Analisis Program Sistem Resi Gudang di Kabupaten Indramayu
View/ Open
Date
2014Author
Widiyani, Muflihah
Nuryartono, Nunung
ulatsih, Sri M
Metadata
Show full item recordAbstract
Sektor pertanian masih menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia. Pertanian menjadi sektor yang dominan dalam mendukung kehidupan masyarakat. Beberapa peran penting sektor pertanian di Indonesia adalah sebagai komponen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dari sisi bisnis, kegiatan perekonomian yang berbasis pertanian terutama tanaman pangan merupakan kegiatan bisnis terbesar dan tersebar luas di Indonesia. Namun demikian, ada dua permasalahan utama yang sering dihadapi oleh para petani di Indonesia, biaya produksi yang tinggi dan harga produk pertanian yang rendah. Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan salah satu program pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sistem Resi Gudang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. SRG diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011. Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di Gudang SRG. Resi Gudang diterbitkan oleh Pengelola Gudang yang dapat digunakan untuk memperoleh kredit dari pemerintah. Kredit tersebut memperoleh subsidi bunga dari pemerintah dengan jaminan barang yang disimpan di gudang. Tujuan lain dari program SRG adalah membantu petani terlepas dari masalah rendahnya harga komoditi ketika musim panen dengan mekanisme tunda jual. Kabupaten Indramayu menjadi wilayah yang memiliki potensi besar dalam implementasi SRG di Indonesia, terutama untuk komoditas gabah. Dari awal implementasi sampai dengan bulan April tahun 2014, total jumlah Resi Gudang komoditas gabah di Kabupaten Indramayu mencapai 557 buah dari penyimpanan 13 167.49 ton gabah kering. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Namun demikian, jumlah komoditas gabah yang ikut serta dalam program SRG di Indramayu masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi komoditas tersebut (0.09 persen pada tahun 2010 sampai dengan 2012). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program SRG di Kabupaten Indramayu. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan-informan kunci serta hasil studi leteratur. Metode yang digunakan adalah analisis gap, analisis rasio konsentrasi, dan analisis ARMA-ARIMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program SRG di Kabupaten Indramayu mengalami peningkatan dari awal pelaksanaan program tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Perkembangan ini meliputi perkembangan jumlah Resi Gudang yang diterbitkan, maupun nilai pembiayaannya. Implementasi program SRG di Kabupaten Indramayu belum tepat sasaran. Beberapa poin yang belum sesuai antara aturan dengan pelaksanaan di lapang adalah pengujian mutu barang, pengambilan barang yang disimpan, status peserta, kapasitas gudang, serta sosialisasi. Program SRG belum tepat sasaran karena tujuan dari program yang sebenarnya untuk petani, justru dimanfaatkan oleh pedagang dan pengusaha yang dalam jangka panjang akan mengarah pada penguasaan pasar gabah oleh beberapa pedagang (pasar oligopoli). Berdasarkan analisis ARMA-ARIMA, model terbaik untuk memprediksi harga gabah di Indramayu adalah model SARIMA (0,1,0) (3,0,3)12. Hasil perhitungan prediksi harga gabah menunjukkan bahwa harga gabah bulan April 2014 sampai dengan Maret 2015 berfluktuasi seiring dengan perubahan musim panen dan paceklik di wilayah Kabupaten Indramayu. Jumlah minimal gabah yang dapat disimpan di gudang SRG untuk penyimpanan 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan adalah 2.86 ton, 4.39 ton, 7.26 ton, 12.87 ton, dan 2.08 ton. Program SRG masih baik untuk dilaksanakan namun agar petani termotivasi untuk ikut serta dalam SRG, pemerintah hendaknya terlebih dahulu fokus pada penyediaan sarana produksi yang terjangkau melalui pinjaman atau penyediaan sarana produksi murah. Pemerintah hendaknya juga mempertimbangkan untuk menurunkan biaya SRG agar jumlah minimum gabah yang dapat diikutsertakan dalam SRG lebih rendah sehingga dapat dipenuhi oleh petani.
Collections
- MT - Economic and Management [2970]