Strategi Pengelolaan Hutan Lindung Angke Kapuk
View/ Open
Date
2014Author
Sasongko, Dwi Agus
Kusmana, Cecep
Ramdan, Hikmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), yang merupakan formasi mangrove memiliki fungsi penting dalam memberi daya dukung terhadap lingkungan. Fungsi penting HLAK ditegaskan statusnya sebagai bagian tata ruang DKI Jakarta yang dipertahankan dan wajib dilindungi. Kondisi terkini kawasan yang semakin terancam keberadaannya memerlukan langkah strategis pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal – eksternal HLAK; mengindentifikasi dan menganalisis stakeholder HLAK; dan menyusun strategi pengelolaan HLAK. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) digunakan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal HLAK. Stakeholder Grid digunakan untuk menganalisis stakeholder HLAK. Adapun strategi pengelolaan HLAK disusun menggunakan Matriks Strength Weakness Opportunity Treath (SWOT) dan diurutkan prioritasnya menggunakan Teknik Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM). Stakeholder HLAK terbagi dalam empat kategori. Keempat kategori tersebut adalah player, actor, bystander, dan subject. Player terdiri dari Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Entitas PIK, PT Murindra Karya Lestari, PT Kapuk Naga Indah, dan masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat dikategorikan sebagai actor. Akademisi dikategorikan sebagai subject. Bystander terdiri dari Badan Usaha Milik Negara dan kelompok swasta lain. Evaluasi Faktor Internal pengelolaan HLAK mempunyai skor 2.15. Skor ini mengindikasikan bahwa HLAK belum mendapatkan manfaat maksimal dari kekuatan yang dimilikinya. Di sisi lain, HLAK masih sangat terpengaruh oleh kelemahan yang dimilikinya. Evaluasi Faktor Eksternal menunjukkan skor 2.20. Hal ini berarti bahwa HLAK belum memperoleh keuntungan maksimal dari peluang yang ada. Kondisi demikian juga berarti HLAK masih lemah dalam menghadapi dinamika lingkungan eksternalnya. Perumusan strategi pengelolaan HLAK menghasilkan delapan alternatif strategi. Rehabilitasi ekosistem mangrove menjadi prioritas utama dari strategi pengelolaan yang diusulkan.