Analisis Bioekonomi Perikanan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Terhadap Kesejahteraan Nelayan Di Kelurahan Bolok, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
View/ Open
Date
2013Author
Rihi, Ferry Albert Gideon
Fauzi, Akhmad
Nababan, Benny Osta
Metadata
Show full item recordAbstract
Wilayah kedaulatan Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya perikanan yang sangat besar. Tuna merupakan salah satu ikan pelagis besar dan termasuk komoditas yang memiliki keuntungan ekonomi yang besar. Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang memiliki sumber daya perikanan yang sangat potensial. Hampir sebagian ekstraksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna, cakalang, dan udang dilakukan di wilayah Indonesia Timur. Perikanan tangkap bersifat akses terbuka. Eksploitasi sumber daya tuna madidihang di perairan NTT didominasi oleh kapal-kapal milik perusahaan, nelayan lokal maupun nelayan asing yang berasal dari provinsi lain. Kondisi ini menimbulkan adanya indikasi kelebihan tangkap secara ekonomi atau “economic overfishing” maupun “biological overfishing”. Minimnya pengetahuan nelayan akan ukuran ikan tuna layak tangkap, musim pemijahan, dan karakteristik biologis serta faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kelebihan tangkap atau “economic overfishing” dan “biological overfishing”. Analisis bioekonomi tuna madidihang dilakukan dengan pendekatan secara biologi dan ekonomi. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat optimal pengusahaan madidihang secara berkelanjutan.Pada analisis ini, pengelolaan madidihang dapat dilakukan pada tiga kondisi, yaitu Maximum Sustainable Yield (MSY), Maximum Economic Yield (MEY), dan Open Access (OA). Analisis bioekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pendekatan ini menggunakan formula perhitungan pengelolaan tuna madidihang dengan pendekatan model Clarke, Yoshimoto dan Pooley (CYP). Analisis bioekonomi menunjukkan bahwa telah terjadi economic overfishing dan biological overfishing dalam kegiatan penangkapan tuna madidihang di perairan NTT. Produksi aktual tuna madidihang sebesar 997,41 ton telah melebihi batas produksi tuna madidihang pada rezim MEY, MSY, dan OA. Jumlah rata-rata effort aktual sebesar 4532 unit standar alat tangkap jauh melebihi kapasitas pada rezim MEY< MSY < dan OA. Nilai biomassa (x) pada kondisi MEY adalahsebesar 2.253,3896 ton yang merupakan nilai biomassa tertinggi. Jumlah tangkapan atau harvest tertinggi berada pada kondisi MSY yaitu sebesar 989,0713 ton/tahun, dan jumlah effort tertinggi berada pada kondisi OA yaitu sebesar 1494,48 unit/tahun. Tingkat rente ekonomi nelayan tuna madidihang berdasarkan rezim pengelolaan MEY adalah sebesar Rp. 18.377.607,2488 yang merupakan tingkat rente optimal. Analisis ekonometrika dilakukan terhadap 30 nelayan responden yang mewakili 30 kapal penangkap tuna. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya operasional adalah faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan tuna madidihang di perairan NTT. Rata-rata surplus per trip yang diperoleh nelayan adalah sebesar Rp. 11.165.134. iv Berdasarkan hasil penelitian, perlu dibuat kebijakan pengelolaan perikanan tuna madidihang yang mengatur batas minimal ukuran tuna madidihang yang harus ditangkap dan batas penggunaan alat tangkap dalam rangka mengurangi indikasi adanya overfishing secara biologi dan ekonomi. Kebijakan ini harus didukung oleh aturan atau regulasi yang jelas serta pengawasan dari semua pihak yang terkait.