Diversity of Cellulolytic,Oleaginous and Cellulooleginous Yeasts from Indonesia Resources
View/ Open
Date
2014Author
Kanti, Atit
Sukarno, Nampiah
Darusman, Latifah K
Sukara, Endang
Boundy-Mills, Kyria
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian diversitas khamir yang diisolasi dari alam kebanyakan dilakukan di daerah sub tropika, hanya sedikit yang dilakukan di daerah tropika. Untuk mengungkapkan diversitas khamir di alam, perlu dilakukan isolasi khamir yang berasal dari Indonesia. Pengetahuan tentang diversitas khamir di Indonesia lebih banyak didapatkan dari makanan fermentasi tradisional. Krisis energi yang menimpa dunia pada abad ke 20, memacu penelitian pencarian sumber energi alternatif. Akhir-akhir ini biofuel diproduksi untuk menanggulangi krisis energi minyak bumi. Akan tetapi masih ada silang pendapat yang mempertanyakan biofuel sebagai energi alternatif karena sumber biofuel yang juga merupakan sumber pangan. Biofuel yang menggunakan mikroba diekplotasi dengan menggunakan single cell oils yang diproduksi oleh mikroba pengakumulasi minyak seperti khamir dapat dijadikan sebagai alternatif unutuk sumber energi baru yang mempunyai keunggulan diantaranya tidak memerlukan tempat yang besar untuk proses produksi, dan dapat diproduksi dalam waktu yang lebih singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan keragaman khamir yang berasal dari berbagai macam sumber sampel, penemuan jenis baru, mempelajari karakter fisiologi khamir untuk mendegradasi selulosa, dan kemampuan mengakumulasi minyak. Penelitian ini juga mempelajari proses akumulasi minyak yang dipengaruhi oleh berbagai macam sumber karbon. Khamir diisolasi dari sumber sampel yang dikoleksi di daerah Sulawesi Tenggara, Raja Ampat, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Jawa Barat. Sampel yang dikoleksi dari daerah Sulawesi Tenggara meliputi daun, seresah, tanah, insek, insek larva, kayu lapuk dan jamur. Tanah merupakan sampel yang diambil dari Raja Ampat. Nusa Tenggara Timur diwakili oleh sampel yang berasal dari tanah dan seresah. Sampel yang berasal dari Jawa Barat meliputi daun dan bunga. Material tanaman Piper betle danPiper nigrum merupakan sumber sampel yang dikoleksi dari daerah Bali dan Gunung Salak. Identifikasi khamir dilakukan dengan pengamatan karakter morfologi, fisiologi dan pendekatan molekular dengan pemetaan daerah D1/D2 (26S) rDNA. Khamir yang berpotensi sebagai jenis baru dikonfirmasi dengan identifikasi molekular pada daerah ITS1-5.8S rDNA ITS5. Empat ratus lima belas khamir diisolasi dari berbagai macam sumber sampel. Dari Sulawesi Tenggara berhasil diisolasi 38 isolat dari Mekongga, dan 260 dari Papalia. Dua puluh tiga isolat diisolasi dari Raja Ampat, 15 isolat dari Nusa Tenggara Timur, 47 isolat dari Bali, 24 isolat dari Gunung Salak dan 8 isolat dari Cibodas. Identifikasi dengan pendekatan molekular menunjukkan bahwa khamir yang berhasil diisolasi termasuk ke dalam 40 marga dalam kelompok Ascomycota, dan 22 marga termasuk dalam kelompok Basidiomycota. Keragaman marga yang paling tinggi sebanyak 32 marga ditemukan di Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 28 marga yang termasuk kelompok Ascomycota dan 4 marga termasuk ke dalam kelompok Basidiomycota. Sembilan marga ditemukan dari sampel yang berasal dari Raja Ampat yang terdiri atas 4 marga yang termasuk ke dalam kelompok Ascomycota 5 marga yang termasuk ke dalam kelompok Basidiomycota. Sampel dari material tanaman yang dikoleksi dari Bali menunjukkan bahwa hanya kelompok khamir yang termasuk ke dalam kelompok Basidiomycota yang berhasil diisolasi yang terdiri atas 4 marga. Tiga marga kelompok Ascomycota merupakan khamir yang berasal dari sampel yang dikoleksi dari Cibodas. Khamir paling banyak ditemukan pada 3 jenis sampel yaitu : daun, seresah, dan bagian usus insek. