Karakteristik Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah dan Bahan Tailing Bekas Tambang Timah pada Berbagai Umur Reklamasi di Pulau Bangka
Abstract
Kegiatan pertambangan timah di Pulau Bangka mengakibatkan adanya perubahan fisik, kimia dan biologi dari lahan yang buruk untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik morfologi, serta sifat fisik dan kimia tanah dan bahan tailing pada lahan bekas tambang timah pada berbagai umur reklamasi di site Air Mesu (1 dan 6 tahun), Air Limau (15 tahun), Air Jangkang (19 tahun) dan Air Melandut (0 tahun), Pulau Bangka. Hasil penelitian dengan fokus terhadap morfologi, sifat fisik dan kimia ini menunjukkan adanya keragaman karakteristik pada masing-masing bahan mineral di permukaan lahan reklamasi. Secara morfologi, tanah pucuk yang digunakan sebagai penutup bahan tailing memiliki warna lebih gelap dibandingkan dengan bahan tailing itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan adanya bahan organik pada tanah pucuk tersebut. Vegetasi pada hamparan tailing yang telah ditutup dengan tanah pucuk memiliki kondisi pertumbuhan yang lebih baik, seperti pada sebagian lahan bekas tambang berumur reklamasi 6 tahun, dibandingkan dengan yang tidak ditutup dengan tanah pucuk. Bahan tailing tambang timah dibagi menjadi dua, yaitu sand tailing dan slime tailing. Secara morfologi, sand tailing umumnya memiliki konsistensi lepas dengan struktur yang belum terbentuk, sedangkan slime tailing memiliki konsistesi gembur dan juga tidak berstruktur. Secara fisik, sand tailing didominasi fraksi pasir dengan kriteria permeabilitas agak cepat sampai cepat, seperti pada sebagian lahan bekas tambang berumur reklamasi 6 tahun, 15 tahun, dan sebagian dari lahan reklamasi berumur 19 tahun. Sedangkan slime tailing didominasi fraksi debu dan klei yang berbentuk lumpur dengan permeabilitas sangat lambat sampai sedang, seperti pada lahan bekas tambang berumur 0 dan sebagian dari lahan reklamasi berumur 19 tahun. Secara kimia, bahan tailing tambang timah memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan klei yang menjadi faktor penentu dari sifat tailing telah tercuci sewaktu proses penambangan. Secara teori, lahan bekas tambang yang telah lama di reklamasi seharusnya memiliki kesuburan tanah yang lebih baik. Namun demikian, di lokasi penelitian, hal tersebut tidak sepenuhnya tercapai. Salah satu penyebabnya adalah adanya penambangan kembali oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, penambangan kembali dilakukan pada lahan berumur reklamasi 6 tahun, 15 tahun dan 19 tahun. Adanya penambangan kembali pada lahan-lahan yang telah direklamasi ini mengakibatkan lahan yang telah direklamasi kembali kehilangan daya dukung untuk pertumbuhan tanaman.