Analisis Rantai Nilai Pemasaran Kentang Granola di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
View/ Open
Date
2014Author
Sinaga, Vela Rostwentivaivi
Fariyanti, Anna
Tinaprilla, Netti
Metadata
Show full item recordAbstract
Komoditas sayuran memegang peranan penting kedua dalam hortikultura setelah buah-buahan dari tahun 2005 sebesar 22.63 triliyun rupiah dan meningkat sebesar 30.51 triliyun rupiah pada tahun 2009. Salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia adalah kentang. Varietas kentang yang banyak dibudidayakan adalah granola yang disebut juga dengan kentang sayur. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu sentra kentang yang berada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan Pangalengan adalah kawasan agropolitan yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan terdapat usaha pengolahan skala rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah (1) manganalisis struktur, perilaku, dan kinerja pemasaran kentang granola di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, (2) menganalisis rantai nilai kentang granola di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, (3) memberikan rekomendasi kebijakan terhadap analisis rantai nilai dalam kaitannya dengan struktur, perilaku, dan kinerja pemasaran bagi para petani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan analisis Structure, Conduct, Performance (SCP) yang melihat pemasaran kentang segar dari petani hingga konsumen akhir, nilai tambah Hayami yang melihat dari sisi pengolahan kentang segar menjadi produk olahan keripik dan kerupuk kentang, serta rantai nilai Porter yang melihat pemasaran kentang granola secara keseluruhan dari kentang segar maupun olahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemasaran kentang granola memiliki 9 saluran pemasaran dengan struktur pasar yang cenderung oligopsoni. Konsentrasi pasar menunjukkan hasil 0.29 yang berarti pasar terkonsentrasi lemah dan Minimum Efficiency Scale (MES) sebesar 29% yang berarti terdapat hambatan masuk. Nilai tambah dari produk olahan kentang granola, yaitu keripik dan kerupuk kentang memberikan peningkatan nilai tambah lebih dari 50%. Nilai tambah keripik kentang sebesar 48.21% dengan tingkat keuntungan yang diterima sebesar 36.04% sedangkan nilai tambah kerupuk kentang sebesar 55.54% dan tingkat keuntungan mencapai 50.85%. Marjin keripik kentang sebesar Rp10 218.06/kg dan kerupuk kentang Rp25 037.04/kg. Kinerja pemasaran menunjukkan kinerja yang relatif efisien dikarenakan marjin pemasaran yang diterima pelaku usaha masih cukup rendah 33.34% sehingga farmer share yang diterima cukup tinggi 66.66%. Rantai nilai Porter pada pemasaran kentang segar melihat pelaku usaha belum bisa mengakomodir keseluruhan aktivitas di dalam rantai nilai, baik aktivitas primer dan pendukung sedangkan pada usaha pengolahan, aktivitas yang dilakukan masih belum maksimal karena usaha yang ada rata-rata masih dijalankan secara sederhana dan tradisional. Saran yang diperlukan adalah peningkatan peran pemerintah maupun kelembagaan dalam pemasaran kentang granola maupun produk olahan sehingga pelaku usaha dapat meningkatkan profit.
Collections
- MT - Economic and Management [2975]