Identifikasi Dua Spesies Cabai Rawit dan Pewarisan Karakter Penting pada Cabai Rawit Spesies Capsicum annuum L.
Abstract
Cabai terdiri atas beberapa spesies, lima diantaranya telah dibudidayakan, yaitu C. annuum, C. chinense, C. frutescens, C. baccatum, dan C. pubescens. Klasifikasi spesies-spesies ini didasarkan pada: 1) karakter morfologi, terutama morfologi bunga, 2) persilangan dapat dilaksanakan antar spesies, dan 3) biji hibrida antar spesies fertil. Spesies C. baccatum dan C. pubescens mudah diidentifikasi dan dibedakan satu dengan yang lainnya, karena terdapat perbedaan yang jelas pada kedua spesies tersebut. Spesies C. annuum, C. chinense, dan C. frutescens mempunyai banyak sifat yang sama, sehingga sulit dibedakan secara morfologi. Penelitian mencakup tiga kegiatan yaitu (1) identifikasi spesies cabai rawit (C. annuum dan C. frutescens) berdasarkan daya silang dan karakter morfologi, (2) pendugaan parameter genetik menggunakan analisis dialel metode Hayman dan heterosis, (3) daya gabung menggunakan analisis dialel metode I Griffing dan keragaan F1 cabai rawit. Kegiatan satu bertujuan mendapatkan karakter pembeda dalam pengelompokkan cabai rawit. Plasma nutfah yang dikarakterisasi adalah 21 genotipe cabai rawit yang belum diketahui apakah spesies C. annuum atau C. frutescens, kecuali IPBC10 dan IPBC145 yang sudah teridentifikasi sebagai cabai rawit C. annuum dan IPBC295 sebagai C. frutescens. Hasil analisis terdapat dua spesies cabai rawit (12 genotipe mengelompok sebagai C. annuum dan sembilan genotipe sebagai C. frutescens). Kegiatan dua bertujuan mempelajari pewarisan karakter dan heterosis cabai rawit spesies C. annuum. Kegiatan tiga bertujuan mendapatkan informasi daya gabung dan keragaan hibrida yang lebih baik dari varietas hibrida komersil. Hasil percobaan dua dan tiga menunjukkan bahwa penampilan beberapa karakter dipengaruhi ragam aditif dan non aditif. Distribusi gen tidak menyebar merata pada tetua, kecuali pada karakter bobot per buah, panjang buah, diameter buah, tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun. Tingkat dominansi parsial mempengaruhi penampilan beberapa karakter. Kelompok gen pengendali pada setiap karakter yang diamati berada antara satu sampai empat kelompok gen. Nilai heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit pada setiap karakter yang diamati termasuk dalam kategori tinggi sampai rendah. Pengaruh DGU dan DGK nyata pada karakter yang diamati, kecuali karakter panjang buah dan diameter buah. Genotipe IPBC174 merupakan tetua dengan DGU terbaik pada beberapa karakter yang diamati dan direkomendasikan sebagai tetua untuk perakitan varietas galur murni. Hibrida yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah IPBC10 x IPBC174, IPBC174 x IPBC291, IPBC293 x IPBC174, IPBC174 x IPBC293, IPBC291 x IPBC293, IPBC160 x IPBC29, dan IPBC145 x IPBC174.
Collections
- MT - Agriculture [3683]