Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di Indonesia
Abstract
Gross Domestic Product (GDP) per Capita acts as a benchmark for the level of economic well being of the population of a country. Higher Gross Domestic Product per Capita indicates better welfare of a country. However, this statement seems like cannot be well adapted in Indonesia. It can be proved by the large number of disadvantaged districts. Great number of disadvantaged districts in Indonesia is an evidence of unequal Regional Gross Domestic Product (RGDP) for each district that is promoted by unbalanced infrastructure availability. This research was conducted using Data Panel Method for 159 districts in Indonesia for the periode of 2009 until 2011, consisting 119 non-disadvantaged districts and 40 disadvantaged districts. The independent variables used in this research are the number of schools (LNSCHOOL), household access to electricity (LISTRIK), household access to clean water (AIR), the ratio of hospital beds to size (LNRS), and length of roads under good and moderate condition. While the dependent variable is Regional Gross Domestic Bruto per Capita (LNPDRBK). Result of this research shows that access for school, hospital, and road have higher influence for disadvantaged areas, while access for electricity influences significantly to nondisadvantaged areas. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita merupakan salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Semakin besar PDB per kapita maka akan semakin makmur negara tersebut. Nampaknya pernyataan ini belum berlaku di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya jumlah daerah tertinggal di Indonesia. Masih banyaknya daerah tertinggal merupakan bukti masih terjadinya ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten yang salah satunya disebabkan oleh perbedaan ketersediaan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan metode Data Panel pada 159 kabupaten di Indonesia tahun 2009-2011 dengan rincian 119 kabupaten non-tertinggal dan 40 kabupaten tertinggal. Variabel bebas yang digunakan yaitu jumlah sekolah (LNSCHOOL), akses rumah tangga terhadap listrik (LISTRIK), akses rumah tangga terhadap air bersih (AIR), rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi (LNRS), dan panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang (LNJLN). Sementara variabel terikat yang digunakan yaitu PDRB per kapita (LNPDRBK). Hasil penelitian ini menunjukkan ketersediaan sekolah, rumah sakit, dan jalan lebih besar pengaruhnya di kabupaten tertinggal, sementara ketersediaan listrik lebih besar pengaruhnya di kabupaten non -tertinggal.