Analisis perbandingan usahatani kentang tiga desa di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Abstract
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, karena berperan dalam peningkatan perekonomian nasional terutama dalam rangkan menyukseskan swasembada komoditas pertanian. Subsektor hortikultura merupakan sumber penghasilan baik yang berasal dari komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, obat-obatan, maupun palawiaja. Salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai potensi ekonomis untuk menambah pendapatan para petani adalah sayuran. Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkaan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh manusia. Salah satu sayuran yang memiliki prospek ke depan adalah kentang. Perubahan pola hidup masyarakat yang bergeser ke pola hidup instan telah mempengaruhi jumlah permintaan kentang. Permasalahan agribisnis yang dihadapi dalam pengembangan sentra produksi kentang di Kabupaten Garut adalah fluktuasi jumlah produksi diakibatkan berbagai faktor seperti serangan hama dan penyakit. Kebutuhan benih sebagian besar dipasok dari luar Kabupaten Garut, yakni berasal dari Pangalengan. Biaya yang dikeluarkan oleh petani cenderung semakin meningkat terutama peningkatan pada biaya pupuk dan tenaga kerja. Harga jual kentang yang berfluktuatif sangat mempengaruhi pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengkaji keragaan usahatani kentang di Kecamatan Pasirwangi abupaten Garut. 2) Menganalisis struktur biaya dan penerimaan dari kegiatan usahatani kentang. 3) Menganalisis tingkat pendapatan yang didapatan oleh petani. Penelitian dilakukan di Desa Pada Awas, Desa Karya Mekar, dan Desa Sari Mukti Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbagan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu penghasil kentang yang potensial di Kabupaten Garut Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 hingga February 2012. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi pembiyaan dan pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut Jawabarat dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan diskusi. Sedangkan untuk analisis bersifat kuantitatif dilakukan untuk menghitung pendapatan dan efisiensi dengan menggunakan alat analisis yang sesuai, yaitu R/C ratio untuk menghitung efisiensi usahatani. Hasil penelitian mengenai analisi usahatani kentang di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut Jawa Barat, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya. Teknik dan sistem budidaya di Kecamatan Pasirwangi memiliki kesamaan, yang berbeda adalah dalam penggunaan jenis pupuk dan jumlah pupuk saja. Seperti di Desa Padaawas cenderung lebih banyak bila dibandingkan dengan kedua desa lainnya. Biaya usahatani di Kecamatan Pasirwangi lebih besar dikeluarkan untuk biaya pupuk, hal ini dikarenakan anggpana masyarakat semakin banyak pupuk yang digunakan maka hasil yang diperoleh akan semakin banyak pula. Berdsarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa kegiatan usahatani kentang di Kecamatan Pasirwangi masih menguntungkan hal ini dapat dilihat dari pendapatan yang memiliki niali positif yaitu, pendapatan usahatani kentang atas biaya tunai sebesar Rp. 36,805,507.26 dan pendapatan usahatani atas biaya total sebesar Rp. 34,813,204.20. Berdasarkan efisieansi usahatani melalui analisis R/C rasio, usahatani kentang di kecamatan pasirwangi dinyatakan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C rasio yang lebih dari satu yaitu 1,96 untuk biaya tunainya dan 1.86 atas biaya totalnya. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang kita gunakan dalam usahatani kentang maka keuntungan yang akan kita terima sebesar nilai 1,96 rupiah untuk biaya tunainya dan 1.86 rupiah atas biaya totalnya. Dari hasil uji beda berdasarkan pendapatan dari ketiga desa diketahui terdapat perbedaan pada pendapatan masing-masing desa, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Fhit > Ftebel, dimana tolak H0 dan terima H1. Dari hasil uji beda berdasarkan efisiensi dari ketiga desa diketahui bahwa efisiensi di ketiga desa tidak memiliki perbedaan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Fhit < Ftebel, dimana terima H0 dan tolak H1. Adapun beberapa usulan yang dapat peneliti berikan diantaranya, Penggunaan bibit yang bersal dari hasil panen berikutnya dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil, maka sebaiknya penggunaan bibit dapat dibatasi hingga G7 (generasi ke 7) agar hasil panen yang didapatkan lebih menguntungkan. Petani sebaiknya mengurangi penggunaan pupuk yang berlebihan, karena dengan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat merusak keadaan tanah dan dapat berakibat pada penurunan hasil panen. Pemerintah lebih tanggap dalam memperhatikan kebutuhan petani, terutama dalam penyediaan bibit unggul yang merupakan sebagai input utama dari kegiatan usahatani kentang.
Collections
- UT - Agribusiness [4611]