Analisis Efisiensi Pemasaran Nenas Studi Kasus di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor
Abstract
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki kontribusi penting dalam pertanian di Indonesia. Buah-buahan termasuk dalam kelompok hortikultura selain sayur-sayuran, florikultura dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Nenas merupakan komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi dalam perkembangan produksi buah-buahan di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Departemen Pertanian dalam Program Pengembangan Sentra Produksi Hortikultura di Jawa Barat telah menetapkan beberapa daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan, salah satu dari daerah tersebut adalah Bogor. Kecamatan Cijeruk khususnya Desa Cipelang merupakan daerah penghasil utama buah nenas di Kabupaten Bogor, dengan jumlah produksi pada tahun 2010 sebesar 4.014 kw. Petani di Desa Cipelang masih mengalami beberapa kendala pemasaran dalam menjual produksi nenas yaitu: (1) kurangnya informasi yang dimiliki petani mengenai perkembangan harga nenas di pasar, menyebabkan harga yang diterima petani lebih rendah dibandingkan harga akhir di konsumen sehingga keuntungan yang diterima rendah, (2) masih adanya sistem ijon dikarenakan hutang-piutang, (3) petani tidak memiliki alternatif pemasaran nenas sehingga memposisikan petani sebagai penerima harga (price taker), hal ini membuat peran pedagang lebih tinggi dalam menentukan harga dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, serta (5) belum optimalnya peran kelompok tani. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan alternatif saluran pemasaran yang efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi dan menganalisis sistem pemasaran nenas di Desa Cipelang melalui saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan periaku pasar, (2) Menganalisis saluran pemasaran yang paling efisien bagi petani nenas di Desa Cipelang. Penelitian ini dilakukan di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Cipelang merupakan sentra produksi nenas di Kecamatan Cijeruk. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2012 dengan jumlah petani responden sebanyak 30 orang. Alat analisis yang digunakan adalah saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar, margin pemasaran, farmers share dan rasio keuntungan atas biaya. Pemasaran nenas di Desa Cipelang melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang besar, pengecer, tengkulak dan pedagang pengolah. Pola saluran pemasaran yang terbentuk adalah Pola saluran I: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengecer – Konsumen; Pola saluran II: Petani – Pedagang Besar – Konsumen; Pola saluran III: Petani –Tengkulak – Konsumen; Pola saluran IV Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Olahan – Konsumen; Pola saluran V Petani – Konsumen. Hasil rata-rata produksi nenas 30 petani responden setiap kali panen iii 350 buah per petani dengan masa panen 2 kali dalam seminggu. Harga rata-rata yang diterima oleh petani adalah Rp 2.500 – Rp 3.000 per buah. Nilai marjin pemasaran nenas tertinggi terdapat pada saluran I (petani – PPD – pedagang pengecer – konsumen) dan saluran III (petani – pengecer - konsumen) yaitu sebesar Rp 3.000 dan marjin terendah terdapat pada saluran V yaitu sebesar Rp 0. Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran V (petani – konsumen) yaitu sebesar 100 % dan farmer’s share terendah terdapat pada saluran pemasaran III (petani – tengkulak – konsumen) yaitu sebesar 40 %. Nilai rasio keuntungan atas biaya tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I (petani – PPD – pengecer – konsumen) yaitu sebesar 44,5 satuan dan nilai terendah terdapat pada saluran pemasaran V (petani - konsumen) yaitu sebesar 1,5 satuan. Fungsi-fungsi pemasaran yang dijalankan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian semua lembaga pemasaran menjalankan fungsi-fungsi pemasaran walaupun masih dengan cara sederhana, seperti PPD yang melakukan fungsi fasilitas yaitu mensortasi nenas berdasarkan ukuran agar mempermudah proses penjualan. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah persaingan murni, PPD mengarah pada struktur pasar oligopoli, pedagang besar mengarah pada struktur pasar oligopoli terdiferensiasi, sedangkan struktur pasar pengecer dan tengkulak adalah pasar persaingan atau kompetitif market. Perilaku pasar yang ada telah memberikan kepuasan bagi masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila sistem pemasaran yang dijalankan memberikan kepuasan kepada pelaku-pelaku pemasaran yang terlibat di dalamnya seperti petani, lembaga pemasaran dan konsumen akhir. Selain itu pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar yang terbentuk dan perilaku pasar juga mencerminkan efisiensi pemasaran. Secara keseluruhan, pola saluran pemasaran V (petani – konsumen) adalah pola saluran pemasaran yang paling efisien yaitu dengan nilai marjin Rp 0, farmer’s share 100 % dan nilai rasio keuntungan atas biaya yaitu sebesar 1,5 satuan. Pada saluran pemasaran V (petani – konsumen langsung) terdapat fungsi pemasaran dan biaya tambahan yang dilakukan oleh petani yaitu dengan memberikan kemasan tambahan berupa keranjang bambu. Nenas akan dimasukkan ke dalam keranjang apabila akan dibeli sehingga memberikan kepuasan bagi konsumen. Saat ini, pola saluran V (petani – konsumen) tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh seluruh petani di Kelompok Tani Mekar Sejahtera meskipun memiliki marjin terendah dan farmer’s share tertinggi. Hal ini dikarenakan tidak seluruh petani dapat menjual langsung hasil produksinya karena petani harus mengeluarkan biaya transportasi untuk memasarkan nenas, adanya keterbatasan sumber daya yang mereka miliki dan adanya keterbatasan pasar. Pasar yang tersedia sekarang hanya pasar disekitar perumahan petani sehingga tidak memungkinkan seluruh petani untuk memasarkan nenas. Jika dilihat dari kondisi tersebut dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saluran pemasaran IV (petani – PPD – pedagang olahan) adalah saluran pemasaran yang efisien. Nilai marjin yang diperoleh adalah Rp 1.000, farmer’s share 71,4 %, rasio keuntungan atas biaya 9,3 dan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 96,7 per buah. Nilai-nilai tersebut lebih efisien jika dibandingkan dengan saluran I, II dan III.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]