Pengembangan Media Kultur dan Pemanfaatan Antigen Protoplasmik Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis Isolat Lapang untuk Diagnosis Paratuberkulosis
View/ Open
Date
2014Author
Adji, Rahmat Setya
Wibawan, I Wayan T.
Lukman, Denny W.
Setiyaningsih, Surachmi
Metadata
Show full item recordAbstract
Paratuberkulosis atau Johne’s disease (JD) merupakan penyakit enteritis ganulomatosa kronik pada hewan ruminansia yang disebabkan oleh Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis (MAP). Bakteri ini berbentuk batang kecil, bersifat tahan asam, Gram positif, tumbuhnya lama, dan termasuk dalam kelompok Mycobacterium avium complex (MAC). Gejala klinis yang terlihat, adalah diare profus, penurunan produksi susu, penurunan berat badan, dan kekurusan yang disertai dengan pengeluaran bakteri MAP melalui feses. Paratuberkulosis pada peternakan sapi dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, karena terjadi penurunan produksi susu, gangguan reproduksi, peningkatan calving interval, pengafkiran dini, penurunan kualitas dan kuantitas daging. Penyakit ini bersifat zoonosis potensial, karena bakteri MAP dilaporkan dapat menginfeksi manusia dan lebih dikenal dengan sebutan Crohn’s disease (CD). Berdasarkan hasil studi dan data-data yang ada, sumber infeksi MAP ke manusia dicurigai dan diyakini berasal dari susu dan produk olahannya, karena MAP dilaporkan tahan terhadap pasteurisasi. Metode uji yang sering digunakan untuk diagnosis paratuberkulosis adalah kultur, polymerase chain reaction (PCR), dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Isolasi dan identifikasi MAP dari sampel feses atau jaringan merupakan uji gold standard. Media padat yang umum dan paling banyak digunakan untuk kultur MAP adalah Herrold’s egg yolk medium (HEYM) dan Lӧ wenstein Jensen (LJ). Herrold’s egg yolk medium merupakan media padat standar untuk isolasi MAP dan secara komersial sudah tersedia, tetapi media ini merupakan produk impor dengan harga yang cukup mahal dengan masa simpan yang cukup pendek (4-6 bulan). Enzyme-linked immonosorbent assay merupakan metode uji serologi yang banyak digunakan untuk diagnosis paratuberkulosis, karena lebih sensitif dibandingkan dengan uji serologi lain, lebih murah, dan lebih cepat. Kit ELISA yang digunakan untuk uji serologi paratuberkulosis di Indonesia merupakan produk impor dengan menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) atau antigen protoplasmik (PPA). Kit ELISA komersial harganya cukup mahal dengan sensitivitas dan spesifitasnya yang bervariasi. Kejadian ini kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan antigen ataupun isolat yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi kemampuan media RIVS-M dan memodifikasi media Ogawa untuk kultivasi Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis (MAP) yang lebih sederhana dan ekonomis, mengidentifikasi protein protoplasmik MAP isolat lapang B2788 dan B2789 yang bersifat antigenik, dan mengembangkan enzyme-liked immunosorbent assay (ELISA) paratuberkulosis dengan menggunakan antigen protoplasmik MAP isolat lapang. Metode dalam penelitian ini meliputi pengujian media RIVS-M dan media Ogawa dimodifikasi dengan menumbuhkan suspensi bakteri MAP dalam phosphat buffer saline (PBS) dan feses pada kedua media tersebut. Suspensi bakteri MAP tersebut juga ditumbuhkan pada Herrold’s egg yolk medium (HEYM) komersial. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan metode GraphPad Prims 6 Sofware. Identifikasi dan analisa antigen protoplasmik MAP isolat lapang B2788 dan B2789 dilakukan dengan sodium dodecyl sulphate polyacrilamide gel (SDS-PAGE) dan immunoblotting. Pengembangan uji ELISA paratuberkulosis dengan menggunakan antigen protoplasmik MAP isolat lapang (ELISA PPA-L) dilakukan dengan metode indirect untuk menguji 322 sampel serum (300 negatif dan 22 positif paratuberkulosis). Untuk mengevaluasi metode ELISA PPA-L, serum yang sama juga diuji dengan menggunakan kit ELISA IDEXX paratuberculosis screening antibody test (IDEXX Laboratories, USA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media RIVS-M dan media Ogawa dimodifikasi mempunyai kemampuan dan sensitivitas yang baik untuk menumbuhkan MAP, tetapi kemampuan media HEYM komersial lebih baik dibandingkan kedua media tersebut. Namun demikian, media RIVS-M dan media Ogawa dimodifikasi lebih ekonomis untuk isolasi MAP dibandingkan media HEYM komersial. Protein protoplasmik Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis isolat lapang B2788 dan B2789 yang bersifat antigenik terhadap paratuberkulosis berada pada kisaran 34 kDa dan 17 kDa, dan antigen tersebut dapat digunakan untuk pengembangan uji serologi paratuberkulosis. Enzymelinked immunosorbent assay paratuberkulosis dengan menggunakan antigen protoplasmik Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis isolat lapang mempunyai sensitivitas 68.18% dan spesifitas 97.0%. Metode ELISA ini mempunyai kemampuan yang baik, dapat digunakan untuk uji tapis, dan lebih ekonomis untuk dignosis paratuberkulosis di Indonesia.
Collections
- DT - Veterinary Science [283]