. Preferensi Konsumen Dan Analisis Rantai Nilai Produk Olahan Cabai Merah Kering (Studi Kasus: Wilayah Bogor)
View/ Open
Date
2014Author
Endiyani
Darmawati, Emmy
Purwanto., Y. Aris
Metadata
Show full item recordAbstract
Cabai merah meskipun bukan bahan pangan utama bagi masyarakat, namun komoditi ini tidak dapat ditinggalkan. Bagi ibu rumah tangga, warung makan, dan industri rumah tangga lainnya, ketersediaan cabai secara teratur setiap hari menjadi suatu keharusan. Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat reaksi sangat cepat dari masyarakat. Oleh sebab itu, penyediaan cabai merah setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik yaitu dengan membuat suatu diversifikasi produk, salah satunya dengan membuat produk olahan cabai merah kering. Cabai merah kering menjadi alternatif produk diversifikasi cabai merah yang sudah banyak beredar dipasaran, maka dari itu diperlukan identifikasi produk olahan cabai merah kering yang diminati oleh konsumen dan preferensi konsumen terhadap produk olahan cabai merah kering tersebut sebagai acuan dalam sistem pascapanen dan pengolahan cabai merah kering yang mendukung hasil produk sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen (preferensi konsumen). Pengolahan cabai merah kering merupakan rantai proses yang akan memberikan nilai tambah bagi pelaku yang ada di dalamnya, mulai dari petani sampai dengan industri dan konsumen. Aktor/pelaku tersebut kemudian terhubung dalam suatu rantai yang disebut dengan rantai nilai. Analisis rantai nilai terhadap produk olahan cabai merah kering ditujukan untuk mengkaji berbagai permasalahan permintaan pasar yang dihadapi oleh industri yaitu produk yang diinginkan oleh konsumen, ketersediaan produk di pasar, penanganan pascapanen dan pengolahan serta nilai tambah yang terbentuk. Penelitian ini bertujuan: (1) menentukan jenis produk olahan cabai merah kering berdasarkan preferensi konsumen, (2) mengidentifikasi dan menganalisis atribut preferensi konsumen terhadap produk olahan cabai merah kering terpilih, (3) menganalisis rantai nilai dan nilai tambah produk olahan cabai merah kering terpilih. Penelitian dilakukan di daerah Bogor dan sekitaranya. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan survei berdasarkan kuisioner. Penelitian dilakukan dengan cara Backward. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball secara purposive sampling. Aktor-aktor yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 73 orang yang terdiri dari 65 orang masyarakat sebagai konsumen akhir yang mengkonsumsi produk olahan cabai merah kering (35 orang responden pada preferensi awal dan 30 orang responden pada preferensi lanjutan), 2 bentuk usaha pengolahan cabai merah kering (skala industri dan skala usaha kecil menengah (UKM)), 3 orang pedagang pengecer (retailer) yang menjual produk cabai merah kering utuh, 3 orang pedagang pengumpul dan importir. Preferensi konsumen dianalisis dengan menggunakan analisis konjoin, analisis ini memiliki tahapan yang umum dilakukan yaitu: (1) pemilihan atribut dan taraf atribut, (2) perancangan stimuli, (3) penentuan jenis data, (4) metode analisis dan (5) interpretasi hasil. Pada usaha pengolahan dilakukan analisis dengan metode Hayami. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut berasal dari pemanfaatan faktor-faktor tenaga kerja, modal, sumber daya manusia dan manajemen. Untuk aktor-aktor yang terbentuk disetiap rantai nilai dalam pembentukan nilai tambah dianalisis dengan menggunakan analisis R/C Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan cabai merah bubuk merupakan produk olahan yang paling banyak digunakan oleh konsumen, yaitu konsumen pasar Anyar, pasar Bogor, pasar Caringin dan pasar Gunung Batu. Terdapat perbedaan nilai kepentingan atribut produk dari masing-masing responden. Ibu rumah tangga dan industri pengguna cabai bubuk, tingkat kepedasan merupakan atribut terpenting di dalam mengkonsumsi produk, yang membedakannya adalah pada level atributnya, yaitu ibu rumah tangga menyukai rasa yang sangat pedas (38.18 %), sedangkan pada industri pengguna cabai bubuk menyukai rasa yang pedas (53.59 %). Pada warung makan, aroma merupakan atribut terpenting di dalam mengkonsumsi produk yaitu pada aroma khas cabai (35.29 %). Analisis nilai tambah terhadap kedua usaha pengolahan cabai merah kering bubuk, diketahui bahwa industri memiliki keuntungan perusahaan atau nilai tambah bersih yang lebih besar dibandingkan dengan UKM yaitu masing-masing keuntungan perusahaan yang diperoleh sebesar 93.31 % dan 82.89 %. Rantai nilai yang terbentuk pada usaha skala industri adalah importir, usaha pengolahan dan konsumen dengan R/C Ratio hanya pada usaha pengolahan sebesar 8.66, sedangkan rantai nilai UKM adalah importir, pedagang pengumpul cabai merah kering utuh, pedagang pengecer cabai merah kering utuh, usaha pengolahan dan konsumen dengan R/C Ratio masing-masing aktor yang berkontribusi dalam memberikan nilai tambah sebesar 1.12, 1.34, dan 3.27. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan cabai merah kering bubuk baik skala industri maupun UKM memberikan prospek yang baik.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2209]