Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Petugas Karantina Hewan dalam Pengendalian Bruselosis di Sulawesi Selatan
Abstract
Bruselosis adalah salah satu penyakit hewan menular yang menjadi prioritas nasional dalam pengendaliannya.Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomis dan bersifat zoonosis. Status bruselosis di wilayah Indonesia yang beragam menjadi titik kritis perhatian agar penyebaran bruselosis akibat lalulintas hewan dapat dihindari. Hal ini berkaitan erat dengan tugas pokok dan fungsi karantina hewan dalam mencegah masuk dan tersebarnya penyakit hewan dalam wilayah Republik Indonesia. Sumberdaya manusia yang berkualitas sangat penting dalam menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi suatu organisasi. Variabel yang menunjukkan kualitas individuantaralain pengetahuan, sikap, dan praktik. Pengetahuan menjadi dasar terbentuknya sikap seseorang terhadap sesuatu hal. Sikap belum tentu terwujudsecara otomatis dalam suatu praktik.Faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan diperlukan untuk mewujudkannya menjadi perbuatan nyata. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi karakteristik petugas karantina hewan di Sulawesi Selatan; (2) mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis di Sulawesi Selatan; (3) menganalisis pola hubungan karakteristik, pengetahuan, dansikap terhadap praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan di dua Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian di Sulawesi Selatan mulai Juli sampai Oktober 2014 dengan 51 orang petugas karantina hewan sebagai responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur meliputi aspek karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap pengendalian bruselosis.Penilaian tingkat pengetahuan,sikap, dan praktik dilakukandengan membagi tiga selisih antara skor maksimal dengan skor minimal.Hasil pembagian tersebut kemudian dijadikan selang untuk menentukan kategori tingkat pengetahuan, sikap dan praktik. Pola hubungan antar variabel penelitian dianalisis menggunakan analisis jalur (path analysis)berdasarkan nilai koefisien korelasi Pearson yang distandardisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik petugas karantina hewan sebagian besar berusia antara 30-45 tahun,lama bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun lama bekerja di tempat sekarang kurang dari lima tahun, dan pendidikannyasebagian besar SMA/sederajat. Tidak semua petugas karantina hewan adalah pejabat fungsional sertamayoritas belum pernah mengikuti pelatihan terkait bruselosis. Tingkat sikap dan praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis sebagian besar berkategori baik, sedangkan tingkat pengetahuannyasebagian besar berkategori cukup. Pola hubungan antar variabel penelitian menunjukkan bahwa praktik pengendalian bruselosis dipengaruhi secara nyata oleh lama bekerja sebagai PNS dan sikap.Sikap terkait pengendalian bruselosis secara nyata dipengaruhi oleh tingkat fungsional dan pengetahuan.Pengetahuan terkait pengendalian bruselosis secara nyata dipengaruhi oleh pendidikan formal. Analisis jalur menunjukkan bahwa terdapat duavariabel yang berpengaruh langsung terhadap praktik pengendalian bruselosis yaitu: sikap dan lama sebagai PNS. Pendidikan formal memiliki pengaruh total terbesar ketiga setelah variabel lama PNS dan sikap walaupun tidak berpengaruh secara nyata terhadap praktik pengendalian bruselosis. Pengaruh total tersebut berasal dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung terhadap sikap maupun pengetahuan. Pendidikan formal berperan penting dalam terbentuknyapengetahuan, sikap, dan praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis.Semakin tinggi pendidikan formal yang dimiliki oleh petugas karantina hewan semakin baik pula pengetahuan, sikap dan praktik terkait pengendalian bruselosis. Sehingga upaya peningkatan pendidikan formalpada petugas karantina hewan perlu dilakukan.
Collections
- MT - Veterinary Science [899]