Pengembangan Kemandirian Pelaku Usaha Mikro dan Kecil dalam Implementasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Kabupaten Bogor Jawa Barat
View/ Open
Date
2014Author
Faizal M
Sumardjo
Saleh, Amiruddin
Muljono, Pudji
Metadata
Show full item recordAbstract
Usaha mikro dan kecil (UMK) merupakan pilar pembangunan yang berperanan penting untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, menyediakan kebutuhan masyarakat luas, menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan baik di tingkat nasional maupun di Kabupaten Bogor. Walaupun demikian, golongan UMK masih menghadapi permasalahan mendasar, yakni rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku UMK yang berimplikasi kepada rendahnya keberdayaan dan kemandirian mereka dalam mengelola usaha. Di samping itu, golongan usaha ini juga dihadapkan kepada perubahan lingkungan strategis, yakni berlakunya sistem ekonomi terbuka melalui Perdagangan Bebas Asean (AFTA), perdagangan bebas Asean dan China (ACFTA) dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang menciptakan peluang usaha yang semakin besar sekaligus iklim usaha yang semakin kompetitif. Kedua kondisi tersebut merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dengan mengembangkan sumber daya manusia pelaku UMK melalui proses pemberdayaan agar menjadi pelaku usaha yang berdaya dan mandiri. Pemberdayaan UMK tidak hanya merupakan tanggungjawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan (TSP). Kabupaten Bogor masih dihadapkan kepada permasalahan kemiskinan dan pengangguran, yang semestinya dapat diatasi dengan meningkatkan peran UMK sebagai pilar pembangunan daerah yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan. Di daerah ini terdapat dua perusahaan yang telah mengimplementasikan TSP, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Perusahaan Swasta Transnasional. Kedua perusahaan tersebut memiliki pelaku UMK mitra binaan dalam jumlah yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis profil TSP, lingkungan pendukung UMK, dan karakteristik pelaku UMK; (2) menganalisis pemberdayaan pelaku UMK dalam implementasi TSP di Kabupaten Bogor; (3) merumuskan strategi pengembangan kemandirian pelaku UMK dalam implementasi TSP di Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan di 11 desa binaan BUMN di Kecamatan Nanggung dan di 12 desa binaan Perusahaan Swasta Transnasional di tiga kecamatan (Citeureup, Gunung Putri dan Klapanunggal) dalam wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, yang berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Desember 2013. Populasi penelitian ini adalah pelaku UMK mitra binaan TSP kedua perusahaan, yang berjumlah 450 orang dengan jenis usaha: perdagangan, pertanian; usaha industri rumah tangga, dan jasa. Penentuan jumlah sampel sebanyak 212 orang pelaku UMK menggunakan formulasi Slovind engan derajat kesalahan 5%. Pengambilan sampel dilakukan secara acak klaster (cluster random sampling), dengan klaster jenis perusahaan BUMN dan Perusahaan Swasta Transnasional. Analisis profil tanggungjawab sosial perusahaan, lingkungan pendukung UMK, dan karakteristik pelaku UMK mitra binaan dari v viii kedua perusahaan dilakukan secara deskriptif didukung oleh statistik non parametrik untuk melakukan uji beda. Korelasi rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar peubah, sedangkan analisis model persamaan struktural (structural equation models) dengan bantuan program Lisrel 8.30 digunakan untuk menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kemandirian pelaku UMK serta melihat kecocokan model empirik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi TSP pada BUMN dan Perusahaan Swasta Transnasional belum memberdayakan pelaku UMK. Profil lingkungan pendukung UMK termasuk kategori rendah, yang direfleksikan oleh ketersediaan sumber daya informasi, sumber daya modal, jaringan transportasi, jaringan pemasaran, dukungan kebijakan pemerintah dalam kategori rendah. Sebagian besar pelaku UMK berumur produktif dan memiliki motivasi berusaha yang tinggi. Kondisi yang demikian perlu menjadi pertimbangan dalam mengembangkan keberdayaan menuju kemandirian pelaku UMK. Intensitas pemberdayaan pelaku UMK dalam implementasi TSP yang direfleksikan oleh kegiatan edukasi, fasilitasi dan representasi berada dalam kategori rendah. Tingkat keberdayaan pelaku UMK mitra binaan BUMN dan Perusahaan Swasta Transnasional termasuk dalam kategori rendah, yang terefleksikan oleh kemampuan proaktif, kepemimpinan personal dan kemampuan manajemen usaha dalam kategori rendah. Analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa karakteristik indvidu pelaku UMK, intensitas pemberdayaan pelaku UMK, dan kualitas lingkungan pendukung UMK berhubungan nyata dengan tingkat keberdayaan pelaku UMK. Dengan demikian, dalam peningkatan keberdayaan perlu diperhatikan intensitas pemberdayaan dan kualitas lingkungan UMK; dan upaya memberikan peluang yang lebih besar kepada pelaku UMK yang berumur produktif dan bermotivasi tinggi dalam pemberdayaan. Kemandirian pelaku UMK mitra binaan BUMN dan Perusahaan Swasta Transnasional termasuk dalam kategori rendah, direfleksikan oleh kemampuan bermitra, kemampuan berkomunikasi empatik, kemampuan bersinergi, antisipatif, kemodernan, dan daya saing dalam kategori rendah. Analisis SEM menunjukkan bahwa keberdayaan pelaku UMK, kualitas lingkungan pendukung UMK, intensitas pemberdayaan pelaku UMK berpengaruh positif dan nyata terhadap tingkat kemandirian pelaku UMK. Oleh sebab itu, strategi untuk mengembangkan kemandirian pelaku UMK dalam implementasi TSP dilakukan dengan meningkatkan keberdayaan pelaku UMK, meliputi: kemampuan proaktif, kepemimpinan personal dan kemampuan manajemen usaha; meningkatkan kualitas lingkungan pendukung UMK, mencakup: ketersediaan jaringan pemasaran, sumber daya modal, dan jaringan transportasi yang terjangkau oleh pelaku UMK; dan meningkatkan intensitas pemberdayaan pelaku UMK baik berupa kegiatan edukasi, fasilitasi maupun representasi.
Collections
- DT - Human Ecology [537]