Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Strategi Rehabilitasi Hutan Mangrove Kecamatan Birem Bayeun dan Kecamatan Rantau Selamat Kabupaten Aceh Timur
Abstract
Ekosistem mangrove merupakan wilayah yang berperan sebagai peralihan antara daratan dan lautan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologi, sosial ekonomi dan fisik. Menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah mengakibatkan dampak yang sangat mengkhawatirkan, seperti abrasi yang meningkat, penurunan tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin jauh ke arah darat, malaria dan lainnya. Kecamatan Birem Bayeun dan Kecamatan Rantau Selamat merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Aceh Timur yang memiliki hutan mangrove dalam kondisi rusak. Faktor utama yang menyebabkan kerusakan ini, antara lain alih fungsi hutan mangrove menjadi areal tambak, kebun kelapa sawit, pemukiman baru dan penebangan pohon mangrove untuk dijadikan kayu bakar dan bahan baku pembuatan arang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi vegetasi mangrove, mengidentifikasi luas dan sebaran mangrove, menentukan tingkat kesesuaian lahan areal rehabilitasi mangrove dan merumuskan strategi rehabilitasi mangrove di Kecamatan Birem Bayeun dan Kecamatan Rantau Selamat. Penelitian dilakukan di Kecamatan Birem Bayeun dan Kecamatan Rantau Selamat Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara “purposive” dan metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis vegetasi, analisis citra satelit, analisis luasan dan sebaran mangrove dengan Sistem Informasi Geografis, matriks kesesuaian lahan hutan mangrove, analisis spasial untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan mangrove dan analisis SWOT. Hasil inventarisasi flora menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian dijumpai 10 jenis tumbuhan mangrove. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, jenis-jenis yang dijumpai berada pada tingkat semai, pancang, tiang dan tingkat pohon. Jenis R. apiculata dan B. gymnorrhiza mempunyai Indeks Nilai Penting (INP) yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang lain. Berdasarkan hasil analisis citra Satelit Landsat 7 ETM+, sebaran mangrove di lokasi penelitian terdapat di 9 desa, area hutan mangrove menyebar di kiri-kanan sungai dan tepi pantai. Untuk perubahan luasan hutan mangrove, terlihat bahwa dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2010 terjadi penambahan luasan hutan mangrove sekitar 160,93 ha (4,61%). Namun sebaliknya apabila data luas hutan mangrove tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2014, maka terjadi pengurangan luasan hutan mangrove sekitar 43,75 ha (1,2%). Analisis matriks kesesuaian lahan hutan mangrove dan analisis spasial untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan mangrove, ada tiga jenis mangrove yang dapat digunakan untuk program rehabilitasi di lokasi penelitian, yaitu: Avicennia spp., Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora spp. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahannya, jenis Rhizophora spp. mempunyai tingkat kesesuaian lahan paling tinggi dibandingkan dengan jenis yang lain. Luasan lahan yang dapat ditanami jenis Rhizophora spp. adalah seluas 2.170,74 ha (43,35%). Berdasarkan diagram dan matriks SWOT, strategi rehabilitasi hutan mangrove di lokasi penelitian berada pada sel 1 pada domain kekuatan dan peluang yang merupakan strategi agresif. Strategi rehabilitasi mangrove yang memungkinkan untuk diterapkan di lokasi penelitian adalah memanfaatkan dukungan yang relatif tinggi dari pihak pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan perguruan tinggi; untuk melestarikan hutan mangrove bagi kesejahteraan masyarakat.