Organogenesis Dan Embriogenesis Somatik Manggis (Garcinia Mangostana L.).
View/ Open
Date
2014Author
Joni, Yosi Zendra
Efendi, Darda
Tambunan, Ika Roostika
Metadata
Show full item recordAbstract
Sistem regenerasi manggis secara in vitro merupakan metode alternatif yang mendukung upaya produksi benih secara masal dan pemuliaan secara bioteknologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode regenerasi manggis secara in vitro yang optimal, baik melalui jalur organogenesis maupun embriogenesis somatik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Rumah Kaca, Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor (BB Biogen). Penelitian mencakup tiga kegiatan utama yaitu (1) regenerasi melalui organogenesis langsung, (2) regenerasi melalui organogenesis tidak langsung, dan (3) embriogenesis somatik manggis. Percobaan organogenesis langsung terdiri dari kegiatan induksi dan multiplikasi tunas, elongasi tunas, pengakaran, dan aklimatisasi. Percobaan organogenesis tidak langsung terdiri dari kegiatan induksi kalus nodular dan regenerasinya membentuk tunas. Percobaan embriogenesis somatik terdiri dari kegiatan induksi kalus embriogenik dan pembentukan embrio somatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi dan multiplikasi tunas dipengaruhi oleh jenis klon dan media dasar yang digunakan. Klon Puspahiang dan Wanayasa memberikan respon yang lebih baik daripada klon Leuwiliang. MS merupakan media yang terbaik untuk multiplikasi tunas dan mampu menghasilkan 19 tunas per biji. WPM dan B5 merupakan media yang terbaik untuk elongasi tunas (4.64−4.98 cm). Kombinasi kinetin dan NAA belum optimal untuk elongasi tunas. Keberhasilan pengakaran manggis secara in vitro tergolong rendah (29%), sebaliknya keberhasilan pengakaran secara ex vitro tergolong tinggi (70−90%). Keberhasilan aklimatisasi lebih ditentukan oleh ukuran planlet daripada media aklimatisasi. Ukuran planlet yang terbaik untuk diaklimatisasi adalah dengan panjang tunas dan akar masing-masing ≥3 cm. Perlakuan terbaik untuk induksi kalus nodular adalah kombinasi TDZ 1.0 mg l-1 dan BA 0.7 mg l-1. Pada perlakuan tersebut, keseluruhan eksplan berkalus (100%) dengan struktur kalus kompak dan warna kekuningan. Media terbaik untuk meregenerasikan kalus nodular membentuk tunas adalah BA 0.7 mg l-1. Pada media tersebut, diperoleh 18 tunas per eksplan. Kombinasi TDZ (0.1−0.5 mg l-1) dan GA3 (0.05 mg l-1) tidak mampu meregenerasikan kalus nodular membentuk tunas. Perlakuan terbaik untuk induksi kalus embriogenik adalah TDZ 0.1 mg l-1. Kalus yang dihasilkan berstruktur semi friable dengan warna putih. Kalus yang bersifat semi friabel berpotensi membentuk embrio somatik, diawali dengan pembentukan struktur globular. Struktur globular terbentuk dari kombinasi perlakuan TDZ 0.5 mg l-1 dan BA 0.7 mg l-1 setelah dua kali subkultur.
Collections
- MT - Agriculture [3787]