Strategi Pengembangan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh
View/ Open
Date
2015Author
Oktiandar, Muhar
Supriyono, Eddy
Radiarta, I Nyoman
Metadata
Show full item recordAbstract
Perencanaan tataguna lahan berkelanjutan harus melibatkan beberapa dimensi perencanaan seperti ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi. Kabupaten Bireuen memiliki 11 Kecamatan pesisir dengan potensi luasan area budidaya tambak yang telah dimanfaatkan seluas 4.945,67 ha. Kondisi rill aktifitas budidaya tambak saat ini masih tergantung pada permintaan pasar sehingga belum adanya cerminan arah dan perencanaan strategis yang berkelanjutan dalam kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi kesesuaian lahan untuk tambak di Kabupaten Bireuen (2) mengidentifikasi komoditas unggulan tambak berkelanjutan di Kabupaten Bireuen, dan (3) merumuskan strategi pengembangan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan bulan September tahun 2014 pada 11 kecamatan pesisir di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini dilakukan melalui 4 (empat) metode analisis, yakni: 1) content analysis, dilakukan secara deskriptif analisis dengan tujuan menghasilkan gambaran umum wilayah penelitian; 2) analisis kesesuaian lahan tambak, dilakukan secara Geographic Information System (GIS) menggunakan software ArchGisl0.2; 3) analisis kebijakan komoditas unggulan berkelanjutan, dilakukan melalui survey responden SWOT dengan penilaian skala Likert dan survey responden Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan penilaian saaty; dan 4) analisis strategi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen, dilakukan melalui survey responden A 'WOT dan dianalisis menggunakan software expertchois2000. Hasil penelitian memperlihatkan deskripsi umum Kabupaten Bireuen secara geografis terletak pada posisi posisi 4° 54'-5° 21' Lintang Utara (LU) dan 96° 20', 97° 21' Bujur Timur (BJ). Hasil analisis secara spasial memperlihatkan luasan wilayah Kabupaten Bireuen yakni 177.481,94 ha. Fokus kegiatan budidaya tambak berada pada 11 (sebelas) kecamatan pesisir dengan dengan peruntukan areal tambak seluas 4.945,64 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kesesuiaan lahan untuk tambak (air payau) di Kabupaten Bireuen seluas 33.676,3 ha dengan kriteria sangat sesuai (Ll) 631,937 ha, sesuai (L2) 16.522,545 ha, cuknp sesuai (L3) 16.521,799 ha, tidak sesuai (TL) 12.4943,324 ha, constrain 19.173,932. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tambak udang di Kabupaten Bireuen seluas 26.503,6 ha dengan kriteria sangat sesuai (LI) seluas 390,965 ha, sesuai (L2} 10.177,951 ha, cukup sesual (L3) 15.934,682 ha, dan tidak sesuai (TL) 137.140,998 ha. Hasil analisis komoditas unggulan berkelanjutan yang dilakukan melalui survey responden pakar dangan penilaian Analytic Hierarchy Process (AHP) menempatkan dimensi ekologi sebagai prioritas paling berpengaruh dengan rasio kepentingan (0,474) atau 47,4%, diikuti oleh dimensi ekonomi dengan rasio kepentingan (0,319) atau 3, 19%, dimensi teknologi dengan rasio kepentingan (0,147) atau 14,7% dan dimensi sosial dengan rasio (0,060) atau 6% dengan nilai inkonsistensi adalah 0,02. Alternatif komoditas unggulan yang direkomendasikan adalah ikan bandeng (0,319) atau 32%, udang windu (0,298) atau 30%, udang vaname (0,279) atau 28%, dan ikan kerapu (0,103) atau 10%. Sedangkan hasil analisis komoditas unggulan yang dilakukan melalui survey responden pelaku utama (petambak) dengan penilaian skala Likert menghasilkan rekomendasi kategori sangat setuju untuk udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan total skor (81%), kategori setuju untuk ikan bandeng (Chanos chanosforskal) dengan total skor (75%), kategori setuju untuk udang windu (Penaeus monodon) dengan total skor ( 65%) dan kategori tidak setuju untuk ikan kerapu dentan total skor (38%) sebagai komoditas unggulan tambak di Kabupaten Bireuen. Persentase hasil analisis preferensi masyakat pelaku utama (petambak) terhadap komoditas unggulan tambak yakni ikan bandeng (Chanos chanos forskal) sebesar (29%), udang windu (Penaeus monodon) sebesar (25%), udang vaname (Litopenaeus vannamei) sebesar (31 %) dan ikan kerapu sebanyak (15%). Hasil analisis strategi pengembangan budidaya tambak, berdasarkan keputusan A 'WOT yang diambil melalui matriks SWOT yang paling berpengaruh adalah strategi agresif (Strenghts-Opportunities/SO) dengan tingkat kepentingan (0,594) atau 59,4% yang berdalil perlu dilakukannya penerapan teknologi berdasarkan komoditas unggulan pada kelompok UKM. Selanjutnya pada strategi turn arround (Weaknesses-Opportunities/WO) dengan tingkat kepentingan (0,182) atau 18,2% yang berdalil peningkatan peran penyuluh dalam pengelolaan lingkungan budidaya tambak serta pemberlakuan CBIB kepada pelaku utama. Pada strategi diversifikasi (Strengths-Treath/ST) dengan tingkat kepentingan (0,159) atau 15,9% yang berdalil perlu dilaksanakannya revitalisasi infrastruktur tambak yang ramah lingkungan serta pengadaan agro-input oleh instansi terkait. Untuk strategi defensif (Weaknesses-Treaths/WT) dengan tingkat kepentingan (0,64) atau 6,4% yang berdalil terlaksanakannya pendampingan dan pelatihan budidaya tambak serta adanya jaminan harga barang dari PEMDA. Simpulan dari penelitian strategi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen adalah diketahuinya gambaran hasil luasan lahan untuk total budidaya air payau (tambak) secara umum yakni seluas 33.676,3 ha dengan klasifikasi sangat sesuai (LI) 631,937 ha, sesuai (L2) 16.522,545 ha, cukup sesuai (L3) 16.521,799 ha, tidak sesuai (N) 124.553,324 ha, constrain 19.173,932 ha. Sedangkan jumlah lahan yang memenuhi kriteria budidaya udang adalah 26.503,6 ha dengan klasifikasi sangat sesuai (Ll) seluas 390,965 ha, sesuai (L2} 10.177 ,951 ha, cukup sesuai (L3) 15.934,682 ha, dan tidak sesuai (TL} 137.140,998 ha dengan faktor pembatas pada kriteria persyaratan lahan infrastruktur dan sosial ekonomi. Rekomendasi alternatif komoditas unggulan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen berdasarkan (Analytical Hirarki Process) AHP oleh para pakar adalah ikan bandeng (Chanos chanos forskal) dengan prioritas dimensi ekologi dari pada dimensi ekonomi, dimensi teknologi dan dimensi sosial. Sedangkan strategi pengembangan budidaya tambak yang paling penting dilakukan yaitu strategi (SO) pada analisis SWOT, dengan dalil melakukan percontohan penerapan teknologi budidaya tambak intensif mengikuti saran penyuluh (penerapan CBIB} berdasarkan komoditas unggulan (bandeng, windu, vaname, kerapu) pada kelompok UKM.
Collections
- MT - Fisheries [2935]