Penentuan Kebutuhan Pupuk Fosfor dan Kalium Berdasarkan Uji Tanah untuk Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.) di Lahan Inceptisol Papua Barat
View/ Open
Date
2014Author
Amisnaipa
Susila, Anas Dinurohman
Susanto, Slamet
Nursyamsi, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Areal pertanaman cabai masih berpotensi besar untuk diperluas, karena luas lahan kering di Indonesia mencapai 148 juta ha. Seluas 9.665.669 ha terdapat di Papua dan merupakan lahan kering masam yang didominasi ordo Inceptisol. Pemanfaatan tanah Inceptisol sebagai lahan pertanian memerlukan masukan teknologi budidaya berupa pemupukan, karena tingkat kesuburan alaminya relatif rendah dengan faktor pembatas rendahnya ketersediaan P dan K. Kondisi demikian, menyebabkan pengelolaan kesuburan tanah melalui pemupukan P dan K menjadi faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi cabai di tanah Inceptisol. Penentuan kebutuhan pupuk perlu dilakukan berdasarkan uji hara tanah. Uji tanah akan menjadi sarana manajemen pemupukan agar pemberian pupuk dapat dilakukan dengan tepat. Penelitian ini menjadi penting karena sampai saat ini belum ada rekomendasi pemupukan P dan K berdasarkan uji tanah untuk tanaman cabai khususnya untuk Papua Barat. Penelitian bertujuan untuk : 1. mendapatkan metode pengekstrak terbaik untuk hara P dan K tanah; 2. menetapkan kelas ketersediaan hara P dan K tanah ; serta 3. menetapkan dosis maksimum pupuk P dan K untuk tanaman cabai pada tanah Inceptisol. Penelitian menggunakan pendekatan lokasi tunggal (single location) pada lahan milik petani dengan luas lahan 1800 m2 yang telah diberakan selama ± 4 tahun. Penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu: 1. Pembuatan status hara tanah; 2. Korelasi hara tanah; 3. Kalibrasi hara tanah ; dan 4. Rekomendasi pemupukan. Masing-masing tahapan dilakukan untuk hara P dan K secara terpisah, dan dilaksanakan dari bulan Agustus 2012 sampai Agustus 2013. Penelitian tahap 1, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan pembuatan status hara P tanah dilakukan melalui pemberian larutan asam fosfat (H3PO4) dengan lima takaran P, yaitu: 0 X, ¼ X, ½ X, ¾ X, dan X. Takaran X adalah jumlah P sebanyak 800 kg P ha-1 yang diberikan untuk mencapai konsentrasi P tertinggi dalam larutan tanah (0.2 μg P L-1), atau setara dengan 1 739.96 L H3PO4 ha-1. Sementara pembuatan status hara K tanah dilakukan dengan pemberian pupuk KCl, yaitu : 0 X, ¼ X, ½ X, ¾ X, dan X. Dosis X adalah jumlah K sebanyak 367.54 kg K ha-1 yang diberikan untuk mencapai kadar K tertinggi dalam larutan tanah yaitu 0.6 me K 100 g-1. Tanah yang telah diberi perlakuan diinkubasi selama 4 bulan, kemudian dianalisis kandungan P dan K menggunakan delapan metode pengekstrak, yaitu : HCl 25% (HCl 25%), Olsen (0.5M NaHCO3 pH 8.5), Bray I (0.03M NH4F + 0.025M HCl), Morgan Wolf (1M NaC2H2H3O2.3H2O; pH 4.8), Mechlich (8.0 ml HCl pa + 1.4ml H2SO4 pa), NH4OAc (pH 7.0), Morgan Vanema (NH4OAc 1M; pH 4.8), dan EDTA (0.5M NH4OAc + 0.5M HOAc + 0.02M EDTA). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nilai P terekstrak meningkat sejalan dengan penambahan larutan H3PO4 kedalam tanah. Demikian pula untuk nilai K terekstrak menunjukkan peningkatan dengan penambahan pupuk KCl ke dalam tanah. Tanah yang telah diinkubasi pada tahap 1, diambil setiap petaknya untuk dikeringanginkan dan selanjutnya digunakan untuk penelitian tahap 2, yaitu korelasi uji tanah terhadap respon pertumbuhan dan hasil cabai yang dilakukan di dalam greenhouse. Tanah ditimbang seberat 10 kg dan dimasukan ke dalam polibag, kemudian ditanami 1 bibit cabai per polibag. Penelitian tahap 2 bertujuan untuk menentukan metode ekstraksi hara tanah yang terbaik bagi tanaman cabai di Inceptisol. Nilai hara terekstrak dari delapan metode pengekstrak di atas dikorelasikan dengan bobot biomas tanaman cabai. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa metode ekstraksi P tanah Inceptisol yang terbaik untuk cabai adalah : Bray I dengan nilai koefisien korelasi : 0.631. Sedangkan metode terbaik untuk ekstraksi K tanah adalah Morgan Vanema dengan nilai koefisien korelasi 0.865. Percobaan tahap 3, yaitu kalibrasi uji hara tanah dilakukan melalui percobaan lapangan tentang respon tanaman terhadap pemupukan pada berbagai status hara tanah mulai dari terendah sampai tertinggi. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (Split-plot design) dengan tiga ulangan. Petak utama pada perlakuan kalibrasi uji P tanah adalah status hara P tanah (hasil inkubasi P tanah pada penelitian tahap 1), sedangkan pada anak petak adalah dosis pemupukan P, yaitu: 0, 40, 80, 160 dan 320 kg P2O5 ha-1. Kalibrasi uji K tanah pada petak utama adalah perlakuan status hara K tanah (hasil inkubasi K tanah pada penelitian tahap 1), sedangkan pada anak petak adalah dosis pemupukan K, yaitu: 0, 40, 80, 160 dan 320 kg K2O ha-1. Penentuan kelas ketersediaan hara tanah didasarkan pada persamaan regresi dari kurva kalibrasi yang menghubungkan antara nilai hara terekstrak (X) dengan hasil relatif (Y). Kelas ketersediaan hara P tanah berdasarkan pengekstrak terbaik Bray I untuk klasifikasi sangat rendah, rendah, sedang, serta tinggi dan sangat tinggi adalah: < 41; 41 - < 102; 102 - < 230; dan ≥ 230 ppm P. Kelas ketersediaan hara K tanah berdasarkan pengekstrak terbaik Morgan Vanema dengan klasifikasi sangat rendah, rendah, sedang, serta tinggi dan sangat tinggi, adalah: < 114; 114 - < 228; 228 - < 460; dan ≥ 460 ppm K. Percobaan tahap 4, yaitu rekomendasi pemupukan. Dosis pupuk yang direkomendasikan adalah dosis pupuk maksimum yang dibutuhkan untuk mencapai hasil relative 100%. Perhitungan kebutuhan pupuk menggunakan analisis regresi dari kurva respon hasil untuk setiap kelas ketersediaan hara tanah. Dosis maksimum pupuk P untuk kelas ketersediaan hara P sangat rendah, rendah dan sedang masing-masing adalah : 182, 150 dan 125 kg P2O5 ha-1. Sedangkan dosis maksimum pupuk K adalah : 165, 148, dan 127 kg K2O ha-1, masing-masing untuk kelas ketersediaan hara K sangat rendah, rendah dan sedang. Kelas ketersediaan hara tinggi dan sangat tinggi tidak perlu pemberian pupuk P maupun K.
Collections
- DT - Agriculture [751]