Sistem tataniaga tomat (Kasus di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat
Abstract
Jawa Barat merupakan sentra produksi tomat terbesar di Indonesia. Salah satu sentra produksi tomat berada di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat marjin tataniaga sebesar 40 persen dalam tataniaga tomat, fluktuasi harga di tingkat petani yang dipengaruhi oleh rendahnya posisi tawar petani dalam menjual hasil panen tomatnya kepada pedagang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pelaksanaan sistem tataniaga tomat di Desa Tugumukti dan (2) Menganalisis tingkat efisiensi operasional saluran tataniaga tomat dari sistem tataniaga tomat yang terbentuk di Desa Tugumukti. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat selama Bulan Mei hingga Juni 2012. Responden penelitian terdiri dari petani responden yang berjumlah 20 orang dan delapan orang responden lembaga tataniaga. Penarikan petani responden dilakukan dengan metode purposive sampling sedangkan penarikan pedagang responden dilakukan dengan metode snowball sampling dengan mengikuti alur tataniaga. Pendekatan analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari analisis lembaga dan saluran tataniaga, fungsi tataniaga, struktur dan perilaku pasar yang dianalisis secara deskriptif. Selain itu dilakukan analisis terkait marjin tataniaga, farmer’s share, dan analisis rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga untuk dapat menjelaskan terkait efisiensi operasional saluran tataniaga yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga tomat di Desa Tugumukti adalah pedagang kecil Pasar Andir Bandung (PKPAB), pedagang besar Pasar Induk Cibitung (PBPIC), Pedagang Besar Pasar Induk Kramat Jati (PBPIK) dan pedagang pengecer di masing-masing pasar. Pada sistem tataniaga tomat ini terbentuk enam pola saluran tataniaga. Saluran tataniaga yang paling banyak melibatkan petani dan lembaga tataniaga adalah saluran tataniaga III dimana melibatkan 18 orang petani, satu orang PBPIC dan dua orang pedagang pengecer di Pasar Induk Cibitung Bekasi. Penerapan fungsi-fungsi tataniaga oleh para pelaku yang terlibat dalam penyaluran tomat dari petani hingga konsumen telah berjalan cukup baik. Analisis struktur dan perilaku pasar yang dihadapi oleh petani menggambarkan adanya kecenderungan mengarah kepada struktur pasar monopsoni karena sebagian besar petani memiliki hambatan dalam memilih saluran tataniaga secara bebas. Pedagang merupakan pihak yang sangat dominan dalam penentuan cara pembayaran, menentukan harga tomat petani. Analisis struktur dan perilaku pasar yang dihadapi oleh pedagang besar/kecil (PKPAB, PBPIC dan PBPIK) dan pedagang pengecer mengindikasikan bahwa terdapat kecenderung mengarah kepada struktur pasar oligopoli karena jumlah penjual lebih sedikit dari pada pembeli dan penjual lebih memiliki peranan dominan dalam tata cara pembayaran dan penentuan harga tomat dibandingkan pembeli.
Collections
- UT - Agribusiness [4256]