Kajian Sistiserkosis/Taeniasis pada Babi hutan dan Babi Peliharaan serta Peternak di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung
View/ Open
Date
2014Author
Yulianto, Heri
Satrija, Fadjar
Lukman, Denny W
Sudarwanto, Mirnawati B
Metadata
Show full item recordAbstract
Sistiserkosis/taeniasis merupakan penyakit parasit zoonotik yang menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, pertanian, dan perekonomian akan tetapi kurang mendapat perhatian (neglected disease) di berbagai negara berkembang. Indonesia merupakan negara endemis sistiserkosis dari tiga spesies taenia yakni Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica. Sistiserkosis pada babi biasanya tidak menunjukkan gejala klinis dan gangguan kesehatan, sedangkan infeksi Cystisercus cellulosae pada manusia akan menimbulkan gangguan kesehatan yang fatal. Hal ini disebabkan karena selain menginfiltrasi otot dan jaringan penunjang, Cysticercus cellulosae juga dapat berada di organ tubuh penting seperti otak, mata, jantung, dan hati. Lampung merupakan salah satu provinsi yang pernah dilaporkan terjadi kasus sistiserkosis dan taeniasis. Masyarakat non-muslim di Propinsi Lampung terutama di Kabupaten Way Kanan mengonsumsi daging babi yang berasal dari peternakan babi maupun hasil perburuan babi hutan yang banyak mereka lakukan. Tingginya konsumsi daging babi memungkinkan penyakit ini terus terjadi. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji kejadian sistiserkosis pada babi hutan dan babi peliharaan, serta taeniasis pada peternak di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung yang mengonsumsi daging babi. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh informasi dan pola kejadian sistiserkosis/taeniasis pada manusia, babi peliharaan dan babi hutan di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pengawasan terhadap lalulintas babi dan produknya terutama di Badan Karantina Pertanian. Penelitian ini menggunakan desain studi lintas seksional (cross sectional). Penelitian ini dilakukan melalui 5 tahapan. Tahap pertama, permohonan ethical approval dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dilakukan sebelum penelitian dimulai. Tahap kedua, pengambilan serum darah babi peliharaan dan babi hutan, pengambilan sampel feses manusia, pengambilan titik koordinat dan wawancara menggunakan kuesioner. Tahap ketiga pengujian laboratorium terhadap serum darah dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi antigen dan pemeriksaan feses dengan metode Kato-katz. Tahap keempat pemeriksaan postmortem terhadap babi yang seropositif dan tahap kelima merupakan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan seroprevalensi sistiserkosis pada babi peliharaan adalah sebesar 1.78% dan babi hutan sebesar 1% serta taeniasis pada peternak sebesar 1.67%. Identifikasi sistiserkus yang ditemukan pada pemeriksaan postmortem babi peliharaan menunjukkan Cysticercus cellulosae. Umur babi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian sistiserkosis pada babi peliharaan. Transmisi sistiserkosis/taeniasis berasal dari lingkungan yang terkontaminasi dan karena adanya perpindahan penduduk dari Pulau Bali. Cara beternak dan pola hidup masyarakat Kabupaten Way Kanan sudah cukup baik untuk mengurangi kejadian penyakit parasit ini.
Collections
- DT - Veterinary Science [285]