Potensi Fungi Mikoriza (Fma) Lokal Dalam Konservasi Ex-Situ Jenis Terancam Punah Kayu Kuku [Pericopsis Mooniana (Thw.) Thw].
View/ Open
Date
2015Author
Husna
Budi R, Sri Wilarso
Mansur, Irdika
Kusmana, Cecep
Metadata
Show full item recordAbstract
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah satu fungi yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman yang tumbuh pada berbagai ekosistem (habitat). Fungi mikoriza termasuk salah satu fungi yang efektif dalam perbaikan dan budidaya jenis terancam punah dan secara signifikan dapat mempercepat program konservasi dan rehabilitasi. Selain itu FMA juga dapat memacu peningkatan pertumbuhan tanaman dan mereduksi nikel pada lahan pascatambang. Penelitian keragaman dan jenis FMA serta aplikasinya pada tanaman kayu kuku [Pericopsis mooniana (Thw.) Thw.] sampai saat ini masih sangat terbatas. Penelitian keragaman dan identifikasi FMA masih terbatas pada tingkat marga di Cagar Alam Lamedai dan aplikasi FMA pada kayu kuku masih menggunakan Mycofer. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi keragaman dan jenis FMA yang bersimbiosis dengan kayu kuku secara komprehensif perlu dilakukan eksplorasi dan identifikasi FMA pada berbagai habitatnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) dan hasil dari eksplorasi dan identifikasi dapat diuji efektivitasnya terhadap kayu kuku yang nantinya dikembangkan untuk penyelamatan (konservasi) kayu kuku di Indonesia, khususnya di Sultra. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengkaji keragaman dan jenis FMA di rizosfer pohon kayu kuku pada berbagai tempat tumbuhnya di Sulawesi Tenggara (Sultra), 2) mengkaji performa pertumbuhan, biomassa dan serapan hara dengan FMA lokal pada media tanah Inceptisol di rumah kaca, 3) mengkaji efektivitas FMA lokal terhadap performa pertumbuhan, biomassa, serapan hara dan logam berat kayu kuku pada media tanah pascatambang nikel di persemaian dan 4) mengkaji efektivitas FMA lokal dan ampas sagu terhadap performa pertumbuhan, serapan hara dan logam berat kayu kuku pada naungan berbeda di lahan pascatambang PT. Vale Indonesia Tbk. Metode penelitian adalah 1) Pengambilan contoh tanah dilakukan di 6 lokasi tempat tumbuh kayu kuku di Sulawesi Tenggara (hutan kota kantor gubernur, lingkungan kampus Universitas Halu Oleo, PT. Vale Indonesia Tbk, Cagar Alam Lamedai, Desa Bali Jaya dan hutan alam Tanggetada). Setiap lokasi ditetapkan 10 pohon secara acak, 2) skala rumah kaca didesain dengan rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan, 3) skala persemaian didesain dengan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 4) skala lapangan didesain dengan rancangan split-split plot yang terdiri dari tiga faktor. Hasil penelitian keragaman FMA pada rizosfer kayu kuku di Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan bahwa FMA dari kantor gubernur memiliki jumlah spora tertinggi (208.6 spora/50 g tanah). Kandungan C dan N tanah berkorelasi negatif dengan kepadatan spora. Secara umum hutan alam Tanggetada termasuk tempat tumbuh dengan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan kekayaan jenis lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi PT. Vale Indonesia Tbk. Jenis FMA yang bersimbiosis dengan kayu kuku di Sultra ada 15 jenis yang tergolong dalam 5 suku dan 9 marga yakni Glomeraceae (Glomus aggregatum, G. boreale, G. canadense, G. halonatum, G. versiforme, v Rhizophagus diaphanus, R. fasciculatus, Sclerocystis clavispora dan Septoglomus constrictum), Claroideoglomeraceae (Claroideoglomus etunicatum), Acaulosporaceae (Acaulospora scrobiculata dan A. delicata), Gigasporaceae (Racocetra gregaria dan Scutellospora auriglobosa), Ambisporaceae (Ambispora appendicula). FMA jenis S. constrictum dan C. etunicatum memiliki dua jenis sebaran yang luas pada semua lokasi penelitian serta ditemukan empat jenis FMA lokal yang pertama di Indonesia yaitu: G. canadense, G. halonatum, R. gregaria dan A. appendicula. Hasil pengujian FMA lokal dapat meningkatkan pertumbuhan, biomassa serta akumulasi hara bibit kayu kuku pada media tanah Inceptisol dan tanah pascatambang. Kayu kuku memiliki ketergantungan yang tinggi (MIE <75% ) terhadap FMA pada media Inceptisol dan sangat tinggi (MIE >75 %) pada media tanah pascatambang. Fungi mikoriza arbuskula dari kantor gubernur dan dari kampus Universitas Halu Oleo termasuk FMA lokal yang efektif dibanding Mycofer dan kontrol terhadap pertumbuhan, biomassa dan serapan hara pada tanah Inceptisol di rumah kaca, sedangkan pada tanah pascatambang adalah FMA dari CA Lamedai dan PT. Vale Indoensia Tbk. FMA dari kantor gubernur dan FMA dari kampus Universitas Halu Oleo meningkatkan biomassa bibit kayu kuku masing-masing sebesar 281% dan 260% terhadap kontrol serta 64% dan 55% terhadap Mycofer sedangkan pada media tanah pascatambang adalah FMA dari CA Lamedai dan PT. Vale Indoensia Tbk, masing-masing dapat meningkatkan biomassa sebesar 442% dan 472% terhadap kontrol serta 64% dan 73% terhadap Mycofer. Kadar C dan N total tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan FMA pada kondisi media tanah Inceptisol, meskipun demikian FMA meningkatkan kadar C dan N pada kondisi media tanah pascatambang nikel. Kadar P, K, Ca dan Mg jaringan bibit pada media Inceptisol umumnya lebih tinggi pada perlakuan tanpa FMA. Kadar N di bagian akar, serta P dan K di bagian akar, batang dan daun tergolong tinggi pada perlakuan FMA. Pada kedua kondisi media, baik di persemaian maupun pada skala lapangan FMA meningkatkan akumulasi N, P, K, Ca dan Mg jaringan tanaman. Kadar Ni (skala persemaian), Ni dan Fe pada skala lapangan lebih banyak di bagian akar (TF<1) sehingga kayu kuku termasuk jenis ekskluder dan jenis moderat terhadap Ni (>50 mg Ni/kg berat kering bibit). Hasil penelitian tahap 4 (Bab 5) menunjukkan bahwa tanaman kayu kuku termasuk jenis semi toleran didasarkan pada fakta kematian tanaman kayu kuku pada kondisi tanpa naungan dengan tanpa FMA (72%) dan daya hidup yang tinggi (100%) pada kondisi ternaungi serta dapat meningkatkan pertambahan tinggi, jumlah bintil dan kandungan klorofil a dan b yang tinggi pada kondisi lahan ternaungi. Pada penelitian ini, perlakuan ampas sagu secara umum belum nyata mempengaruhi peubah yang diamati kecuali panjang dan lebar daun. Perlakuan kedua FMA yaitu FMA CA Lamedai dan PT. Vale Indonesia Tbk meningkatkan daya hidup, pertumbuhan, biomassa dan akumulasi hara serta mereduksi logam berat ke jaringan tanaman. Fungi mikoriza arbuskula CA Lamedai dan PT. Vale Indonesia Tbk potensial untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati untuk pembekalan bibit dalam rangka mendukung penyelamatan (konservasi) kayu kuku dan rehabilitasi lahan terdegradasi.
Collections
- DT - Forestry [343]