Kajian Keberadaan Parasit Darah (Anaplasma, Babesia, Theileria) dan Gambaran Fisiologis Sapi Bakalan Impor Asal Australia
View/ Open
Date
2015Author
Tefi, Imelda Kartini
Satrija, Fadjar
Cahyaningsih, Umi
Metadata
Show full item recordAbstract
Importasi sapi bakalan sebagai pemenuhan kebutuhan daging sapi meningkatkan risiko masuknya penyakit. Beberapa penyakit disebabkan oleh parasit darah (Anaplasma, Babesia dan Theileria) dapat menyebabkan penurunan produksi ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi parasit darah dan pengaruhnya terhadap kondisi fisiologis sapi bakalan impor serta menduga prevalensi penyakit. Desain penelitian adalah kajian lintas seksional dengan besaran sampel sebanyak 280 sampel. Pengambilan sampel dilakukan Agustus hingga September berupa sampel ulas darah, darah dan data kondisi fisiologis sapi bakalan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana pada Instalasi Karantina Hewan (IKH) di wilayah pemasukan Pelabuhan Tanjung Priok. Preparat ulas darah dibuat pada gelas objek, difiksasi dengan metanol, diberi pewarnaan Giemsa 10% dan diperiksa dengan mikroskop perbesaran 1000x. Jumlah parasit dihitung pada 500 eritrosit. Temperatur tubuh, pulsus, frekuensi nafas dan berat badan sapi dihitung pada saat pengambilan sampel darah. Profil hematologi yang terdiri dari nilai hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit dihitung dengan menggunakan automated hematology analyzer. Data yang diperoleh berupa prevalensi dan kondisi fisiologis sapi bakalan. Analisis statistik dilakukan secara deskriptif dan digunakan uji T untuk membandingkan data kontinyu berdasarkan dua kategori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi disebabkan oleh Theileria (62.14%), kemudian Anaplasma (60.36%) dan Babesia (42.86%) dengan tingkat parasitemia berkisar antara 0.2% - 1% dan terjadi multi infeksi (62.45%). Analisis statistik untuk membandingkan data temperatur tubuh, pulsus, frekuensi nafas, berat badan, nilai hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit antara sapi bakalan yang terinfeksi dan tidak terinfeksi tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05). Kejadian penyakit bersifat subklinis namun sapi bakalan tersebut dapat menjadi pembawa agen penyakit. .
Collections
- MT - Veterinary Science [909]