Pengembangan Peternakan Sapi Perah dan Perubahan Struktur Sosial di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
View/ Open
Date
2014Author
Mauludin, Mochamad Ali
Lubis, Djuara P
Wigna, Winati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian tentang Pengembangan Peternakan Sapi Perah dan Perubahan Struktur Sosial di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung ini mengkaji permasalahan mengapa dan bagaimana peternak sapi perah di Pangalengan masih tetap bertahan hingga sekarang, selain itu bagaimana penetrasi modernisasi peternakan di Pangalengan berdampak pada perubahan struktur komunitas peternak sapi perah. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Menganalisis perubahan moda produksi yang terjadi pada komunitas peternak sapi dalam pengembangan peternakan sapi perah dari masa ke masa dan formasi sosial yang terbentuk setelah terjadi penetrasi modernisasi peternakan sapi perah di Pangalengan, 2) Menganalisis dampak pengembangan peternakan sapi perah melalui modernisasi peternakan terhadap struktur komunitas peternak sapi perah di Pangalengan, dan 3) Menganalisis perubahan moda produksi berdampak pada keberlangsungan usaha peternakan sapi perah dengan skala kecil Penelitian ini didasarkan pada paradigma kritis dan menggunakan metode kualitatif. Dengan demikian untuk pengumpulan data melalui indepth interview, studi arsip, dokumen, dan studi pustaka, sedang analisinya digunakan model analisis interaktif. Dalam upaya memperoleh validitas data yang sebenarnya dapat diyakini, keabsahan data diuji melalui teknik triangulation data dan metode. Hasil penelitian menunjukan, bahwa pada pengembangan peternakan sapi perah di Pangalengan mengalami perjalanan panjang atau periodisasi dimulai pada masa kolonial Belanda hingga sekarang. Periodisasi tersebut antara lain : 1) periode penjajahan (sebelum tahun 1945), 2) periode perintis (tahun 1945 sampai 1975), dan 3) periode Kontemporer (tahun 1975 sampai sekarang). Periodisasi pengembangan peternakan sapi perah mengakibatkan perubahan moda produksi. Perubahan moda produksi pada usaha peternakan sapi perah berupa peralihan alat-alat produksi, cara-cara produksi, dan pola-pola hubungan produksi dari cara-cara produksi tradisonal ke cara produksi yang lebih modern. Hasil studi mengungkapkan bahwa perubahan moda produksi (kekuatan produksi dan hubungan produksi) yang diartikulasikan peternakan sapi perah berdampak pada perubahan struktur komunitas peternak sapi perah. Periodisasi dalam pengembangan peternakan sapi perah mengungkapkan bahwa setiap periode akan membentuk formasi sosial. Formasi sosial capitalist terjadi pada periode penjajahan (sebelum tahun 1945) dan pada periode perintis (tahun 1945 sampai1975) terbentuk formasi sosial semi-petty commodity serta yang terjadi pada periode kontemporer (tahun 1975 sampai sekarang) terbentuk formasi sosial petty commodity. Moda produksi yang dominan di antara moda produksi yang lain memberikan gambaran dalam suatu komunitas peternak sapi perah pada periode tertentu. Dominasi moda produksi capitalist pada periode penjajahan menghasilkan akumulasi modal, polarisasi peguasaan lahan dan ternak, sedangkan dominasi moda produksi semi-petty commodity pada periode perintis mengungkapkan bahwa pasar yang dibentuk oleh kolektor (pengumpul susu) dan kelembagan lokal adalah pasar persaingan sempurna yaitu hanya komoditi produksi susu, sedangkan periode kontemporer dominasi moda produksi petty commodity membentuk peternakan sapi perah terbagi dalam stratifikasi peternak yaitu peternak kelas atas, peternak kelas menengah, dan peternak kelas bawah. Tipe ekonomi yang berkembang adalah peternak sapi perah sebagai penjual dan koperasi peternakan adalah sebagai pembeli. Perubahan struktur komunitas peternak sapi perah terjadi setelah adanya penetrasi modernisasi peternakan di Pangalengan. Perspektif penetrasi modernisasi adalah kebijakan pemerintah mengenai pembangunan di berbagai sektor peternakan, pendirian industri pengolahan susu, dan melalui koperasi (agent of change) yaitu adopsi inovasi teknologi dalam produksi usaha peternakan sapi perah. Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan struktur komunitas dengan melihat sebelum dan sesudah penetrasi modernisasi peternakan antara lain pembagian kelas lebih menyebar sehingga terbentuk peternak kelas atas, peternak kelas menengah, dan peternak kelas bawah. Selanjutnya buruh ternak terbagi dalam buruh lepas (tidak menginap) dan buruh tetap (menginap di rumah peternak), selanjutnya perubahan hubungan sosial terjadi antara peternak dengan peternak, peternak dengan institusi. Dengan perubahan struktur komunitas tersebut mengakibatkan kemunculan struktur pekerjaan baru antara lain penyedian pakan ternak baik konsentrat maupun hijauan di luar dari koperasi dan dibangunnya home industry dalam pengolahan susu.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]