Analisis tataniaga biji kakao di kecamatan dagangan, kare dan gemarang Kabupaten Madiun.
View/ Open
Date
2013Author
Firmansyah, Riyan Arthur
Atmakusuma, Juniar
Metadata
Show full item recordAbstract
Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat baik diantaranya sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber bahan baku industri, dan penyumbang devisa bagi negara. Pembudidayaan tanaman Kakao (Theobroma cacao) di Kabupaten Madiun awalnya dimulai di wilayah Kecamatan Dagangan pada tahun 1991 dengan luas 250 ha. Pada tahun 2010 luas lahan tanaman Kakao naik menjadi 3374 ha. Dari perkembangan luas lahan tersebut terdapat 3 kecamatan dari 15 kecamtan yang memiliki luas lahan cukup luas dan dapat dikatakan sebagi daerah sentra yaitu Kecamatan Dagangan, Kecamatan Kare dan Kecamatan Gemarang. Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Biaya tataniaga yang besar mengarah pada perbedaan harga antara petani dengan konsumen. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen sangat bergantung pada struktru pasar dan biaya tataniaga. Untuk meningkatkan pendapatan petani selain dengan meningkatkan produksi juga diperlukan suatu sistem pemasaran efektif dan efisien. Dengan melihat permasalahan mengenai saluran tataniaga dan fungsi – fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga – lembaga tataniaga pada komoditas Kakao, struktur dan perilaku pasar pada masing – masing lembaga tataniaga yang terlibat dan efisiensi saluran tataniaga Kakao berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: (1)Menganalisis saluran tataniaga dan fungsi – fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga – lembaga tataniaga pada komoditas Kakao; (2)Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing – masing lembaga tataniaga yang terlibat.; dan (3)Menganalisis efisiensi saluran tataniaga Kakao berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut termasuk penghasil biji kering Kakao terbanyak di Pulau Jawa. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2012. Petani dan pedagang yang terpilih sebagai responden berasal dari anggota kelompok tani yang berasal dari 3 kecamatan ( Dagangan, Kare dan Gemarang). Jumlah responden secara snowball sampling dipilih 30 orang karena berdsarkan informasi dari wawancara dengan beberapa ketua kelompok tani. Selanjutnya, pemilihan pedagang responden melalui metode snowball sampling berdasarkan informasi hasil wawancara sebelumnya yang diperoleh dari petani responden karena tidak diketahui kerangka sampelnya (sampling frame) pedagang responden berjumlah 20 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Proses analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif yang terdiri dari saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Sedangkan analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran marjin tataniaga, farmers’s share dan rasio keuntungan biaya. Alat analisis data kuantitatif yang digunakan berupa kalkulator, program komputer Microsof Excel. Sistem tataniaga Biji Kakao di Kecamtan Dagangan, Kare dan Gemarang secara garis besar terbentuk empat pola saluran tataniaga. Berdasarkan fungsi tataniaga, fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga Biji Kakao tidak merata. Hal tersebut dapat dilihat dari biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga yang terlibat, dimana semakin besar biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga maka semakin banyak fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga tersebut. Efisiensi tataniaga berdasarkan saluran tataniaga yang pendek belum bisa dikatakan efisiensi, tetapi harus dilihat berdasarkan besar kecilnya volume penjualan. Apabila dilihat berdasarkan margin, farmer’s share, rasio keuntungan, volume penjualan dan pendeknya saluran di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang Besar kecilnya nilai margin, farmer’s share, rasio keuntungan, volume penjualan sebenarnya bukan berarti tidak efisien. Menurut hasil penelitian bahwa disetiap saluran sudah efisien karena memamng saluran yang di jalankan memang harus seperti itu karena berdasarkan keadaan kondisi lapangan yang terjal dan kondisi jalan yang rata-rata kurang bagus sehinnga memerlukan bantuan lembagalemabga tataniaga. Berdasarkan struktur pasar setiap lembaga tataniaga, secara umum struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga biji kakao di Kecamatan Dagangan, Kare dan Gemarang lebih mengarah pada struktur pasar oligopsoni. Sedangkan perilaku pasar yang terjadi pada setiap lembaga tataniaga juga cukup beragam.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]