Perencanaan Pengembangan Wilayah Berbasis Hortikultura Sayuran di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah
Abstract
Pertanian merupakan salah satu sektor yang dominan dalam menopang perekonomian di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Peluang pengembangan sektor pertanian khususnya hortikultura sayuran masih luas. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang tahun 2012, sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar yaitu 27,46%, disusul sektor industri pengolahan 26,02% dan sektor perdagangan 16,19%. Dari nilai PDRB sektor pertanian tersebut, subsektor hortikultura sayuran menempati urutan ketiga yang memberikan kontribusi terhadap PDRB 9,43%, setelah padi dan buah-buahan (BPS, 2013). Kabupaten Batang memiliki kondisi agroekologi yang beragam, yaitu kombinasi antara wilayah pantai, dataran dan pegunungan. Potensi sumberdaya alam tersebut merupakan peluang untuk pengembangan komoditas sayuran baik sayuran dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun pengembangan sayuran di Kabupaten Batang selama ini belum dilaksanakan secara optimal. Berdasarkan BPS (2013), produktivitas rata-rata sayuran di Kabupaten Batang 119,8 ton/ha, lebih rendah dari rata-rata produktivitas sayuran tingkat Provinsi Jawa Tengah, yaitu 143,5 ton/ha. Dengan potensi sumberdaya alam yang hampir sama, produksi sayuran di Kabupaten Batang hanya menempati urutan ke-13 dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan identifikasi jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Batang berdasarkan potensi wilayahnya yang diikuti dengan kajian tentang ketersediaan dan kesesuaian lahan, kelayakan usahatani dan rantai pemasaran serta arahan dan strategi pengembangan wilayah berbasis komoditas sayuran unggulan tersebut. Dengan demikian pembangunan sub sektor hortikultura sayuran diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan petani. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1) mengetahui komoditas sayuran unggulan di Kabupaten Batang, (2) mengetahui ketersediaan lahan untuk pengembangan sayuran unggulan di Kabupaten Batang (3) menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk sayuran unggulan di Kabupaten Batang, (4) menganalis kelayakan usahatani dan rantai pemasaran sayuran unggulan di Kabupaten Batang dan (5) merumuskan arahan dan strategi pengembangan wilayah berbasis sayuran unggulan di Kabupaten Batang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ-SSA, analisis ketersediaan lahan, analisis kesesuaian lahan menggunakan kriteria FAO untuk kesesuaian sayuran dataran rendah dan analisis multikriteria (MCE) untuk sayuran dataran tinggi, analisis kelayakan usahatani dan rantai pemasaran serta analisis persepsi stakeholder dan A’WOT. Hasil analisis LQ-SSA menunjukkan bahwa komoditas sayuran unggulan di Kabupaten Batang adalah kentang, wortel, kacang panjang, cabai besar, mentimun, cabai rawit, sawi, terong dan kubis. Usahatani sembilan komoditas tersebut tersebar di sepuluh kecamatan yaitu Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Bawang, Tersono, Limpung, Subah, Pecalungan, Tulis dan Kandeman. Lahan yang tersedia untuk pengembangan sayuran unggulan di Kabupaten Batang seluas 22.666 Ha. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk sayuran dataran rendah unggulan menunjukkan bahwa kentang, wortel dan kubis tidak sesuai dikembang-kan di dataran rendah, sedangkan untuk sayuran lainnya secara umum memiliki kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai) dan S3 (sesuai marginal). Kesesuaian lahan untuk kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, terong dan kubis terdiri dari kelas S1 (sangat sesuai), S2, S3 dan N (tidak sesuai), sedangkan untuk mentimun hanya terdiri dari tiga kelas, yaitu S2, S3 dan N. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk sawi hanya memiliki kelas S2 dan N. Hasil analisis multikriteria (MCE) menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk semua sayuran unggulan dataran tinggi terdiri dari empat kelas, yaitu S1, S2, S3 dan N. Hasil analisis kelayakan usahatani menunjukkan bahwa kentang, wortel, kacang panjang, cabai besar, mentimun, cabai rawit, sawi, terong dan kubis layak untuk diusahakan. Usahatani kentang memiliki nilai R/C tertinggi, yaitu 2,26. Terdapat tiga rantai pemasaran kentang, yaitu: (1) Petani-pedagang pengumpul I - pedagang pengumpul II - pedagang pengecer - konsumen, (2) pedagang pengumpul I - pedagang pengumpul II - konsumen luar kota dan (3) petani - eksportir - konsumen luar negeri. Untuk mentimun terdapat dua rantai pemasaran, yaitu: (1) petani - pedagang pengecer - konsumen dan (2) petani-pedagang pengumpul I - pedagang pengecer - konsumen. Pengembangan sayuran unggulan diarahkan berdasarkan keunggulan wilayah, kesesuaian lahan, jenis penggunaan lahan, kelayakan usahatani dan elevasi tempat (>700 mdpl) untuk sayuran dataran tinggi (kentang, kubis dan wortel) serta dibagi menjadi prioritas utama (prioritas pertama dan kedua) dan prioritas alternatif (prioritas ketiga dan keempat). Kriteria yang berpengaruh dalam pengembangan sayuran di Kabupaten Batang adalah pasar, SDM dan lahan. Strategi Strengths-Opportunities (SO) direkomendasikan sebagai arahan pengembangan hortikultura sayuran dengan uraian sebagai berikut: (a) mengoptimalkan potensi SDA dengan mengembangkan komoditas sayuran unggulan yang memiliki peluang pasar yang luas, (b) meningkatkan produktivitas komoditas sayuran unggulan dengan mengoptimalkan subsidi pemerintah, memanfaatkan informasi dan teknologi serta fasilitasi pemasaran produk; (c) peningkatan dukungan pemerintah melalui regulasi yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam usahatani hortikultura sayuran unggulan terutama untuk pengembangan pasar dan perbaikan rantai pemasaran; (d) membuka peluang investasi industri berbasis hortikultura sayuran yang memiliki potensi pasar luas dengan memanfaatkan potensi SDA dan wilayah yang strategis; (e) penetapan komoditas sayuran unggulan yang diminati pasar berdasarkan wilayah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang.
Collections
- MT - Agriculture [3682]