Tolok ukur mutu protein ransum dan relevansinya dengan retensi nitrogen serta pertumbuhan domba
Parameters of dietary protein quality and the relationship with nitrogen retention and growth rate in sheep
Abstract
Penelitian bertujuan untuk menetapkan parameter produksi amonia,bndegradasi protein dalam rumen, kecernaan protein tak terdegradasi dalam rumen oleh HCl pepsin dan produksi purin sebagai penduga pemanfaatannprotein ransum pada domba. Ransum disusun iso protein (PK=18%) dan iso energi (TDN=75%) dan terdiri atas 30% rumput dan 70% konsentrat. Percobaan in vitro dilakukan untuk menentukan produksi amonia, kecernaan protein oleh HCl pepsin dan produksi purin. Penentuan degradasi protein dalam rumen dilakukan melalui percobaan in sacco. Hasil percobaan in vitro dan in sacco selanjutnya dilihat keterkaitannya dengan hasil percobaan in vivo. Tiga puluh ekor domba fase tumbuh dengan rataan bobot hidup 18.6±2.2 kg dikelompokkan berdasarkan bobot hidup awal. Keenam ransum uji adalah R1 = Ransum dengan sumber protein utama bungkil kedelai, R2 = Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai + urea, R3 = Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai + bungkil biji kapuk, R4 = Ransum denga sumber protein bungkil kedelai + bungkil biji kapuk + urea, Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai + tepung ikan, R6 = Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai + tepung ikan + urea. Percobaan dilakukan selama 12 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ransum dengan substitusi tepung ikan (R5 dan R6) lebih baik dalam menghasilkan sintesis protein mikroba dan protein tahan degradasi rumen dengan kecernaan pepsin yang tinggi, sehingga menghasilkan pertambahan bobot hidup harian, retensi nitrogen dan deposit protein tubuh yang tertinggi. Berdasarkan peubah laju degradasi protein, % jam-1 (X2); kecernaan protein tidak terdegradasi dalam rumen oleh pepsin HCl, % (X3) dan laju produksi purin, % jam-1 (X4), diperoleh persamaan regresi yang dapat digunakan untuk menduga pertambahan bobot hidup harian, g ekor-1 hari-1 (YPBHH); retensi nitrogen, g ekor-1 hari-1 (YRET-N) dan deposit protein tubuh g ekor-1 hari-1 (YDEP-PT), yaitu YPBHH = -141.016 + 26.419X2 + 3.463X3, R2 = 0.6866 (p<0.05); YRET-N = -6.586 + 2.715X2 + 0.104X3 + 0.171X4, R2 = 0.7731 (p<0.05) dan YDEP-PT = -35.671 + 9.006X2 + 0.444X3 + 0.423X4, R2 = 0.8136 (p<0.05). Laju produksi amonia tidak nyata mempengaruhi model, sehingga tidak dimasukkan dalam persamaan regresi. Kesimpulannya adalah laju degradasi protein dalam rumen, kecernaan protein tidak terdegradasi dalam rumen oleh pepsin HCl, dan laju produksi purin dapat digunakan sebagai tolok ukur mutu protein ransum, tetapi laju produksi amonia tidak dapat digunakan sebagai tolok ukur mutu protein. The study was conducted to establish ammonia production, protein degradation in rumen, digestibility of rumen undegradable protein by HCl pepsin and purine production and to estimate the utilization of dietary protein in shepp. All diets were isonitrogenous (18% crude protein) and isoenergy (75% TDN) and consisted of approximately 30% grass and 70% concentrate.
Collections
- DT - Animal Science [343]