Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Integrasi Usaha Ternak Sapi Potong dan Usahatani Padi di Kabupaten Bandung
View/ Open
Date
2015Author
Heriawati, Ria
Munibah, Khursatul
Widiatmaka
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan adalah pengembangan pola bertani dengan tetap memperhatikan ekosistem lahan dan efisiensi lahan. Pola integrasi usaha ternak sapi potong dengan lahan sawah diharapkan mampu membantu mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan. Diversifikasi usahatani dan ternak diharapkan juga dapat ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pupuk merupakan salah satu input produksi dalam usahatani padi dan penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kualitas lahan. Untuk jangka panjang, hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan produktivitas lahan. Dalam usaha ternak, ketersediaan dan kontinuitas hijauan sebagai sumber pakan seringkali menjadi kendala. Sementara pakan sangat berkaitan dengan produktivitas ternak. Permasalahan lain dalam usaha ternak dan usahatani padi saat ini adalah keberadaan lahan. Saat ini lahan pertanian semakin menyempit akibat pembangunan dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya bagaimana usaha pertanian dapat menjadi basis dalam pengembangan wilayah di kabupaten Bandung. Agar pelaksanaannya dapat berjalan efektif dan efisien, diperlukan inventarisasi sebaran dan luasan sawah aktual dan lahan yang sesuai secara ekologis untuk perkembangan sapi potong. Berdasarkan hal tersebut disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut; 1) dimana sebaran dan luasan sawah aktual?, 2) dimana sebaran dan luasan lahan yang sesuai dan optimal secara ekologis untuk pengembangan usaha ternak sapi potong?, 3) dimana lahan tersedia untuk pengembangan usaha ternak sapi potong integrasi usahatani padi berdasarkan nilai Indeks Daya Dukung hijauan makanan ternak?, 4) bagaimana keuntungan dari kegiatan pola usaha tersebut?, dan 5) bagaima arahan pengembangannya?. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) menganalisis sebaran dan luasan sawah aktual di Kabupaten Bandung, 2) menganalisis kesesuaian lahan ekologis untuk pengembangan budidaya sapi potong di Kabupaten Bandung, 3) menganalisis sebaran lahan tersedia untuk pengembangan wilayah integrasi usaha ternak sapi potong dan usahatani padi, 4) menganalisis keuntungan pola usaha ternak integrasi usahatani padi, dan 5) merumuskan arahan pelaksanaan pengembangan wilayah integrasi usaha ternak sapi potong dan usahatani padi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung sejak bulan Juni hingga November tahun 2014. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara melalui penyebaran kuesioner kepada stekaholder yang berkaitan (peneliti, pelaku dan birokrat). Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait (BIG, Kementan RI, Kemen PU, BPS, Bappeda, Disnakan, Distanbunhut, dan BKP3). Analisis yang digunakan meliputi ; 1) Analisis tutupan lahan sawah aktual, 2) Analisis MCE, 3) Analisis GIS, 4) Analisis RC rasio, 5) Analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis tutupan lahan sawah aktual diperoleh hasil : 1) luasan sebaran sawah aktual adalah 31.735 ha, terdiri dari sawah irigasi 28.497 ha dan tadah hujan 3.222 ha, dan terkonsentrasi di bagian tengah Kabupaten Bandung dan tersebar di 12 kecamatan, 2) hasil analisis MCE untuk kesesuaian lahan ekologis budidaya sapi potong menunjukkan bahwa sumber hijauan merupakan faktor paling berpengaruh (0,24) kemudian sumber air (0,19), curah hujan (0,17), tingkat kemiringan (0,15), elevasi (0,13), dan THI (0,12). Berdasarkan data tersebut, diperoleh luasan pengembangan sapi potong kesesuaian S1 32.745 ha, kesesuaian S2 62.897 ha, dan S3 seluas 47 ha. Sebagian besar lokasi berada di bagian tengah kabupaten Bandung dan semakin ke utara dan semakin ke selatan kelas kesesuaian semakin besar, 3) pengembangan wilayah berbasis integrasi usaha ternak sapi potong dan usahatani padi berdasarkan analisis spasial dapat diaplikasikan pada luasan lahan S1 7.730 ha, S2 5.420 ha, dan S3 0,01 ha, 4) nilai keuntungan atas lahan yang melakukan kegiatan integrasi mencapai 1.100 trilliun rupiah. Nilai RC rasio dari usaha untuk kegiatan integrasi lebih besar (2,24) dibandingkan usahatani padi non integrasi (2,12) dan usaha ternak sapi potong saja (1,27), 5) Berdasarkan analisis SWOT disimpulkan bahwa pengembangan wilayah berbasis integrasi usaha ternak sapi potong dan usahatani padi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi padi dan meningkatkan populasi ternak sapi potong melalui optimalisasi lahan dalam bentuk diversifikasi usahatani. Hal tersebut karena kabupaten Bandung memiliki kekuatan biofisik lahan dan luasan lahan sawah yang sangat besar. Maka strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan wilayah berbasis integrasi usaha ternak sapi potong dan usahatani padi ini adalah dengan membentuk kelompokkelompok tani ternak yang melakukan kegiatan pertanian model integrasi tani ternak atau menggabungkan kelompok tani/ternak yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produk hasil pertanian beras dan daging serta efek perbaikan lingkungan dari kegiatan integrasi tersebut.
Collections
- MT - Agriculture [3781]