Pemanfaatan Tungau Predator Eksotis Dan Potensi Tungau Predator Lokal Sebagai Agens Pengendali Hayati Tungau Hama Pada Tanaman Stroberi
Abstract
Tungau laba-laba merupakan hama penting dan merusak pada tanaman stroberi di Indonesia. Pengendalian tungau laba-laba menggunakan tungau predator famili Phytoseiidae telah banyak dilakukan di luar negeri. Sejak tahun 2009, satu spesies tungau predator eksotis, Phytoseiulus persimilis Athias Henriot (Acari: Phytoseiidae) telah digunakan untuk mengendalikan T. urticae pada tanaman stroberi di rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menetap dan perkembangan populasi P. persimilis serta potensi tungau predator lokal N. longispinosus pada tanaman stroberi. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca PT Strawberindo Lestari, Cianjur, Jawa Barat serta Laboratorium Bionomi dan Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan September 2014 sampai dengan Februari 2015. Penelitian yang dilakukan adalah pengamatan populasi tungau hama, tungau predator eksotis, dan tungau predator lokal di rumah kaca; pengamatan keberadaan tungau predator eksotis di luar rumah kaca dan uji kemampuan memangsa serta potensi kanibalisme tungau predator lokal di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tungau predator P. persimilis tidak ditemukan baik di dalam maupun di luar rumah kaca. Tungau predator yang ditemukan adalah N. longispinosus dengan populasi yang cenderung konstan selama 8 minggu pengamatan. Populasi T. urticae berfluktuasi dan semakin menurun di semua lokasi selama 8 minggu pengamatan. Pada uji kemampuan memangsa, rata-rata telur T. urticae dan T. kanzawai yang dimangsa imago betina predator adalah 14.15 1.87 dan 15.15 1.20 butir. Jumlah ini secara nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan telur yang dimangsa oleh deutonimfa predator. Rata-rata imago betina T. urticae dan T. kanzawai yang dimangsa deutonimfa predator adalah 1.05 0.32 dan 1.05 0.41 ekor. Hasil ini tidak berbeda nyata (P=0.486) dengan jumlah yang dimangsa oleh imago betina predator (1.95 0.32; 2.15 0.57 ekor). Rata-rata jumlah telur yang diletakkan imago betina N. longispinosus yang diberi mangsa berupa telur (2.00 0.39; 1.80 0.73 butir) secara nyata lebih tinggi (P<0.05) dibanding dengan yang diberi mangsa imago betina T. urticae dan T. kanzawai (0.90 0.13; 0.70 0.20 butir). Deutonimfa maupun imago betina N. longispinosus memiliki sifat kanibal. Rata- rata predator yang dimangsa konspesifik baik pada perlakuan komposisi fase yang sama maupun komposisi fase campuran semakin meningkat dengan meningkatnya kerapatan predator. Pada saat kondisi tidak ada mangsa, imago betina N. longispinosus masih dapat menghasilkan telur. Rata-rata jumlah telur yang diletakkan imago betina N. longispinosus semakin meningkat dengan meningkatnya kerapatan predator.
Collections
- MT - Agriculture [3782]