Daya Saing Usaha Ternak Sapi Perah Dengan Pemasaran Susu Segar Berbasis Agrowisata
View/ Open
Date
2014Author
Oktariani, Andina
Daryanto, Arief
Fahmi, Idqan
Metadata
Show full item recordAbstract
Peternak sapi perah dihadapkan pada permasalahan besarnya ketergantungan terhadap Industri Pengolahan Susu (IPS) skala besar dalam memasarkan susu segar yang dihasilkannya. Sekitar 80-90% produksi susu peternak Indonesia dipasok kepada IPS. Dapat dikatakan bahwa IPS skala besar merupakan konsumen utama pasar produk susu segar di Indonesia. Konsumen akhir mempunyai preferensi yang lebih tinggi untuk mengkonsumsi produk susu olahan dalam negeri yang dihasilkan oleh IPS. Konsumen susu di Indonesia lebih dari 90% masih mengkonsumsi susu berupa bubuk atau kental manis, dan tidak lebih dari 10% yang mengkonsumsi susu segar. Daryanto (2009) menyebutkan bahwa profil konsumsi susu di Indonesia memperlihatkan bahwa susu putih cair segar hanya memberikan kontribusi sekitar 18% dari total konsumsi susu putih sementara 82% lainnya merupakan konsumsi susu putih bubuk. Ketergantungan penyaluran susu yang besar kepada IPS sebagai konsumen utama pasar produk susu segar di Indonesia yang cenderung memiliki struktur pasar oligopsoni menyebabkan lemahnya posisi tawar yang dimiliki oleh koperasi susu dan peternak dalam memasok dan menentukan harga susu (Hutagaol dan Karo-Karo 2008). Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh IPS yang menyebabkan peternak sapi perah memiliki posisi tawar (bargaining position) yang rendah. Hal ini yang menyebabkan relatif rendahnya harga susu segar yang diterima oleh peternak dalam negeri sehingga menimbulkan sulit bagi peternak untuk meningkatkan produksi susu karena insentif harga yang rendah yang diperoleh peternak. Oleh karena itu, pengembangan jalur pemasaran susu segar menjadi poin penting dalam menangkap pasar domestik yang masih belum terjangkau. Pengembangan jalur pemasaran susu segar tidak terlepas dari adanya permintaan susu segar yang tinggi. Pada pengembangan pemasaran susu segar yang lebih luas maka kegiatan ekonomi usaha komoditas susu segar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekonomi kreatif melalui pengembangan agrowisata. Aktivitas bisnis komoditas susu segar berbasis agrowisata telah mulai diterapkan, termasuk agrowisata persusuan, baik agrowisata yang diterapkan oleh peternak sendiri bersifat masih sederhana sebatas educational tour maupun agrowisata dalam konsep yang luas agrowisata tour, kuliner dan belanja yang dikembangkan oleh perusahaan swasta. Walaupun terdapat agrowisata yang diterapkan oleh peternak sendiri, namun pemasaran susu segar dan susu olahan untuk kebutuhan agrowisata tersebut hanya disumbangkan sekitar 10% oleh peternak, sisanya peternak masih mengandalkan konsumen rumah tangga dan IPS besar. Lainhalnya dengan agrowisata yang dikembangkan oleh perusahaan swasta, pemasaran susu segar oleh peternak disumbangkan sekitar 90% untuk kebutuhan agrowisata tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk pertama, menganalisis daya saing usaha ternak sapi perah (keunggulan kompetitif dan komparatif) yang memasarkan susu segar ke perusahaan pengolahan susu berbasis agrowisata; kedua, menganalisis dampak pemasaran susu segar berbasis agrowisata dengan dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha ternak sapi perah yang memasarkan susu segar ke perusahaan pengolahan susu berbasis agrowisata; ketiga, menganalisis daya saing usaha ternak sapi perah (keunggulan kompetitif dan komparatif) yang proporsi pemasaran susu segar paling besar ke non agrowisata; keempat, menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing usaha ternak sapi perah yang proporsi pemasaran susu segar paling besar ke non agrowisata, dan kelima, menganalisis strategi kebijakan daya saing usaha ternak sapi perah yang memasarkan susu segar ke perusahaan pengolahan susu segar berbasis agrowisata maupun proporsi lebih besar ke non agrowisata. Penelitian ini menggunakan metode analisis Policy Analysis Matrix (PAM) untuk dapat menganalisis daya saing usaha ternak sapi perah dan analisis sensitivitas untuk melihat sejauhmana perubahan harga output akibat adanya agrowisata maupun kebijakan tarif impor serta perubahan harga input akibat adanya kebijakan pemerintah terhadap keuntungan dan daya saing usaha ternak sapi perah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) peternak yang tergabung dalam KUD Giri Tani yang memasarkan susu segar ke IPS PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory) selaku perusahaan susu berbasis agrowisata. Pengambilan sampel terhadap peternak ini dilakukan dengan menggunakan cluster sampling dan selanjutnya secara random sampling sehingga jumlah peternak yang diteliti sebanyak 59 peternak. 