Studi pengamatan umur kacang hias (Arachis pintoi) sebagai biomulsa dalam budidaya cabai merah keriting (Capsicum anuum)
View/ Open
Date
2014Author
Gultom, Lihardo Gumotra
Sihotang, Richardo YE
Marbun, Jefri
Situmorang, Juan Ponce
Gultom, Sandry
Zaman, Sofyan
Metadata
Show full item recordAbstract
Cabai merupakan salah satu sayuran favorit masyarakat Indonesia. Keunggulan cabai terletak pada rasa pedasnya yang menggugah selera makan. Selain itu cabai digunakan sebagai obat yang berhubungan dengan penyakit pernafasan juga bahan industri. Selain berbagai manfaat tersebut, cabai juga memiliki banyak jenis atau varietas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tahun 2011 produktivitas cabai di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dari 5.60 ton per hektar menjadi 6.19 ton per hektar (BPS, 2013). Teknik budidaya tanaman cabai yang intensif seringkali dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi cabai agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Budidaya tanaman cabai yang termasuk kedalam tanaman sayuran memerlukan pengolahan tanah secara intensif, yang akan mempengaruhi keberadaan unsur hara dalam tanah. Penggunaan mulsa merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi pertanian. Jenis mulsa yang umum digunakan untuk budidaya tanaman adalah jenis mulsa plastik perak. Tetapi saat ini sudah ada beberapa alternatif mulsa yang digunakan salah satunya adalah Arachis pintoi. Biomulsa Arachis pintoi diharapkan dapat membantu memperbaiki lingkungan mikro dan menekan pertumbuhan gulma. Umur tanam yang sesuai diduga dapat memberikan penutupan yang baik sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting, dan mampu menekan gulma sehingga produktivitas maksimal. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan I’Fast Club samping Green TV Kampus IPB, Bogor, Kec. Dramaga, Kab. Bogor. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu dengan empat perlakuan waktu tanam A. pintoi dan dua pembanding: M0 monokultur tanaman cabai tanpa mulsa; M1 monukultur tanaman cabai dengan MPHP; M2 8 minggu A. pintoi sebelum cabai ditanam; M3 6 minggu A. pintoi sebelum cabai ditanam; M4 4 minggu A. pintoi sebelum cabai ditanam; M5 2 minggu A. pintoi sebelum cabai ditanam. Pengamatan dilakukan terhadap fase generatif dan vegetatif tanaman cabai. Parameter fase generatif yang diamati meliputi jumlah bunga dan jumlah buah. Sementara itu parameter fase vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun, dan jumlah cabang. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan M3 dengan umur A. pintoi 3 minggu sebelum penanaman cabai memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan cabai. Perlakuan M3 memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah, jumlah cabang, dan tinggi tanaman cabai dibandingkan perlakuan lainnya. Penggunaan A. pintoi sebagai biomulsa memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah ruas) dan hasil produksi cabai merah keriting dibandingkan kontrol dan penggunaan mulsa plastik hitam perak.
Collections
- PKM - Penelitian [437]