Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Produksi pada PDAM Kabupaten Sukabumi
Abstract
Menurut perkiraan UNESCO volume total air yang dapat diakses secara global adalah kurang dari 0,3 persen. Kurangnya akses tersebut disebabkan oleh berkurangnya air baik secara kuantitas maupun kualitas. Mengatasi masalah krisis air tersebut, maka pemerintah melakukan kebijakan yang sesuai dengan UUD pasal 33 tahun 1945 yaitu menguasai segala pengelolaan air yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga dalam mengimplementasikan kebijakannya pemerintah membentuk PAM. Sementara itu, perusahaan air minum yang berada di daerah dinamakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jumlah penduduk yang terus meningkat dan ketersediaan air yang terus menipis terutama di daerah pantai selatan Sukabumi, juga menjadi salah satu penyebab tingginya konsumsi air. Sejak berdirinya hingga sekarang yaitu selama 32 tahun, PDAM Kabupaten Sukabumi belum dapat memenuhi kebutuhan air secara keseluruhan. Cakupan pelayanan yang masih rendah 16, 99 persen pada tahun 2007 dan tingkat kebocoran yang tinggi menyebabkan PDAM Kabupaten Sukabumi masih memiliki kendala teknis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengidentifikasi struktur produksi PDAM Kabupaten Sukabumi periode 2000-2009 dan (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi pada PDAM Kabupaten Sukabumi. Pada penelitian ini, metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menduga parameter dari peubah-peubah biaya produksi (meliputi biaya ekspansi dan biaya variabel), jumlah air bersih yang diproduksi, tingkat kebocoran. Dalam hal ini model disajikan dalam bentuk persamaan regresi berganda. Uji yang dilakukan meliputi uji F, Uji t, Uji R2, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari mulai tahun 2000-2009. Hasil analisis model biaya produksi PDAM Kabupaten Sukabumi dari tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa variabel yang nyata mempengaruhi biaya total pengelolaan adalah Biaya ekspansi. Biaya variabel berhubungan positif terhadap biaya total, sedangkan tingkat kebocoran berhubungan negatif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan yang dilakukan tidak memberi peningkatan efisiensi terhadap pengelolaan PDAM Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan adalah: (1) PDAM Kabupaten Sukabumi diharapkan terus meningkatkan efisiensi biaya pengelolaaan khususnya mengefisienkan biaya ekspansi dan mengurangi tingkat kebocoran sehingga keuntungan yang didapat bisa meningkatkan kinerja dari sisi keuangan, (2) PDAM Kabupaten Sukabumi sebagaimana PDAM yang lainnya sebaiknya lebih efektif mengandalkan peran ekonomi dan sosial BUMD daripada hanya mengandalkan dana APBD yang terbatas dengan birokrasi yang rumit. Sebagaimana perusahaan lainnya, untuk menambah modal dan mencari keuntungan agar dapat membiayai produksi, perusahaan sebaiknya mencari sumber pembiayaan untuk investasi. Pembiayaan investasi bisa berupa pinjaman bank atau memasuki pasar modal dengan IPO (menjual saham). Pembiayaan dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja PDAM khususnya biaya-biaya yang berkaitan dengan produksi sehingga daya saing PDAM Kabupaten Sukabumi dapat ditingkatkan.