Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah dan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Sukabumi
View/ Open
Date
2015Author
Permana, Taofiek Adam
Sitorus, Santun R.P.
Widiatmaka
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Sukabumi termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Barat, dan memiliki luas wilayah ± 416,111 hektar. Secara administrasi terdiri atas 47 kecamatan dan 386 desa. Menurut data potensi desa, wilayah yang dikategorikan masuk perkotaan sebanyak 67 desa dan sisanya 319 desa merupakan katagori perdesaan. Kabupaten Sukabumi memiliki berbagai komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan, dengan didukung oleh kondisi lahan yang luas serta produksi yang cukup tinggi. Potensi lahan pertaniannya yang begitu luas menjadikan pembangunan sektor pertanian dan wilayah perdesaan sangatlah penting. Pengembangan wilayah berbasis pertanian merupakan suatu kebutuhan untuk mengatasi permasalahan rendahnya pendapatan petani, produktivitas tanaman, harga produk, teknologi dan kelembagaan petani yang kurang berkembang. Oleh karena itu, dalam pengembangan kawasan pertanian, pemilihan komoditas yang dikembangkan pada kawasan perlu mendapat perhatian. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi tingkat perkembangan wilayah atau hirarki wilayah dalam mendukung pengembangan Kabupaten Sukabumi; 2) Mengidentifikasi komoditas unggulan, 3) mengkaji kelayakan usahatani masing-masing komoditas unggulan 4) Menganalisis sumberdaya lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan, dan 5) Menyusun arahan dan strategi pengembangan komoditas unggulan di wilayah Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, yaitu : Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA), analisis finansial, kesesuaian lahan dan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan SWOT. Hasil analisis menunjukkan wilayah terbagi menjadi 3 hirarki; hirarki 1 terdiri atas 7 kecamatan dengan tingkat perkembangan wilayah yang tinggi, hirarki 2 terdiri atas 16 kecamatan dengan tingkat perkembangan wilayah yang sedang, dan hirarki 3 Terdiri atas 24 kecamatan dengan tingkat perkembangan wilayah yang rendah. Komoditas unggulan yang teridentifikasi untuk komoditas tanaman pangan berupa padi, ubi jalar, ubi kayu, jagung, kedelai dan kacang tanah; untuk komoditas perkebunan terdiri atas karet, teh, cengkeh, kelapa dan kopi; serta komoditas peternakan berupa kerbau, sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam dan itik. Secara ekonomi semua komoditas unggulan yang teridentifikasi memiliki kelayakan untuk diusahakan. Komoditas yang dipilih untuk dikembangkan adalah yang secara ekonomi memiliki nilai keuntungan terbesar yaitu komoditas padi, ubi kayu, kelapa dan sapi perah. Kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas unggulan mencakup lahan yang sesuai untuk padi sebesar 27,618 hektar atau 6.6 persen dari luas wilayah, lahan yang sesuai untuk komoditas ubi kayu sebesar 20,052 hektar atau 4.8 persen, untuk komoditas kelapa sebesar 109,534 hektar atau 26.3 persen dan kesesuaian ekologis untuk ternak sapi perah sebesar 146,695 hektar atau 35.3 persen. Arahan pengembangannya adalah menentukan wilayah-wilayah pengembangan untuk masing-masing komoditas unggulan. Wilayah pengembangan untuk tanaman pangan padi meliputi Palabuhanratu, Cikidang iv Bantargadung, Simpenan dan Cikembar, dengan wilayah pengembangan utama adalah Palabuhanratu. Wilayah pengembangan untuk tanaman pangan ubi kayu meliputi Cisaat, Warungkiara, Jampangtengah, Purabaya, Gegerbitung dan Cikembar, dengan wilayah pengembangan utama adalah Cisaat. Strategi yang dilakukan untuk komoditas tanaman pangan berupa pengembangan dan penggunaan teknologi budidaya yang tepat guna, pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, sosialisasi program lahan pertanian pangan yang berkelanjutan dan pendampingan terhadap kelompok tani. Wilayah pengembangan perkebunan kelapa meliputi Ciemas, Ciracap, Waluran, Surade, Cibitung, Jampangkulon, Kalibuner, Tegalbuleud, Cidolog, Cidadap, Curugkembar, Palabuhanratu, Cikembar, Gegerbitung, Sukabumi, Kadudampit, Cisaat, Cibadak, Cicantayan, Caringin, Nagrak, Cidahu, Parakansalak, Bojonggenteng dan Cikidang. Wilayah pengembangan utamanya adalah Cisaat, Cibadak, Palabuhanratu dan Jampangkulon-Surade-Cibitung. Strategi yang dilakukan adalah mendorong terjadinya pengembangan industri hilir, diversifikasi usahatani kelapa dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak, revitalisasi lahan-lahan perkebunan, penerapan dan pengembangan teknologi budidaya dan pasca panen, pendampingan dan fasilitasi bagi kelompok tani dalam upaya mengakses sumber permodalan. Wilayah pengembangan peternakan sapi perah meliputi Cicurug, Parakansalak, Bantargadung, Sukabumi, Gegerbitung, Nyalindung dan Cireunghas, dengan wilayah pengembangan utamanya adalah kecamatan Cicurug, Sukabumi dan Bantargadung. Strategi yang dilakukan berupa pengembangan teknologi budidaya ternak yang tepat guna, mendorong kemitraan usaha antara peternak skala kecil dengan usaha skala menengah dan besar, pembentukan unit reaksi cepat penanganan penyakit hewan menular strategis (URC-PHMS), meningkatkan kualitas dan fasilitas rumah pemotongan hewan (RPH) dan memfungsikannya sebagai sentra distribusi dan pengolahan ternak, dan menjaga daya saing ternak domestik sehingga mampu bersaing dengan produk ternak impor.
Collections
- MT - Agriculture [3778]