Analisis Kelayakan Bisnis Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Kota Bogor
Abstract
Sistem Pengelolaan sampah Kota Bogor yang masih bertumpu pada sistem kumpul, angkut, dan buang (end of pipe solution) dengan metode TPA open dumping (pembuangan terbuka) dinilai sudah tidak tepat karena menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya penyempitan lahan TPA seiring dengan meningkatnya volume timbulan sampah di Kota Bogor, dan dampak kerusakan lingkungan disekitar TPA akibat pencemaran sampah yang tak terkendali. Hal tersebut mendorong Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan upaya penanganan permasalahan sampah perkotaan dengan lebih tepat. Salah satu alternatif penanganan sampah adalah melalui pendirian instalasi pengolahan sampah terpadu (IPST) dengan penerapan teknologi pengolahan sampah berbasis komunitas. Di samping itu, pengelolaan sampah pada IPST memiliki potensi bisnis jika dikelola secara tepat. Diketahui 1 unit IPST mampu mengolah 4,5 ton sampah perhari menjadi pupuk organik dan plastik bekas yang bernilai ekonomis. Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menargetan pembangunan 40 unit IPST yang tersebar di 40 kelurahan yang ada di Kota Bogor. Kebutuhan biaya investasi yang cukup tinggi dalam pembangunan infrastruktur IPST di 40 kelurahan Kota Bogor yang diperkirakan senilai 24 Miliar Rupiah, dikhawatirkan menjadi beban tambahan bagi pemerintah kota yang juga sedang berfokus terhadap pembangunan kota. Selain itu, untuk menjamin kelancaran dan keefektifan proyek, diharapkan pengelolaan IPST dilakukan oleh pihak yang telah berkompeten dan berpengalaman dalam bidang pengolahan sampah dengan metode IPST. Kondisi terebut menjadi dasar ]pertimbangan pemerintah dalam pengelolaan IPST melalui kerjasama dengan badan usaha swasta. Pilihan bentuk kerjasama yang disarankan dalam penelitian ini adalah kontrak konsesi (kontrak lepas) dengan pilihan mekanisme pembayaran tipping fee atau retribusi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis secara komprehensif terhadap kelayakan bisnis pengolahan sampah melalui pendirian IPST di Kota Bogor pada dua model kerjasama tersebut dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang akan mempengaruhi kondisi kelayakan pengusahaan pengelolaan sampah dengan metode IPST. Analisis kelayakan bisnis dibatasi hanya untuk 10 IPST di beberapa kelurahan terpilih di Kota Bogor sesuai dengan target pemerintah untuk pendirian IPST satu tahun pertama. Pengelolaan sampah termasuk ke dalam kajian agribisnis karena sebanyak 73 persen sampah Kota Bogor merupakan sampah organik yang berasal dari limbah pertanian dan sebagian besar sampah anorganik terdiri dari kemasan makanan. Hal tersebut menunjukkan secara tidak langsung sektor pertanian dan agribisnis memiliki kontribusi terhadap permasalahan sampah Kota Bogor. Selain itu, output IPST berupa pupuk organik adalah produk pada susbsitem off-farm hulu (penyediaan input) dari sistem agribisnis. Penelitian ini dilakukan pada demplot IPST Kota Bogor yang terletak di Kantor DKP, dan IPST Mitran yang terletak di Kelurahan Jatiwarna, Kota Bekasi sebagai referensi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Bogor sebagai penanggung jawab proyek IPST, pengelola IPST Mitran, dan masyarakat di sekitar IPST Mitran. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum, dan studi literatur lainnya. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi, dan lingkungan yang kemudian disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif, sedangkan analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk mengalisis kelayakan finansial usaha pengolahan sampah berdasarkan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period, serta switching value analysis. Data kuantitatif ini diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk data tabulasi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa proyek Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) ditinjau dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi, dan lingkungan secara konseptual, layak untuk dilaksanakan di Kota Bogor. Analisis aspek finansial dilakukan dalam 4 (empat) skenario yang dibedakan berdasarkan sumber pemasukan IPST diluar penjualan output yang terdiri dari pendapatan tipping fee dan retribusi, serta skenario modal investasi yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman bank. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa keempat skenario memenuhi kriteria kelayakan. Namun demikian, Skenario IV yakni berdasarkan sumber pemasukan dari retribusi dan modal pinjaman, dinilai memiliki kriteria kelayakan paling optimis dibanding tiga skenario lainnya karena Skenario IV memiliki kriteria investasi proyek yaitu NPV, IRR, dan Net B/C, lebih tinggi dibandingkan skenario lainnya. Berdasarkan perhitungan arus kas (cashflow), Skenario IV menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp 11.928.697.747, dengan B/C ratio sebesar 3,01. IRR proyek adalah sebesar 22 persen, lebih tinggi dari yang digunakan sebagai discount rate proyek ini yaitu 10,5 persen. Selain itu, angka payback period pada IPST dengan skenario IV adalah 6 tahun 10 bulan, lebih singkat dari umur proyek yaitu 20 tahun. Komponen yang paling berpengaruh pada proyek IPST adalah harga solar, pendapatan retribusi/tipping fee, dan penjualan biomasa. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha, pengelolaan IPST Kota Bogor berpotensi untuk dilakukan kerjasama badan usaha swasta (swastanisasi) karena dinilai dapat menghasilkan keuntungan. Namun demikian, nilai keuntungan yang ditawarkan oleh proyek ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan bisnis lain. Tingkat pengembalian internal (IRR) proyek IPST yang direncanakan hanya sebesar 22 persen dari nilai investasi sebesar 6 miliyar rupiah selama 20 tahun. Oleh karena itu, proyek ini lebih tepat jika bekerjasama dengan badan usaha swasta yang memiliki unit dan atau program penanganan lingkungan.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]