Pengelolaan Ikan Brek (Barbonymus Balleroides Val. 1842) Berdasarkan Aspek Ekobiologi Di Kawasan Hulu Sungai Serayu Jawa Tengah
View/ Open
Date
2015Author
Haryono
M. F. Rahardjo
Affandi, Ridwan
Mulyadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan brek (Barbonymus balleroides) merupakan ikan konsumsi asli Sungai Serayu yang habitatnya terfragmentasi oleh Waduk Mrica sejak tahun 1988. Tu-juan penelitian mengkaji aspek biologi ikan brek dan keterkaitan dengan ling-kungannya. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga zona berdasarkan keberadaan waduk, yaitu zona bawah (St.1-St.2), zona tengah atau kawasan waduk (St.3-St.4), dan zona atas (St.5-St.6). Penelitian dilakukan selama satu tahun mulai bulan Juni 2012 sampai Mei 2013. Pengambilan sampel ikan dan data lapangan dilakukan setiap bulan. Alat tangkap yang digunakan terutama jaring insang dan jala, serta dilengkapi pengejut elektrik. Sampel ikan yang diperoleh diawetkan dalam larutan formalin 4-10%, lalu diamati di laboratorium. Analisis dilakukan terhadap karak-teristik habitat, karakteristik spesies, pola pertumbuhan, dan aspek reproduksi. Selama penelitian tertangkap ikan brek sebanyak 2.466 ekor yang terdiri atas 1.073 jantan dan 1.393 betina. Keberadaan Waduk Mrica telah membentuk dua kelompok berdasarkan karakteristik ekologi dan spesiesnya, yaitu kelompok pertama di bawah waduk (St.1 dan St.2) dan kelompok kedua di atas waduk (St.3 sampai St.6). Berdasarkan karakterisasi spesies secara morfologis (meristik dan morfometrik) diperoleh kepastian bahwa ikan brek di Sungai Serayu bukanlah Puntius orphoides tetapi Barbonymus balleroides dan terpisah secara sempurna dari kerabatnya. Populasi ikan brek di Sungai Serayu memiliki pola pertumbuhan allometrik positif kecuali pada ikan jantan di zona tengah dan atas dengan pola pertumbuhan isometrik. Nilai faktor kondisi meningkat seiring dengan meningkatnya kematangan gonad. Ikan brek jantan dan betina dapat dibedakan secara morfologis melalui ciri kelamin sekunder. Nisbah kelamin jantan terhadap betina tidak seimbang. Ukuran ikan kali pertama matang gonad bervariasi antarzona dan jenis kela-min dengan kisaran 150 mm sampai 202 mm. Indeks kematangan gonad (IKG) betina lebih besar daripada jantan. IKG betina paling tinggi pada bulan Agustus dan September. IKG meningkat seiring dengan meningkatnya kematangan gonad. Ikan brek jantan dan betina yang matang gonad (TKG IV) dapat ditemukan ham-pir setiap bulan. Betina matang gonad paling banyak ditemukan pada bulan Agus-tus dan September. Pemijahan ikan brek terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya pada musim kemarau yaitu antara bulan Agustus dan September. Kisaran fekunditas antara 2.760 butir sampai 50.085 butir dan rata-rata 17.347 butir. Berdasarkan zona dan ukuran ikan dengan panjang total yang sama, fekunditas rata-rata paling tinggi ter-dapat di zona bawah waduk yaitu 20.218 butir, diikuti zona atas 16.724 butir, dan paling rendah zona tengah dengan 11.885 butir. Fekunditas di ketiga zona cende-rung lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan musim penghujan. Hubung-an antara fekunditas dengan panjang total yaitu F=0,0364L2,4388 (r=0,5989) dan dengan bobot tubuh F= 4443,6+123,92W (r=0,6290). Diameter telur ikan brek matang gonad antara 0,10-1,48 mm dengan satu puncak. Tipe pemijahan ikan brek adalah serempak. Berdasarkan lokasinya, jumlah ikan brek betina lebih banyak memijah di zona atas (40,76%) dan yang paling rendah di zona tengah (23,57%), namun periode pemijahan lebih lama di zona bawah (9 bulan = 75%) dan paling rendah di zona tengah (6 bulan = 50%). Ikan brek di Sungai Serayu mengalami tekanan dengan beragam jenis ancaman. Strategi pengelolan ikan brek meliputi pembatasan ukuran ikan yang boleh ditangkap yaitu minimal panjang totalnya 202 mm, dengan tinggi kepala 54 mm atau 2 inci. Perlu dilakukan perlindungan total terhadap ikan yang sedang beruaya untuk memijah, larangan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang merusak, pembatasan lokasi penambangan pasir dan batu, serta pengawasan terhadap limbah pabrik. Diperlukan pelibatan masyarakat secara aktif. Pada tahap lebih lanjut perlu ditempuh melalui domestikasi dengan didasari hasil penelitian di atas.
Collections
- DT - Fisheries [725]