Kajian Lingkungan Bentik Perairan Pesisir Paiton, Provinsi Jawa Timur
Abstract
Kawasan pesisir Kecamatan Paiton yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah pesisir dengan aktivitas manusia yang cukup tinggi dan merupakan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas terbesar di Indonesia. Komplek PLTU Paiton saat ini terdiri atas delapan unit pembangkit dengan kapasitas total sebesar 4600 Megawatt dengan bahan bakar operasional PLTU berasal dari batu bara. Salah satu komponen lingkungan pesisir yang dapat terkena pengaruh dari adanya operasional PLTU Paiton adalah lingkungan bentik, berupa sedimen dasar perairan dan organisme bentos yang hidup pada sedimen tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tekanan ekologis dari kegiatan penanganan batu bara di area komplek PLTU Paiton terhadap struktur komunitas makrozoobentos dan menentukan status kondisi lingkungan bentik berdasarkan kondisi sedimen dasar perairan dan struktur komunitas makrozoobentos. Penelitian berlokasi di wilayah pesisir yang diperkirakan terkena pengaruh kegiatan operasional PLTU (10 stasiun pengamatan, yaitu 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12) dan wilayah yang diperkirakan tidak terkena pengaruh sebagai pembanding/titik kontrol sebanyak 3 stasiun pengamatan yaitu stasiun 1,3,5. Data dianalisis dengan 1) metode keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansinya, 2) analisis ukuran butir sedimen (pasir, debu, dan liat) serta analisis kandungan logam berat (Hg, As, Cr, Se, Mn, Cu, Cr, Fe, Pb, dan Zn), 3) analisis indeks similaritas, 4) analisis uji-T, 5) AZTI Marine Biotic Index (AMBI), dan 6) analisis multivariat M-AMBI. Berdasarkan hasil analisis keanekaragaman makrozoobentos, didapat 77 jenis taksa dengan kepadatan berkisar antara 250-1453 ind/m2. Makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 12 kelas yakni Polychaeta, Nemertina, Sipuncula, Crustaceae, Echinodermata, Coelenterata, Brachiopoda, Cephalochordata, Pelecypoda, Urochordata, Turbelaria, dan Gastropoda. Indeks keseragaman pada seluruh stasiun mendekati nilai 1, hal ini menunjukkan suatu komunitas makrozoobentos yang relatif mantap, sementara itu berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi menunjukkan tidak ada jenis yang secara ekstrim mendominasi jenis lainnya di seluruh lokasi kajian. Berdasarkan hasil perhitungan uji similaritas, kepadatan makrozoobentos terbagi menjadi 6 kelompok. Stasiun 1 dan 13 yang merupakan lokasi kontrol (diperkirakan tidak terpengaruh oleh aktivitas operasional PLTU Paiton) membentuk kelompok tersendiri Hasil analisis ukuran butiran sedimen menunjukkan bahwa komposisi sedimen di lokasi penelitian didominasi oleh fraksi pasir dan debu. Berdasarkan hasil uji indeks similaritas fraksi sedimen, diketahui bahwa lokasi penelitan mengelompok menjadi tiga kelompok besar. Kelompok satu terdiri dari stasiun 1, 2, 3, 4, 5, 7, 12, dan 13, kelompok dua tediri dari stasiun 6, 8, 10,dan 11, sementara stasiun 9 merupakan satu kelompok tersendiri. Dominasi fraksi debu sebesar 77.64% merupakan penyebab stasiun 9 merupakan satu kelompok tersendiri. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena adanya transport sedimen akibat pola arus dan aktivitas di lokasi tersebut yang merupakan dermaga bongkar muat kapal pengangkut batu bara. Hasil analisis kandungan logam berat dalam sedimen menunjukkan pada stasiun di dekat jetty dan perairan di depan saluran buangan air pendingin memiliki kandungan logam raksa (Hg) yang dapat memberikan pengaruh biologis terhadap organisme laut. Berdasarkan perhitungan AMBI, kondisi lingkungan bentik perairan pesisir Paiton yang termasuk dalam wilayah kajian seluruhnya dikategorikan sedikit terganggu. Perhitungan selanjutnya untuk mengetahui status ekologis perairan pesisir Paiton menggunakan analisis multivariat M-AMBI menunjukkan kategori yang lebih beragam apabila dibandingkan dengan kategori tingkat gangguan. Status ekologis perairan pesisir Paiton hasil perhitungan M-AMBI memiliki kategori ekosistem perairan pesisir yang sedang hingga tinggi. Beragamnya kategori status ekologis lingkungan perairan pesisir Paiton bila dibandingkan dengan kategori tingkat gangguan dikarenakan pada perhitungan M-AMBI untuk menilai status ekologis turut menggunakan indeks keragaman, indeks dominansi, dan nilai AMBI. Hasil perhitungan uji-T terhadap data sekunder kepadatan bentos menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara daerah kontrol dan daerah yang terkena pengaruh kegiatan operasi PLTU Paiton. Namun pada periode yang sama, perbandingan jumlah taksa antara daerah kontrol dan daerah terpengaruh tidak berbeda nyata. Hal ini juga ditunjukkan dari grafik kepadatan makrozoobentos dan jumlah taksa selama periode Februari 2009 hingga Mei 2013.