapas 50 % matang kelamin rajungan jantan 109.83 mm dan betina 115.71 mm. Rajungan betina ovigerous berwarna kuning dan orange didominasi oleh yang belum matang gonad, sedangkan yang berwarna coklat dan abu-abu gelap seimbang antara yang belum matang gonad dan yang matang gonad. Perkembangan gonad dan embrio rajungan betina ovigerous berlangsung paralel. IKG rajungan betina ovigerous lebih rendah dari pada IKG rajungan betina yang belum ovigerous. Fekunditas rajungan di Teluk Lasongko berkisar antara 69 747 butir hingga 2 078 874 butir, berkorelasi linear dengan ukuran tubuh dan berat telur, serta bervariasi terhadap ukuran tubuh dan warna telur rajungan. Kadar proksimat dan asam lemak selama perkembangan embrio rajungan mengalami perubahan seiring dengan perubahan warna telur rajungan dari warna kuning ke warna abu-abu gelap. Jumlah kelompok ukuran rajungan yang ditemukan pada penelitian ini terdiri dari satu sampai dua kelompok, dan sebagian besar tergolong ukuran dewasa atau matang kelamin. Pertumbuhan populasi rajungan jantan lebih cepat dari pada rajungan betina. Rekrutmen populasi rajungan di Teluk Lasongko berlangsung setiap bulan dan tertinggi terjadi pada bulan Juli dan September, dan tingkat eksploitasi rajungan jantan dan betina di perairan ini telah tergolong tangkap lebih (overfishing). Potensi keberlanjutan populasi rajungan di Teluk Lasongko tergolong tinggi dilihat dari aspek habitat, biologi reproduksi dan parameter dinamika populasi, namun karena tingkat eksploitasi yang tinggi, status stok rajungan di perairan ini cenderung tergolong kritis. Rajungan pada lokasi yang dangkal telah mengalami perubahan rasio kelamin jantan dan betina serta ukuran rajungan jantan dan betina semakin kecil. Konsep pengelolaan yang segera dilakukan untuk menjamin keberlanjutan populasi rajungan dan penangkapan berkelanjutan adalah pengaturan rajungan yang boleh ditangkap, pengaturan musim penangkapan, pengendalian alat tangkap dan daerah penangkapan, perlindungan dan rehabilitasi habitat, restoking, mengembangkan suaka rajungan serta pemantauan dan evaluasi.
Collections
- DT - Agriculture [748]