Kajian Tingkat Kematangan Petik Terhadap Perubahan Mutu Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB-1 dan IPB-2 Selama Penyimpanan
View/ Open
Date
2014Author
Santoso, Slamet Bejo
Nugroho, Lilik Pujantoro Eko
Sujiprihati, Sriani
Metadata
Show full item recordAbstract
Pepaya (Carica pepaya L.) merupakan salah satu buah yang penting karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, berpotensi sebagai sumber pendapatan serta pemenuhan akan ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan manusia. Di Indonesia pepaya termasuk dalam lima besar jenis buah-buahan yang berpotensi produksi lebih dari 300 ribu ton per tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat mutu pepaya adalah tingkat kematangan buah saat dipetik. Buah yang belum matang bila dipetik akan menghasilkan mutu yang kurang baik dan proses pematangannya yang kurang sempurna. Begitu juga sebaliknya dengan penundaan waktu petik buah akan meningkatkan kepekaan pada kerusakan sehingga mutu dan nilai jual akan rendah. Kerusakan yang terjadi pada buah dapat menjadi tempat masuknya mikro organisme ke dalam buah, akan meningkatkan laju respirasi dan mengakibatkan rendahnya daya simpan. Waktu pemanenan yang tepat masih belum cukup bila sekedar untuk mendapatkan buah yang bermutu tinggi, namun masih perlu adanya penanganan pasca panen terhadap pepaya untuk memperpanjang umur simpan yaitu penyimpanan pada suhu dingin. Penyimpanan suhu dingin pada umumnya bertujuan untuk mengendalikan laju respirasi, transpirasi, infeksi penyakit dan mempertahankan produk yang paling berguna bagi konsumen. Penyimpanan buah-buahan segar apabila dilakukan secara tepat dapat memperpanjang daya guna dan mempertahankan mutunya. Tujuan spesifik yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Menentukan saat pemetikan yang tepat berdasarkan tingkat semburat dan mengetahui suhu yang optimal selama penyimpanan dan Membandingkan 2 genotipe pepaya yang berbeda untuk menentukan mutu melalui uji objektif dan subyektif . Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara semburat dan suhu terhadap kadar air, TPT, kekerasan dan warna hijau. Pemetikan pepaya genotipe IPB- 1 dan IPB-2 dengan semburat 25% menunjukkan hasil yang terbaik dengan disertai penyimpanan pada suhu 100C akan memberikan nilai kesukaan lebih tinggi dari para konsumen. Pemetikan dengan semburat 10% secara mutu masih diterima oleh konsumen namun akan lebih baik disimpan pada suhu ruang, sedangkan pemetikan dengan tingkat semburat 0% mutu masih belum diterima oleh sebagian besar konsumen, kecuali pada genotipe IPB-1. Penyimpanan pada suhu 100C dinilai lebih baik karena dapat mempertahankan mutu pepaya sampai 32 hari penyimpanan, disamping itu akan memberikan rasa yang lebih segar pada pepaya yang disimpan. Penyimpanan pepaya pada suhu 150C akan memberikan mutu yang kurang disukai oleh sebagian besar konsumen, sedangkan penyimpanan pada suhu ruang akan tepat diterapkan pada semua pepaya khususnya yang mempunyai tingkat semburat 25 dan 10% namun mutu tidak dapat dipertahankan lebih lama hanya bertahan sampai 8 hari. Berdasarkan uji subyektif (Organoleptik) bahwa pepaya genotipe IPB-1 cenderung lebih disukai oleh para panelis karena rasanya lebih manis bila dibanding pepaya genotipe IPB-2, hal ini didukung oleh hasil uji obyektif (alat) bahwa kandungan TPT IPB-1 berkisar antara 11,01 – 12,66, sedangkan untuk IPB-2 kandungan TPT berkisar antara 8,71 – 9,99.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2206]