Pemanfaatan Ruang oleh Orangutan Pongo pygmaeus morio (Owen, 1837) di Stasiun Penelitian Mentoko dan Prefab, Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur
View/ Open
Date
2014Author
Ferisa, Agnes
Mardiastuti, Ani
Iskandar, Entang
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Kutai (TN Kutai) adalah salah satu habitat penting dari Pongo pygmaeus morio di Kalimantan Timur. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2013, menyatakan status orangutan Kalimantan adalah genting atau “endangered” akibat adanya konversi habitat, kebakaran hutan, perburuan dan perdagangan satwa (Ancrenaz et al. 2008). Sehingga melestarikan orangutan dan habitatnya adalah menjadi penting. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei- September 2012. Lokasi penelitian dibagi menjadi dua, yaitu di stasiun penelitian Mentoko dan stasiun penelitian Prefab. Yang mana kedua lokasi tersebut berbeda menurut jangka waktu habituasi dan intensitas gangguan oleh manusia (Kabangnga 2010). Prefab telah digunakan sebagai areal penelitian selama lebih dari 20 tahun, dan saat ini juga dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan wisata alam TN Kutai. Sedangkan Mentoko sendiri baru digunakan kembali untuk aktivitas penelitian sejak tahun 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pemanfaatan ruang oleh orangutan di TN Kutai dan mengetahui habitat yang seperti apa yang paling aktif digunakan. Pemanfatan ruang yang dimaksud terdiri dari jelajah harian, daerah jelajah, daerah inti, daerah tumpang tindih dan pemanfaatan strata tajuk. Data pergerakan direkam dengan menggunakan GPS dan dianalis menggunakan ArchGIS 10.1 diintegrasikan dengan Kernel Density Estimation (kde) yang terdapat dalam program Geospasial Modelling Enviroment, sedangkan orangutan diikuti dengan menggunakan metode focal animal sampling dan dijelaskan secara deskriptif. Berdasarkan analisis spasial. jelajah harian terjauh di Mentoko adalah 0.749 km/hari dan Prefab adalah 0.633 km/hari. Daerah jelajah terluas di Mentoko adalah 0. 401 km2, dan Prefab adalah seluas 0.197 km2. Tumpang tindih terjadi pada individu Darwin-Putri seluas 0.039 km2, sedangkan di Prefab tumpang tindih terjadi pada Bayur-Labu seluas 0.052 km2 dan Bayur-Mawar seluas 0.058 km2. Strata hutan yang paling aktif digunakan untuk beraktivitas adalah strata C (4-20 m) terutama pergerakan dan B (20-30 m) lebih aktif digunakan untuk mencari makan pada pohon-pohon yang tinggi. Sedangkan untuk bersarang orangutan di Mentoko maupun Prefab cenderung menggunakan tajuk tengah dan paling atas. Terdapat dua komunitas habitat yang dimanfaatkan orangutan pada saat itu, yaitu komunitas pinggiran sungai yang menyediakan variasi pakan dan komunitas bukan pinggiran sungai yang menyediakan pakan tertentu yang tidak dijumpai di pinggiran sungai.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2209]