Faktor-Faktor Risiko Sindrom Metabolik pada Pekerja Wanita
View/ Open
Date
2014Author
Solechah, Siti Aisyah
Briawan, Dodik
Kustiyah, Lilik
Metadata
Show full item recordAbstract
Hasil Survei Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase pekerja wanita yaitu 46.68% pada tahun 2009 menjadi 48.44% pada tahun 2011. Sebagian besar pekerja tersebut merupakan buruh industri. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada pekerja industri yakni 26.6% (2007) menjadi 29.1% (2012). Peningkatan prevalensi obesitas seringkali diikuti dengan peningkatan prevalensi sindrom metabolik (SM). Patogenesis sindrom ini sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor. Berbagai penelitian telah dilakukan di Indonesia terkait sindrom ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tetapi penelitian mengenai faktor-faktor risikonya, khususnya pada pekerja wanita, masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi kejadian SM; 2) mengidentifikasi karakteristik pekerja; 3) menganalisis status gizi; 4) menganalisis kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada pekerja wanita; 5) menganalisis konsumsi pangan; 6) menganalisis tingkat aktvitas; 7) menganalisis faktor herediter; 8) menganalisis faktor risiko SM. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dari Briawan et al. (2013) “Efikasi Suplementasi Vitamin D, Kalsium dan Susu terhadap Perbaikan Serum 25(OH)D dan Sindrom Metabolik Pekerja Garmen Wanita Usia Subur”. Penelitian dilakukan di PT Citra Abadi Sejati, Kedung Halang, Kota Bogor, Jawa Barat yang dilakukan pada Juni-November 2013. Prevalensi SM pada pekerja wanita yaitu sebesar 18.6%. Komponen SM yang paling sering ditemukan pada pekerja adalah kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) di bawah normal (42.4%), obesitas sentral (40.7%) dan hipertensi (33.9%). Seluruh penderita SM mengalami obesitas sentral dan lebih dari separuhnya (90.9%) menderita hipertensi, kadar trigliserida (TG) yang tinggi (54.5%) dan kadar kolesterol HDL yang rendah (72.7%). Kebanyakan pekerja wanita bekerja di bagian sewing (23.7%), quality control (18.6%) dan di bagian sample (11.9%). Sebagian besar pekerja (88.1%) telah bekerja lama di pabrik (≥ 10 tahun) tetapi masih banyak dari mereka (52.5%) yang masih menerima upah di bawah Upah Minimum Regional. Sebanyak 72.9% pekerja berusia lebih dari atau sama dengan 40 tahun dan sebanyak 81.4% yang berpendidikan rendah. Pada umumnya, pekerja memiliki keluarga kecil (86.4%) dengan pendapatan per kapita yang menyebar merata pada 5 kuintil. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa karakteristik contoh yang berhubungan dengan SM adalah besar keluarga (p<0.05). Sebanyak lebih dari 50% pekerja termasuk dalam kategori obese (61.1%). Namun, lingkar pinggang sebagian besar pekerja (59.3%) tergolong normal yaitu kurang dari 80 cm. Namun, sebanyak 71.2% pekerja memiliki rasio lingkar pinggang-pinggul di atas 0.80. Hanya terdapat satu orang perokok di antara pekerja wanita dan tidak ada satu pun yang memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. Dari hasil uji chi-square tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan SM. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara kecukupan energi dan zat gizi (protein, karbohidrat, lemak, lemak jenuh, lemak tak jenuh, kolesterol dan natrium) dengan SM. Akan tetapi terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi pangan spesifik, yaitu ikan asin terhadap SM. Sebagian besar pekerja memiliki tingkat aktivitas total sedang (39%) dan tinggi (49.2%). Sebanyak 74.6% pekerja berada pada kategori tingkat aktivitas sedang untuk aktivitas fisik yang berhubungan dengan pekerjaan. Selain itu, sebagian besar pekerja memiliki tingkat aktivitas fisik yang tergolong rendah untuk aktivitas yang berhubungan dengan transportasi (94.9%), pekerjaan rumah (94.9%) dan aktivitas di waktu santai (98.3%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dengan SM dan tidak terdapat perbedaan nilai aktivitas fisik antara penderita SM dengan yang tidak menderita SM. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit tidak menular (PTM) orang tua dengan SM serta riwayat PTM ayah dan ibu (diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, kegemukan dan strok) dengan SM. Faktor risiko SM pada pekerja wanita adalah besar keluarga (OR = 10.25, 95% CI: 1.827-57.514). Hal ini berarti bahwa pekerja dengan keluarga besar (> 4 orang) berisiko 10.25 kali lebih tinggi untuk mengalami SM daripada pekerja dengan keluarga yang kecil (≤ 4 orang).
Collections
- MT - Human Ecology [2190]