Aplikasi SPEI dan SPI sebagai Indeks Kekeringan Meteorologis
Abstract
Kekeringan merupakan fenomena terkait iklim akibat defisitnya ketersediaan air yang mengakibatkan kerugian di Indonesia. Tingkat kekeringan dapat diukur melalui indeks kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aplikasi dari SPI dan SPEI sebagai indeks kekeringan meteorologis di sebagian wilayah Jawa Barat. Analisis juga dilakukan untuk melihat potensi aplikasi kedua indeks dalam mengidentifikasi kejadian ENSO. Selama 2001-2010, SPEI mengindikasikan jumlah kejadian kekeringan yang lebih banyak daripada SPI di setiap skala waktu, yaitu 1,3, 6, dan 12 bulanan. Dari hasil yang diperoleh melalui uji t dengan taraf signifikansi (α) 0,05, nilai SPI dan SPEI tidak berbeda nyata. Aplikasi indeks kekeringan juga dianalisis dengan ketinggian tempat. Di dataran rendah dan menengah, SPI mengindikasikan tingkat kekeringan yang lebih tinggi daripada SPEI pada bulan kering (JJA). Sementara di dataran tinggi, hasil analisa melalui SPI dan SPEI cenderung sama. Korelasi terbesar antara SPI dan SPEI dengan ENSO di Samudera Pasifik terjadi pada skala waktu 24 bulanan sebesar -0,676 dan -0,612. Kejadian kekeringan menurut SPI dan SPEI banyak terjadi pada saat El Nino skala sedang dengan jumlah 9 kejadian dari total 11 kejadian di 3 lokasi sampel. Dengan demikian, SPEI dapat menjadi substitusi atau alternatif SPI sebagai indeks kekeringan meteorologis dalam menganalisis kekeringan di Indonesia.