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis khamir yang tinggi. Analisis homologi daerah D1/D2 menunjukkan 204 isolat memiliki nilai substitusi > 1 % sehingga merupakan kandidat jenis baru. Sebagian besar kandidat jenis baru berasal dari insek. Keragaman jenis khamir yang cukup tinggi pada insek menunjukkan ada keterikatan antara khamir dan insek. Jenis-jenis baru yang diisolasi termasuk kedalam Ascomycota (clade Yamadazyma, Wickerhamomyces, Ogateae, Metschnikowia, Candida, Kodamaea) dan Basidiomycota (clade Bulleromyces). Dua jenis baru diverifikasi secara lengkap sebagai Yamadazyma sp. nov. yang termasuk dalam phylum Ascomycota , order Saccharomycetales, family Debaryomycetaceae, diisolasi dari insek, sedangkanCiteromyces sp. nov., termasuk dalam ordeSaccharomycetales, family Wickerhamomycetaceaediisolasi dari seresah. Sebanyak 157 isolat selulolitik yang termasuk anggota Ascomycota dan Basidiomycota diisolasi dari daun, seresah, insek usus, tanah, kayu lapuk, dan bagian dari tanaman (batang, daun, bunga dan buah dari Piper betle danPiper nigrum) mempunyai distribusi ekologi yang luas. Didapatkan lebih dari 10 isolat merupakan kandidat jenis baru yang mempunyai kemampuan selulolitik. Sporobolomyces poonsookiae Y08RA07, Rhodosporidium paludigenum Y08RA29 and Cryptococcus flavescens Y08RA33 adalah jenis khamir yang paling potential yang diisolasi dai Raja Ampat, Papua. Dua ratus dua strain khamir mempunyai kemampuan mengakumulasi lipid (oleaginous) yang diisolasi dari seresah, usus insek, kayu lapuk, dan sirih ( Piper betle L dan Piper nigrum L), yang dijumpai di Sulawesi Tenggara, Raja Ampat, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Jawa Barat. Khamir pengakumulasi lipid dicirikan oleh sel yang menggambang pada medium gliserol 10 %, dan memiliki gumpalan lipid di dalam sel. Candida adalah kelompok marga yang paling dominan. Anggota dari Candida mengakumulasi lipid sekitar 20-40 %. Marga lain yang mampu mengakumulasi lipid adalah Rhodosporidium, Sporidiobolus, Metschinkowia dan Cryptococcus. Penelitian ini menunjukkan khamir pengakumulasi lipid adalah polyphelitic. Ditemukan sebanyak 78 isolat khamir yang mampu menghidrolisa selulosa dan mengakumulasi lipid. Khamir disebut sebagai cellulo-oleaginous. Candida merupakan marga utama khamir cellulo-oleaginous yang dapat diisolasi dari berbagai sumber sampel seperti seresah, usus insek, kayu lapuk, dan sirih (Piper betle L dan Piper nigrum L). Marga lain yang juga termasuk khamir cellulo-oleaginous adalah Sporodiobolus, Aureobasidium, Rhodosporidium, Pseudozyma, Debaryomyces, Pichia, dan Cryptococcus. Beberapa sumber karbon seperti glukosa, gliserol, xilosa, dan CMC diuji untuk media tumbuh khamir Candida intermedia PLE6DP6, Candida orthosilopsis InaCC Y-302/Y09GS34, Candida oleophila InaCC Y- 306/Y09GS48), Crytococcus flavescent PL3DP6), (Cryptococcus humicola PLE3DP9), (Cryptococcus luteolus InaCC Y-265/ Y10BS72), Yamadazyma aff. mexicana PL1W2) menggunakan khamir Lipomyces starckeyii NBRC 10831 sebagai strain pembanding. Komposisi FAME yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis sumber karbon. Berdasarkan komposisi FAME diketahui Candida orthosilopsis InaCC Y-302/Y09GS34, Candida oleophila InaCC Y- 306/Y09GS48), Crytococcus flavescent PL3DP6) merupakan khamir cellulooleaginous yang potential untuk dikembangkan dalam penelitian biofuel dengan menggunakan bahan limbah pertanian.