Gordiv (gorges divers) dan cahaya untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan di palabuhan ratu
View/ Open
Date
2013Author
Ariawan, Wawan Dedi
Gustriany, Rany
Aksan, Maulana
Achrodi, Slamet
Yusfiandayani, Roza
Metadata
Show full item recordAbstract
Kepulauan Indonesia yang terdiri dari 5,8 juta km2 perairan laut dan sekitar 0,55 juta km2 perairan umum memiliki keanekaragaman jenis sumber daya ikan yang cukup tinggi dan potensi yang cukup besar. Potensi sumberdaya ikan diduga berkisar antara 10,5-12,9 juta ton/tahun yang meliputi potensi perikanan laut 6,6-7,2 juta ton/tahun, dan perairan tawar antara 1,4-3,6 juta ton/tahun. Tingkat pemanfaatan sekitar 22,33% yang meliputi laut 30,0%, budidaya pantai 14,5% dan perikanan tawar 13,7% (Nurzali Naamin dkk, 1990). Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003 menuliskan bahwa konfigurasi kepulauan Indonesia serta letaknya pada posisi silang yang sangat strategis, juga dilihat dari kondisi lingkungan serta kondisi geologisnya, Indonesia memiliki 5 (lima) keunggulan komparatif, yaitu, bahwa : * Wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman hayati yang tidak ternilai. * Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik, sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumbrdaya alam dasar laut. Namun juga merupakan wilayah yang relative rawan terhadap terjadinya bencana alam. * Perairan Indonesia merupakan tempat terjadinya aliran arus lintas antara samudera pasifik dan samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim nasional, regional dan global. * Indonesia dengan konsep wawasan nusantara, sebagai mana diakui dunia internasional sesuai dengan hokum laut internasional (UNCLOS,1982), memberikan konsekuensi kepada Negara dan rakyat Indonesia untuk mampu mengelola dan memanfaatkan secara optimal dengan tetap memperhatikan hak-hak internasional. * Indonesia sebagai Negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan pelayaran internasional yaitu yang dikenal dengan Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita unuk mengembangkan kemampuan teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Kendati demikian dengan potensi sumberdaya perikanan yang begitu besar,Indonesia belum sepenuhnya mampu memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Hal ini terlihat pada hasil tangkapan ikan oleh nelayan cenderung sedikit dan mengakibatkan pendapatan nelayan semakin memprihatinkan. Berkurangnya hasil tangkapan disebabkan oleh tidak efektifnya alat tangkap yang digunakan dengan sumberdaya ikan yang tersedia (Imron dkk, 2009). Olehnya itu diperlukan alat penangkapan ikan yang dapat memberikan usaha pengeksplorasian lebih efisin dan ramah lingkungan, seperti pancing atau lines. Pancing adalah alat penangkapan ikan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh nelayan di seluruh perairan Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, alat tangkap pancing mengalami banyak modifikasi, baik dari kontruksi dan cara pengoperasiannya (Puspito, 2009). Pembelajaran tentang tingkah laku ikan terhadap responnya dengan cahaya,yakni ada ikan yang tertarik dengan cahaya (fototaksis positif) dan ikan yang menjauhi sumber cahaya (fototaksis negatif). Ikan-ikan yang cenderung merespon bila diberikan rangsangan cahaya umumnya ikan yang hidupnya di permukaan sampai dengan kolom perairan atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan pelagis. Sejalan dengan mengetahui tingkah laku ikan terhadap respon cahaya, alat penangkapan ikan juga berkembang dengan berbagai macam modifikasiya terutama menggunakan cahaya sebagai alat bantu dalam memudahkan penangkapan ikan. Seperti pada perikanan bagan awalnya yang hanya memanfaatkan lampu petromaks kini dengan berkembannya era elektronika digunakanlah lampu LED dan lampu neon pada peikanan bagan. Namun pada perikanan pancing khususnya di Indonesia penggunaan lampu celup bawah air sebagai penarik ikan untuk berkumpul disekitar area penangkapan masih kurang padahalnya perikanan pancing merupakan yang paling selektif dibandingkan dengan alat penangkapan ikan lainnya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian dalam pengembangan alat penangkapan ikan,sehingga diperlukan penelitian dari modifikasi alat tangkap pancing dan cahaya (gordive) sebagai alat bantu penangkapan ikan yang ramah terhadap lingkungan serta dapat mempertahankan kelestarian ekosistem perairan.
Collections
- PKM - Penelitian [437]