2) kelompok peternak swadaya Pondok Ranggon yang memasarkan susu segar ke konsumen masyarakat langsung. Jumlah peternak yang diteliti pada kelompok peternak swadaya Pondok Ranggon yaitu sebanyak 24 peternak sesuai dengan populasi peternak yang ada. Berdasarkan hasil PAM secara keseluruhan, baik usaha ternak sapi perah yang memasarkan susu segar ke perusahaan pengolahan susu berbasis agrowisata maupun usaha ternak sapi perah yang proporsi pemasaran susu segar lebih besar ke non agrowisata yaitu langsung dipasarkan ke masyarakat ini secara umum menguntungkan dan efisien secara privat dan secara sosial. Di samping itu, kedua usaha ternak sapi perah ini juga memiliki daya saing ditunjukkan dengan keunggulan kompetitif dengan nilai PRC<1 dan keunggulan komparatif nilai DRC<1. Nilai transfer input yang dihasilkan usaha ternak sapi perah yang memasarkan susu segar ke perusahaan pengolahan susu berbasis agrowisata bernilai negatif yaitu harga input tradable yang diterima peternak pada harga privat menjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga sosialnya, sementara transfer input bernilai positif pada usaha ternak sapi perah yang proporsi pemasaran susu segar lebih besar ke non agrowisata, berarti bahwa kebijakan pemerintah pada input tradable menguntungkan produsen input dan tidak menguntungkan peternak karena harga input tradable yang digunakan oleh para peternak lebih tinggi dibandingkan dengan harga sosial. Nilai TO, NPCO, EPC, NT, PC dan SRP bernilai sama pada kedua jenis peternak tersebut yang menunjukkan bahwa belum dapat meningkatkan pendapatan kotor secara maksimal. Berdasarkan analisis sensitivitas, dampak agrowisata yang diukur melalui proksi kenaikan pengunjung agrowisata memberikan keuntungan terbesar dan daya saing peternak meningkat. Bahkan, walaupun bersamaan dengan adanya kenaikan harga pakan hingga 30% keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif masih menunjukkan nilai yang baik. Penghapusan tarif impor dan kenaikan harga pakan 30% menurunkan keunggulan kompetitif yang ditandai dengan semakin tingginya nilai PCR. Strategi peningkatan daya saing usaha ternak sapi perah dengan pemasaran susu segar berbasis agrowisata dengan mengoreksi kebijakan pemerintah yang sudah ada dan menetapkan kebijakan yang pro peternak untuk memperbaiki sistem usaha ternak sapi perah. Kebijakan peningkatan daya saing peternak yang dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan terhadap supply side dan kebijakan terhadap demand side. Kebijakan terhadap supply side, antara lain pemerintah perlu melakukan transformasi usaha ternak sapi perah dari usaha ternak tradisional menjadi usaha ternak semi insentif dan meningkat menjadi usaha ternak intensif berbasis modal dan terakhir berbasis iptek untuk meningkatkan skala usaha peternak; kebijakan pemerintah juga harus diarahkan kepada kebijakan subsidi input dan obat-obatan bagi peternak; diseminasi teknologi dan penyuluhan harus terus dilakukan secara intensif; sistem agribisnis pada usaha ternak sapi perah harus dibangun berdasarkan sistem vertical integration sehingga diperlukan koordinasi yang saling mendukung antara peternak, konsumen dan pemerintah; pemerintah harus menciptakan kemitraan yang adil dan sehat serta saling menguntungkan antara peternak, koperasi dan IPS; pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong investasi dalan agribisnis persusuan nasional; pemerintah harus menetapkan tarif impor lebih besar dari tarif impor saat ini 5% untuk memberikan perlindungan terhadap susu segar dalam negeri dari susu impor; pemerintah perlu memberlakukan kembali ketentuan yang mewajibkan IPS untuk membeli susu segar dari petani lokal dalam porsi yang lebih layak dan diberlakukan secara ketat, dan perlu pembangunan infrastruktur pedesaan untuk mendukung produksi yang efesien. Kebijakan terhadap demand side antara lain keterlibatan pemerintah dalam memperkuat pasar susu domestik melalui pembinaan terhadap peternak, kampanye terhadap konsumen serta pengawasan terhadap kualitas susu cair siap konsumsi melalui pengembangan agrowisata; pemerintah perlu mengembangkan pembangunan agrowisata persusuan nasional dengan konsep yang luas sebagai upaya perluasan pasar susu segar sehingga IPS tidak hanya dikuasai segelintir perusahaan yang membentuk kartel seperti saat ini; dan pemerintah perlu upaya untuk menarik investor ke arah pembangunan agrowisata persusuan lokal sehingga kemudahan investasi menjadi mutlak dalam pengembangan agribisnis persusuan nasional.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]